TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Tempoyak Buluh, itulah sebutan bagi masakan tempoyak yang telah diciptakan oleh Nuryusni dua tahun lalu.
Tepat di rumah makan miliknya, ia menjelaskan bagaimana ia telah menciptakan masakan tempoyak yang jelas sangat berada dari tempoyak yang berada di kota-kota lain.
Sebilah bambu yang di tutup dengan daun pisang telah ia beri nama Tempoyak Buluh di hidangkannya sesambil menceritakan proses pembuatan tempoyak itu.
Kilas balik dua tahun lalu, ia telah mendirikan rumah makan di tepi jalan lintas Sarolangun tepat di samping Madjid Agung Sarolangun.
Saat itu dalam ceritanya, ia ingin memiliki hal yang berbeda dari rumah makan lain yang ada di kabupaten Sarolangun, namun masih memiliki ciri khas yang mengandung budaya Sarolangun Jambi.
Ia membuka tutup tempoyak buluh yang terbuat dari daun pisang sesambil mengeluarkan sesambil menghentak sesekali wadah tempoyak buluh serta ikan sungai yang sudah berada di dalam Buluh (bambu) itu.
Bukan sekedar tempoyak, tempoyak yang dikeluarkan dari sebilah Buluh tersebut memiliki ciri khas aroma yang khas, tentu mengundang selera makan bagi para pecinta masakan khas orang Melayu itu.
Kebetulan saja hari ini Hj Nuryusni memasak tempoyak tersebut dengan ikan khas yang di sebut masyarakat Sarolangun ikan kelemak.
Nuryusni pencipta tempoyak buluh itu kerap memasaknya dengan berbagai jenis ikan sungai, yakni ikan Tapah, ikan Kelemak, ikan Baung dan ikan Patin.
Dalam pembuatan tempoyak buluh itu, ia tak mambakar buluh, namun ia mengukus buluh selama 45 menit.
Tempoyak buluh dapat bertahan selama 3-4 hari jika diletakkan di dalam kulkas, jika hendak memakannya, para penikmat tempoyak buluh tinggal mengkukus makanan itu saja selama 10-15 menit.
Tentu masakan yang berada di dalam buluh itu memiliki rasa yang enak dan gurih pada ikan yang berada di tempoyak buluh.
"Kalau sudah mencicipinya, maka orang tersebut akan kembali lagi untuk memakannya," kata Nuryusni pada Tribun Jambi.
Bahan-bahan yang digunakan oleh Nuryusni, yakni cabai, daun kunyit, serai,gula dan garam serta tempoyak.
Ia pun mendapatkan tempoyak dari kampungnya, di Batang Asai yang juga menjadi ciri khas tersendiri tempoyak buluh.
Tak sedikit beberapa orang yang berkunjung ke Sarolangun membeli tempoyak buluh menjadi oleh-oleh untuk dibawakan ke keluarganya, dari Pekanbaru hingga DKI Jakarta.
Soal harganyapun tak mahal, satu buah tempoyak buluh di jual dengan harga Rp 16.000 saja sangat cocok dimakan dengan sambal rujak yang juga menjadi masakan khas Sarolangun.
• Demi Memastikan Stabilitas Keamanan, Junta Militer Myanmar Memblokir Facebook
• Prediksi Pertandingan Liga Inggris Malam Ini Pekan ke 22 Tottenham vs Chelsea, Laga Derby London
• (VIDEO) Surat Yasin 83 Ayat dan Tahlil Huruf Arab dan Latin untuk Yasinan Malam Jumat