Kisah Militer

TUGAS Menegangkan Kopassus di Lembah X Mencari Suku Pemakan Manusia: Sintong Dikepung Sosok Ini

Editor: ridwan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prajurit Kopassus

TRIBUNJAMBI.COM - Tim Komando Pasukan Khusus (Kopassus) melakukan misi mencari keberadaan suku pemakan manusia, mengalami sederet hal unik dan di luar nalar.

Kisah Kopassus ini berawal dari hilangnya putra raja minyak Amerika Serikat yang melakukan ekspedisi ke pedalaman Papua Nugini.

Peristiwa hilangnya Michael Rockfeller itu menjadi misteri pada 1960-an.

Michael Rockfeller merupakan keluarga dari John D Rockefeller, miliarder pertama yang dianggap sebagai orang terkaya dalam sejarah Amerika dan dunia.

Lama Angelina Sondakh Tak Ada Kabarnya, Penampilannya pun Berubah, Disebut Kini Sudah Nikah Siri

Keluarga itu yang mendirikan petusahaan Standard Oil.

Sekira dua bulan setelah upaya pencarian, sepotong kaki yang masih mengenakan sepatu.

Temuan potongan kaki itu menggegerkan dunia.

Setelah penelitian, berdasar jenis sepatu itu, sepotong kaki itu dikenali sebagai potongan tubuh dari Michael Rockefeller.

Tak butuh waktu lama, kemudian berhembus isu sampai luar negeri bahwa ada suku kanibal di wilayah timur Indonesia.

Balasan Menohok Ahok soal Penolakannya Jadi Bos BUMN, BTP: Tuhan Saja Ada yang Menentang Kok

Kopassus meluncur ke Papua

Beberapa waktu setelah temuan kaki Michael Rockefeller dan isu suku kanibal berhembus, Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD (sekarang Kopassus) mengirimkan misi ke pedalaman Papua.

Saat itu, hutan di wilayah itu masih sangat liar dan berisiko untuk didatangi, termasuk oleh RPKAD.

Kabar kematian tragis Rockfeller itu menjadi perhatian dunia internasional. Termasuk rumor bahwa Rockfeller telah dimakan suku kabibal yang tinggal di hutan belantara Papua Nugini.

MISTERI Pembongkaran Puluhan Makam Terkuak, Ternyata Ini Pelakunya: Polisi Pasang CCTV di Makam

Rumor keberadaan suku pemakan manusia juga menyebar ke kawasan pedalaman Irian Barat (Papua), yang pada 1960-an masih merupakan hutan lebat yang belum terjamah.

Pada 5 Mei 1969, meski rumor tentang keberadaan suku kanibal di pedalaman Papua masih santer, 7 anggota pasukanBaret Merah, 5 anggota Kodam XVII Cenderawasih Papua dan 3 warga asing yang juga kru televisi NBC, AS serta 1 wartawan TVRI, Hendro Subroto, melaksanakan ekspedisi ke Lembah X.

Mereka berangkat ke lembah yang ada di lereng utara Gunung Jayawijaya.

Tim ekspedisi yang berjumlah total 16 orang itu dipimpin personel RPKAD, Kapten Feisal Tanjung, sebagai Komandan Tim.

Fotonya Nampak Tak Bercelana Diributkan Netizen, Ini Balasan Hilda Vitria di Instagram, Posting Lagi

Sementara itu, Lettu Sintong Panjaitan sebagai Perwira Operasi.

Lembah X merupakan daerah berpemandangan indah, sekaligus tempat yang belum pernah dijamah manusia dari luar.

Suku setempat masih dikenal sebagai suku yang sangat terasing. Dimungkinkan merupakan suku yang masih memakan manusia seperti yang dialami oleh Rockfeller, tapi itu belum ada bukti.

Dengan risiko yang tinggi itu, pengendali ekspedisi Pangdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo, berpesan agar tim siap menghadapi kemungkinan terburuk.

SEDANG TAYANG LIVE STREAMING Liga 1 2019 Semen Padang Vs Kalteng Putra, Tonton Pakai HP!

Dalam menjalankan ekspedisi, semua anggota militer mengenakan seragam militer lengkap, bersenjata senapan serbu AK-47 dan pistol, parang, tali-temali dan lainnya.

Sebelum tim ekspedisi Lembah X diterjunkan melalui udara, Lettu Sintong terlebih dahulu melakukan orientasi medan melalui udara. Sintong melakukan itu dengan cara menumpang pesawat misionaris jenis Cesna.

Lalu sesuai rencana, tim akan diterjunkan pada lokasi padang ilalang yang berdekatan dengan perkampungan yang diduga masih dihuni oleh suku terasing pemakan manusia.

Salah lokasi mendarat, kemudian dikepung

Pemuda Sadis, Tega Tendang dan Tampar Kakeknya Sendiri, Warganet Murka, Ini Fakta Pemuda Bajo Itu

Pada 2 Oktober 1969, semua tim bersama keperluan logistik diterjunkan sesuai rencana meski dengan perasaan tak karuan. Pasalnya, mereka harus mendarat di daerah sangat terpencil yang konon didiami suku terasing yang masih suka memakan manusia.

Dengan perhitungan seperti itu, maka aksi penerjunan termasuk misi nekat.

Apalagi meski bersenjata lengkap para personel RPKAD dan Kodam Cenderawasih dilarang melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat terpaksa.

Itu pun merupakan tembakan yang dilepaskan ke atas untuk tujuan menakut-nakuti. Semua tim akhirnya bisa melakukan penerjunan dengan selamat.

VIDEO: Bacaan Surat Yasin 83 Ayat Disertai Terjemahannya, Sumber Keutaman Dibaca Pada Malam Jumat

Tapi, Lettu Sintong yang seharusnya mendarat di padang ilalang yang jauh dari perkampungan suku terasing, justru mendarat di tengah kampung.

Dia langsung dikepung oleh warga yang hanya mengenakan koteka sambil mengacungkan tombak, panah dan kapak batu.

Sadar sedang menghadapi bahaya dan masih terbayang oleh suku ganas pemakan manusia, secara reflek Sintong memindahkan posisi senapan AK-47 di bahu ke posisi di depan dada serta mengokangnya.

Tapi Sintong terkejut ketika melihat senapan AK-47-nya ternyata tanpa magazin karena terjatuh saat terjun.

Dengan kondisi senapan AK-47 tanpa peluru, jelas sama sekali tidak berguna jika harus menghadapi warga suku terasing yang terus memandanginya secara curiga sambil mengacungkan semua senjata tradisional itu.

Divonis Idap Autoimun Ashanty Tak Kuat Tahan Tangis saat Bahas Kematian, Kini Dirawat di Rumah Sakit

Tiba-tiba, Sintong melihat magazin tempat peluru yang jatuh itu berada di antara warga suku. Magazin itu sedang ditendang-tendang seorang pemuda yang mungkin merasa bingung dengan benda asing itu.

Di luar dugaan, pemuda itu mengambil magazin dan memberikannya kepada Sintong. Sebuah pertanda bahwa warga suku itu ingin bersahabat.

Sintong akhirnya membiarkan saja ketika sejumlah warga suku menyentuhnya, lalu memeganginya. Warga suku melakukan itu untuk memastikan bahwa `manusia burung' yang jatuh dari langit itu masih hidup dan merupakan manusia seperti mereka.

Mulai Foto Sama Vitalia Sesha hingga Narkoba, Ini Fakta Dicopotnya Kapolres AKBP Benny Alamsyah

Waswas pemakan daging

Meski diliputi oleh perasaan waswas dan awalnya merasa akan diserang dan `dimakan', semua tim ekspedisi ternyata diperlakukan secara bersahabat dan kemudian bisa berinteraksi secara normal dengan suku terasing itu.

Sebagai suku terasing dan menggunakan bahasa yang saat itu tidak bisa dipahami, semua anggota tim ekspedisi pun harus belajar keras memahami bahasa setempat dengan cara mencatatnya.

Baca: Saklar Berbasis Android, Produk Digital Bernilai Jual, Hasil Ciptaan Mahasiswa Unja

Seperti diduga, meski bukan merupakan suku kanibal, suku terasing di Lembah X masih sangat primitif dan sama sekali. Suku itu belum mengenal korek api, cermin, pisau, pakaian, apalagi kamera televisi yang bisa merekam mereka.

Warga suku Lembah X juga masih lari tunggang langgang setiap ada pesawat lewat atau sedang melaksanakan dropping logistik. Mereka mengira sebagai burung raksasa yang akan menyambarnya.

Kumpulan Doa dan Amalan Lengkap yang Dianjurkan Rasulullah SAW Untuk Dibaca di Malam Jumat

Semua warga suku juga takut air dan tidak pernah mandi dan untuk minum. Mereka mengandalkan tanaman tebu liar.

Kebiasaan memakan tebu itu secara tidak sengaja sekaligus berfungsi sebagai sikat gigi, sehingga semua warga suku giginya tampak putih bersih.

Klise film hilang di jeram

Meski sempat mengalami musibah ketika sejumlah perahu karet yang ditumpanginya terbalik di jeram dan tim NBC kehilangan rekaman film yang sangat berharga, semua tim ekspedisi bisa pulang selamat pada akhir Desember 1969.

Bagi anggota RPKAD dan Kodam Cenderawasih ekspedisi Lembah X terbilang sukses, karena menginspirasi ekspedisi berikutnya yang kemudian dikenal sebagai Ekspedisi Nusantara Jaya.

Tapi bagi kru NBC, ekspedisi itu gagal total karena telah kehilangan semua rekaman yang bernilai jutaan dollar.

MENAG Fachrul Razi Sebut PNS yang Terpapar Radikalisme Musuh Dalam Selimut, Beberkan Empat Ciri

Kisah tentang hilangnya Michael Rockefeller ini masih menjadi misteri sampai sekarang.

(Naskah ini dikompilasi dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009, dan beberapa sumber lain terkait Rockefeller)

Kisah militer, Kopassus dan pasukan elite TNI dapat dibaca diTribunjambi.com.

Berita Terkini