Siapa Sebenarnya Gus Miftah? yang Membimbing Deddy Corbuzier Jadi Mualaf, Pernah Dakwah di Diskotek
TRIBUNJAMBI.COM, SEMARANG - Mengenal sosok Gus Miftah, dia merupakan orang yang disebut jadi guru spiritual dan yang akan membimbing Deddy Corbuzier mengucapkan dua kalimat syahadat, namanya bikin penasaran.
Ya, Gus Miftah, sosok yang disebut akan mendampingi Deddy Corbuzier mengucap dua kalimat syahadat pada Jumat 21 Juni 2019 hari ini di Jogjakarta di di Pondok Pesantren Ora Aji Sleman, Yogyakarta.
Siapakah Gus Miftah?
Gus Miftah bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman adalah kiai muda dan pemimpin pondok pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.
Ulama muda NU itu dikenal sebagai pendakwah di dunia malam mulai kelas bawah hingga atas, akrab dengan kaum marginal dan sering tampil serta membaur bersama orang orang di kafe.
Semua dalam rangka dakwah.
Baca: TERUNGKAP Sebelum Memutuskan Masuk Islam, Deddy Corbuzier 2 Tahun Belajar Tentang Islam
Baca: Detik-detik Deddy Corbuzier Ucapkan Kalimat Syahadat Beberkan Peran Gus Miftah yang Membimbingnya
Baca: Beda Nasib Kivlan Zen dengan Soenarko soal Penangguhan Penahanan, Polri pun Ungkap Alasannya
Baca: Saksi 02 Tidak Bisa Buktikan Pemilu Curang, Yusril Ihza Mahendra: Jauh Lebih Penting Mempidanakan BW
Dia pun kini kondang di kalangan pesantren maupun di luar ponpes.
Gus Miftah asli Ponorogo, lahir di Lampung kemudian kuliah di Yogyakarta.
Namanya mulai viral saat video di Youtube muncul saat Gus Miftah memberikan pengajian di klub malam Bosche di Bali.
Kini video-video pengajian yang diunggah di Youtube ditonton oleh ratusan ribu bahkan jutaan viewer dalam hitungan minggu.
Baca: BPN Hadirkan Saksi Seorang Tahanan Kota, Refly Harun: Jangan Salahkan Saksinya, Tapi Kuasa Hukumnya
Baca: Rekontruksi Pembunuhan Imam Masjid, Korban Sempat Melawan, Sebelum Pisau Ditusukan ke Leher Korban
Gus Miftah kelahiran Lampung 5 Agustus 1981 ini sering mengenakan blangkon, rambut gondrong, dan kadang berkacamata hitam.
Menggunakan Bahasa Jawa campur Indonesia, melawak untuk selingan ceramahnya. Kadang shalawatan dan puji-pujian berbahasa Jawa penuh makna.
Biasa berdakwah di kelap malam, tempat lokalisasi dan salon plus-plus.
Dulu yang sering mendapat pertentangan kini justru berebut dan antre untuk bisa mendatangkan Gus Miftah.
Dia pun terbuka dan menerima pekerja hiburan untuk ngaji bahkan mondok di pesantren Ora Aji di Sleman Yogyakarta.
Baca: Balasan Moeldoko saat Diseret Saksi 02 di Sidang MK: Pihak Sebelah Juga Produksi Kebohongan TSM
Nah, untuk mengulik kegiatan dakwahnya, repoter Tribun Jateng (Grup Tribunnews.com), Wartawan Faisal Affan dan Hermawan Handaka secara eksklusif mewawancari Gus Miftah.
Berikut hasil wawancara eksklusif Tribun Jateng dengan Gus Miftah, ulama muda NU, mengenai sejumlah topik termasuk rencana Deddy Corbuzier masuk Islam jadi mualaf.
Wawancara dilakukan setelah Gus Miftah mengisi Jateng Bersholawat Bersama Habib Syech di Simpanglima, Semarang.
Pada keesokan hari, Senin (19/6/2019), pendakwah yang ramah ini berkenan menerima kunjungan Wartawan Faisal Affan dan Hermawan Handaka sebelum melanjutkan kunjungan ke Tegal.
Mengapa Gus Miftah suka berdakwah di dunia malam ketimbang di masjid?
Karena tidak ada yang mau masuk. Padahal mereka sebenarnya butuh ngaji.
Maka saya memberikan kesempatan dan peluang supaya mereka bisa merasakan sama dengan yang kita rasakan.
Terutama kaitannya dengan persoalan rohani.
Kesempatan mereka untuk ngaji terbatas. Maka saya jemput bola ke sana.
Bagaimana Anda bisa masuk ke diskotek maupun lokalisasi?
Tentu saya butuh pendekatan dan lobi. Saya menggunakan bahasa yang mudah dipahami mereka.
Kalau masuk ke kalangan elit ya pakai bahasa elit, masuk kalangan marjinal ya pakai bahasa kaum marjinal.
Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Saya selalu menggunakan konsep dakwah yang bisa masuk ke akal mereka.
Apakah pernah mendapat penolakan, Gus?
Ya sering. Tidak sedikit pula yang akhirnya menerima dan meminta saya untuk melakukan pengajian rutin di sana. Jika dibandingkan masuk di diskotek dengan Sarkem yang ada di Jogja, lebih susah masuk Sarkem.
Karena tidak banyak orang yang tahu saya di sana. Apalagi di sana banyak preman dan persoalannya terlalu komplek.
Orang dikenal itu akan memudahkan lobi. Orang yang tidak dikenal cenderung dicurigai.
Gus Miftah berdakwah di lokalisasi mana saja?
Kalau di Jogja ada Sarkem dan Ngebong. Ngebong itu lokalisasi yang stratanya di bawah Sarkem. Itu murni lokalisasi yang ada di pinggir jalur rel kereta api.
Dari dahulu susah sekali saya masuk ke sana.
Tapi alhamdulillah sebelum Ramadan kemarin saya bisa dan akhirnya minta dirutinkan.
Beberapa kali saya juga di DM oleh masyarakat untuk bisa berdakwah di Sunan Kuning Semarang. Yang perlu saya libatkan adalah penguasa lokal.
Apalagi ini ada isu rencana penutupan tentu penolakannya akan semakin besar.
Apakah mereka bertobat setelah diceramahi Gus Miftah?
Tentu tidak seketika begitu. Terutama anak-anak yang berkecimpung di dunia malam. Bahasa yang saya gunakan lebih universial.
Saya menghindari penghakiman. Yang berhak menghakimi manusia adalah Tuhan.
Sedangkan hari ini banyak wilayahnya Tuhan yang digunakan oleh manusia sok tahu untuk menghakimi orang lain. Padahal Tuhan adalah hakim yang paling baik.
Bagaimana Gus Miftah bikin mereka tak berjarak?
Saya tidak merasa bahwa diri ini seorang kiai. Jelek dan baik itu kan bedanya tipis. Orang jelek pernah berbuat baik, orang baik pernah berbuat jelek.
Bahasa saya lebih memotivasi. Karena sebesar apapun dosanya pasti akan diampuni oleh Allah.
Saya sering menyampaikan, cukup tubuhmu yang bermaksiat tapi jangan hatimu ikut bermaksiat.
Kalau manusia tidak pernah berbuat salah berarti ampunan Allah itu mubazir.
Sedangkan Allah memiliki fasilitas ampunan kok tidak digunakan.
Mengapa kaca mobil depan lebih besar dari pada kaca spion? Karena menatap masa depan lebih baik dari pada masa lalu.
Saat ada PSK bertobat apakah germo marah?
Pasti ada. Tetapi selalu saya katakan patah tumbuh hilang berganti. Kalau dengan adanya saya akhirnya mereka keluar itu bukan dari saya.
Tetapi hidayah yang mereka terima. Ketika sudah berada di titik jenuh pasti mereka akan keluar.
Ada banyak mantan pemandu karaoke yang datang ke tempat saya dan menangis. Dia mengatakan pernah berjumpa dengan saya di diskotek.
Alhamdulillah dahulu bertemu di diskotek kini bertemu di masjid.
Kisah Pertemuan dengan Deddy Corbuzier Hingga Memutuskan Jadi Mualaf
Nah, bagaimana kisah perjalanan spiritual Deddy Corbuzier hingga tertarik dengan Islam dan berniat menjadi mualaf?
Secara eksklusif dengan Gus Miftah menceritakannya kepada Tribun Jateng (Grup Tribunnews.com)
Kenapa kini Gus Miftah sering bertemu Deddy Corbuzier?
Gus Miftah menjelaskan, jika 21 Juni hari ini ia akan bertemu dengan Deddy Corbuzier.
Bagaimana kisah pertemuannya dengan Deddy Corbuzier?
Saat bertemu, apa yang bahan perbincangan Deddy Corbuzier dan Gus Miftah?
"Saya kerap berbincang dengan dia dan menyampaikan agama yang masuk ke dalam logikanya, dengan menggunakan pendekatan yang rasional," jelas Gus Miftah.
Hingga akhirnya pintu hati Deddy Corbuzier pun terbuka dan menurut Gus Miftah, mantan suami Kalina Oktarani ini mantap menjadi mualaf.
"Alhamdulillah ada jalan hidayah. Kemarin pagi saya bertemu dengannya di Jakarta untuk finalisasi niatan dia akan masuk Islam. Setiap orang punya karakter berbeda
Tinggal bagaimana cara mencari celah. Yang penting jangan menghakimi orang. Apalagi tanpa memberi solusi.
Cukup didoakan saja, insyaallah suatu saat doa kita diijabah oleh Allah SWT." tutup Gus Miftah
Video Gus Miftah membimbing Deddy Corbuzier Ucapkan Kalimat Syahadat:
(tribunjateng/faisalaffan)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengenal Gus Miftah, Pembimbing Deddy Corbuzier Jadi Mualaf, Tren karena Dakwah di Hiburan Malam
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: