Luke Perry, Aktor Beverly Hills Meninggal Dunia Karena Stroke, Ini Deretan Pemicu & Tanda Stroke di Usia Muda
TRIBUNJAMBI.COM - Aktor Luke Perry dikabarkan meninggal dunia pada Senin (4/3/2019) waktu setempat di usia 52 tahun. Luke Perry adalah bintang dari Beverly Hills, 90210 dan Riverdale.
Luke Perry meninggal dunia di California setelah seminggu menderita stroke.
Luke Perry dikenal oleh mereka yang tumbuh pada 1990-an karena aktingnya sebagai Dylan McKay dalam drama remaja Beverly Hills dan 90210.
Baca: Kata Polisi Terkait Kasus Narkoba Andi Arief : Urine Positif, Tidak Ada Wanita hingga Soal Jebakan
Baca: Lowongan Kerja Bank BTN Customer Service dan Teller Service, Gaji Rp 7 Juta Per Bulan
Baca: Aktor Beverly Hills, Luke Perry Meninggal Dunia Karena Stroke, Pemicu dan Tanda Stroke di Usia Muda
Aktor 52 tahun ini juga akan membintangi film Quentin Tarantino mendatang yang berjudul Once Upon A Time in Hollywood.
Dikutip dari BBC, juru bicara Luke Perry mengatakan, Perry meninggal dikelilingi oleh keluarga dan teman-temannya.
"Keluarga menghargai curahan dukungan dan doa yang telah diberikan kepada Luke dari seluruh dunia, dan dengan hormat meminta privasi pada saat berkabung yang hebat ini," ujar Juru Bicara Perry, Arnold Robinson.
Keluarga belum memberikan detail tambahan tentang kematian Luke Perry saat ini.
Perry juga dikenal membintangi acara televisi seperti Buffy the Vampire Slayer dan Oz, serta film-film termasuk 8 Seconds dan The Fifth Element.
Perannya yang paling baru adalah di serial drama remaja televisi terkenal, Riverdale.
Serial yang berdasarkan komik Archie, di mana Luke Perry memainkan peran sebagai ayah.
Baca: Nikita Mirzani Bongkar Penyebar Foto Pernikahan Syahrini dan Reino Barack
Baca: Babak Baru Prostitusi Online Artis, Rian Pengguna Jasa Vanessa Angel Segera Ditangkap
Dikutip dari Screenrant.com, Luke Perry pernah menceritakan perannya yang sulit di Riverdale dalam sebuah wawancara.
"Sulit bagi siapa pun untuk menjadi orangtua tunggal. Dan orang-orang melangkah ke tantangan itu setiap hari. Itu adalah salah satu hal yang saya sukai tentang karakter ini," ungkap Perry.
"Anda tahu, itu tidak mencolok, tidak ada mobil sport, tidak ada itu, itu hanya ... orang ini mengendarai truk untuk bekerja, dan dia bekerja keras. Dia punya kotoran di bawah kuku jarinya. Dan satu-satunya hal yang dia pedulikan adalah meletakkan makanan di atas meja untuk anaknya," tambah Perry.
"Saya datang dari kota seperti Riverdale. Ayah saya adalah seorang pekerja konstruksi, jadi saya benar-benar mendapatkan peran ini dan saya mengerti bagaimana rasanya," kata Perry.
Luke Perry meninggalkan dua anaknya, Jack dan Sophie, ibunya, Ann Bennett, ayah tirinya, Steve Bennett, mantan istrinya, Rachel Sharp, dan tunangannya, Wendy Madison Bauer. (Tribunnews.com/Whiesa)
Waspadai Faktor-faktor Pemicu Penyakit Stroke di Usia Muda
Seorang pasien mengalami gejala stroke dengan wajah sebelah kiri yang agak mencong. Ia datang ke rumah sakit di sore hari. Setelah diperiksa, penyebabnya karena ada pembuluh darah otak yang tersumbat.
Dokter rumah sakit yang bertugas diberitahu bahwa gejala tersebut terjadi sejak pagi, yang berarti pasien sudah lebih dari 4,5 jam menderita sejak gejala mulai muncul. Hal itu sangat disayangkan, sebab periode emas 4,5 jam sudah berlalu.
Padahal, pada periode itu gejala stroke masih memungkinkan pasien untuk segera diberi obat.
Bila penyumbatan segera ditangani dan diobati, aliran darah dapat lancar kembali dan proses pemulihan stroke bisa lebih cepat.
Kejadian itu sungguh dialami oleh salah satu pasien saraf Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang, seperti yang diterangkan oleh dokter Vivien Puspitasari, Sp.S.
Kerenanya, Vivien menenekankan penting bagi masyarakat untuk bisa menyadari tanda-tanda gejala stroke agar pasien yang bersangkutan bisa segera ke rumah sakit.
Stroke merupakan penyakit kegawatdaruratan seperti penyakit jantung.
Angka kejadian stroke di Indonesia bahkan semakin meningkat, termasuk pada orang berusia yang semakin muda di bawah 50 dan 40 tahun. Peningkatan tersebut terpapar dalam Riset Kesehatan Dasar 2018.
Seiring bertambahnya usia, terlihat bahwa risiko kejadian stroke semakin besar.
Melalui perbandingan data lima tahun lalu, angka stroke naik pada setiap jenjang usia.
Misalnya, kini di usia 45-54 tahun angka kejadian mencapai 14,2 per mil yang artinya pada setiap 1000 orang ada 14 orang yang terkena stroke.
Pada rentang usia selanjutnya di 56-64 tahun, kejadian stroke jadi 32,4 per mil.
Menurut dokter Vivien Puspitasari, penyebab peningkatan tersebut yakni faktor risiko stroke yang juga semakin banyak.
Faktor risiko yang memicu stroke antara lain diabetes, hipertensi, kolesteroltinggi, dan kebiasaan merokok sejak muda.
Dampak dari pola hidup yang tidak sehat akan terasa seiring bertambahnya usia dan menimbulkan faktor risiko stroke ini.
“Faktor risiko stroke memicu adanya penyumbatan di pembuluh darah otak. Contohnya kolesterol bisa membuat penumpukan lemak dan gumpalan darah penyempitan pembuluh darah,” ujar Vivien, Senin (13/11/18).
Tak ada tanda-tanda
Kejadian stroke selalu muncul mendadak, tanpa ada tanda-tanda tertentu. Bentuknya bisa berupa stroke ringan bisa pula stroke berat.
Bisa disebabkan adanya penyumbatan di pembuluh darah otak, bisa juga karena adanya perdarahan akibat pembuluh darah otak yang pecah.
“Stroke sebelum ada penyumbatan tidak memiliki tanda-tanda. Yang penting adalah mendeteksi faktor risiko dan mungkin saja tidak bergejala juga. Namun, untuk mengetahui itu makanya penting untuk melakukan pemeriksaan ( medical check up)” jelas Vivien.
Pemeriksaan bisa meliputi tes kadar kolesterol, kadar gula darah, tekanan darah, fungsi ginjal dan fungsi hati. Dari situlah seseorang dapat mengontrol faktor risiko stroke.
Contohnya, jika terukur memiliki obesitas, maka berat badan harus dikontrol agar tidak mengarah pada kolesterol tinggi dan penyakit lain yang menjadi faktor risiko stroke.
Vivien pun menyarankan, walau tidak ada keluhan, orang berusia di atas 40 tahun sebaiknya lakukan medical check up setiap enam bulan.
Penanganan penting
Gejala awal stroke bisa dilihat dengan tanda-tanda bagian muka yang mendadak mencong, tangan atau kaki yang lemah, dan gangguan bicara. Kalau sudah begitu, maka segeralah ke rumah sakit.
Ada penanganan yang berbeda pula pada kasus stroke. RS Siloam pun memiliki tim stroke khusus apabila akan ada pasien stroke yang akan tiba.
“Ada code stroke yang membuat semua harus siap. Mulai dari ambulans yang jemput dan datang, CT Scan di rumah sakit, kesiapan labotatorium dan tim gawat darurat yang sigap. Melalui pemeriksaan cepat dari CT Scan, nantinya bisa terlihat kalau misalnya strokenya penyumbatan, bukan pendarahan dan bisa disuntikkan obat,” jelas Vivien.
Peralatan medis berupa Magnetic Resonance Imaging (MRI) 3 Tesla dan Dual Source CT Scan pada Neuro Science Centre dapat mendeteksi kelainan di otak, termasuk penyumbatan pembuluh darah stroke.
Berbeda lagi penanganannya bila stroke akibat pecah pembuluh darah. Ketika pendarahan luas dan pasien secara klinis ada penurunan kesadaran, operasi harus segera dan cepat dilakukan.
Atur pola hidup sehat
Pola hidup sehat menjadi cara pencegahan primer untuk hindari stroke beserta faktor risikonya.
Perlu diingat asupan makanan harus seimbang, antara karbohidrat, lemak, dan juga serat. Perbanyak sayur karena ada kandungan antioksidan yang dapat mengurangi penumpukkan lemak.
Selain itu, hindari stres dan rutin bergerak atau olahraga.
“Jika makan yang terlalu tinggi kalori sehingga terlalu banyak karbohidrat,dan lemak, akhirnya asupan dalam tumbuh tidak seimbang, ditumpuk, dan pembuluh darah yang kena,” jelas Vivien.
Kemudian, pola makan yang tinggi garam dan asin cenderung memicu tekanan darah tinggi. Pembuluh darah pun kaku, tidak elastis, dan bisa pecah.
Selain itu, hindari pula kebiasaan merokok. Tar dan nikotin dalam rokok dapat merusak pembuluh darah.
“Jadi, pembuluh darah ada keraknya. Kalau di keraknya ada luka, itu akan membuat bekuan darah. Bekuan darah itu bisa lepas dan menyumbat pembuluh darah,” ujar Vivien kembali. (Kompas.com/ Auzi Amazia)