TRIBUNJAMBI.COM - Saat bergabung dengan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) Benny Moerdani yang pada saat itu (1962) berpangkat sebagai Mayor, sempat memimpin pasukan untuk menyusup ke Irian Barat (Papua) dalam operasi tempur bersandi Pasukan Naga.
Pertempuran sengit melawan pasukan marinis Belanda pun tak terelakkan, salah seorang anak buah Benny, Lettu Agus Hernoto.
Baca: Cuitan Kocak Netizen Tanggapi Pailitnya Sariwangi Si Pelopor Teh Celup Selalu Bercanda Soal Kopi
Baca: Ketika Soekarno Pernah Panik Saat Tahu Banyak Pasukan Tak Dikenal ini Menyerbu Istana Merdeka
Agus Hernoto mengalami luka tembak di kedua kaki dan pada bagian punggung, sehingga anak buahnya tersebut harus ditinggalkan di medan perang.
Belakangan Agus tertangkap pasukan marinir Belanda sewaktu melakukan operasi pembersihan dan kemudian ditawan.
Pasukan Belanda sendiri memperlakukan Agus sesuai konvesi Jeneva, ia dirawat hingga sembuh tapi kedua kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Baca: Cara Berpegangan saat Bonceng Motor Ungkap Kepribadianmu!
Baca: Piala AFF 2018, Gelandang Timnas Evan Dimas Diprediksi Bersinar Bersama Pemain Liga Inggris
Setelah operasi Pasukan Naga selesai dan Irian Barat kembali ke pangkuan RI, Agus meskipun mengalami infalid dan memakai kaki palsu masih bertugas di lingkungan RPKAD dan satu batalyon dengan Benny Moerdani.
Suatu kali (1965) terjadi kebijakan di lingkungan RPKAD yang salah satu keputusannya adalah prajurit invalid tidak boleh bergabung lagi dengan RPKAD.
Atas keputusan itu Benny Moerdani menyatakan ‘protes’ terhadap kebijakan komandan RPKAD waktu itu, Moeng Pahardimulyo.
Benny bersikeras prajurit seperti Agus Hernoto harus tetap berada di satuan RPKAD mengingat jasa dan pengorbanannya bagi bangsa serta negara yang demikian luar biasa.
Atas sikap ‘mbalelo’ itu, Benny kemudian dipanggil KASAD Jenderal Achmad Yani dan berakibat didepaknya Benny dari satuan RPKAD.
Benny yang kemduian dipeindahkan ke Kostrad lalu ditarik oleh tokoh intelijen Ali Murtopo, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di dunia intelijen Indonesia.
Karier Benny bahkan terus melesat dan menjabat sebagai Panglima TNI.
Suatu kali sebagai Panglima TNI, pada tahun 1985 Jenderal Benny diundang Kopassus (semula RPKAD) untuk memberikan baret merah kehormatan Kopassus kepada Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Sultan Iskandar.
Baca: Film Halloween 2018 - Sinopsis, Trailer hingga Jajaran Pemain Film Horor Ini
Baca: Gelar Budaya ke-2, Pemkab Berharap Aneka Lomba Rangsang Kreativitas Pelajar
Sebelum memberikan baret kehormatan Jenderal Benny beristirahat di ruang komandan Kopassus, Brigjen Sintong Panjaitan.
Hadir pula di ruang kerja Sintong, KASAD Jenderal Try Sutrisno, Wakil KASAD Letjen TNI Edi Sudrajat dan Wakil Komandan Kopassus Kolonel Kuntara.
Jenderal Benny lalu diberikan baret merah Kopassus oleh Sintong tapi di luar dugaan baret malah dibanting oleh Benny ke meja dan terpelanting jatuh di lantai.
Semua Perwira Tinggi yang berada di ruang Sintong terkejut melihat Benny yang begitu marah dan berwajah seram.
Rupanya Jenderal Benny masih sangat marah terkait dirinya pernah didepak sebagai anggota RPKAD di era kepemimpinan Kolonel Moeng Parhadimulyo.
Tapi menjelang upacara pemberian baret kehormatan Kopassus kepada Raja Malaysia, Jenderal Benny ternyata bersedia mengenakan baret merah kebanggaan Kopassus, semua jadi lega dan upcara pun berjalan lancar. (*)
(Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009).
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: