Gempa Lombok

Cerita Dokter Sri Putri Handayani Relawan Gempa Lombok yang tak Bisa Menahan Tangisnya

Penulis: Nurlailis
Editor: Deni Satria Budi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

dr. Sri Putri Handayani, menjadi relawan medical assessment di Lombok

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Nurlailis

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sejak gempa berkekuatan 7 SR pada 5 Agustus lalu, gempa susulan pun hingga beberapa hari terakhir masih terjadi di Lombok.

Berbagai bantuk aksi simpatik dilakukan dari berbagai daerah di Indonesia untuk membantu saudara di Lombok. Aksi dilakukan dalam bentuk menggalang dana bahkan menjadi relawan yang terjun langsung ke Lombok untuk membantu para korban.

dr. Sri Putri Handayani, menjadi relawan medical assessment di Lombok (IST)

Satu diantara relawan yang ikut membantu adalah dr. Sri Putri Handayani. Ia menjadi relawan medical assessment di sana yang termasuk dalam relawan SKK migas bersama beberapa relawan lain dari berbagai bidang.

Ia menceritakan keadaan di sana begitu memprihatinkan karena banyak bangunan yang rata dengan tanah. Banyak masyarakat yang mengungsi di tanah lapang dan tinggal dalam tenda pengungsian.

Ia ditempatkan di Senaru, Lombok Utara yang menempuh jarak lebih kurang tiga jam dari bandara.

“Pasien di sana setiap hari jumlahnya semakin meningkat. Ada lima kasus terbesar Senaru yaitu diare, ISPA, myalgia, cephalgia dan skin disorder. Selain kasus trauma juga banyak terjadi,” ceritanya kepada tribunjambi.com ,Kamis (23/8).

Baca: Andi Arief Bidik Puan Maharani, Sebut Tak Ada Saat Bencana Terjadi di Banjarnegara dan Lombok

Alasan diare jadi lima kasus besar karena memang makanan disana seadanya. Seperti nasi, telur, mie yang disajikan setiap hari ditiap jam makan. Sebagai relawan pun juga merasakan hal yang sama karena memang situasinya darurat.

Satu diantara masalah besar daerah Senaru adalah susah air bersih. Sebenarnya ada sumber air dari Gunung Rinjani. Namun karena gempa akses air jadi tertutup. Kemudian masalah lainnya adalah sampah, toilet, listrik, tenda yang kurang, tempat ibadah, juga dapur umum.

“Tempat ibadah juga banyak yang hancur. Kalau mau salat dilakukan di tenda. Memang ada masjid yang tidak begitu hancur tapi masyarakat masih takut berada di dalam bangunan. Jadi, salatnya diluar,” ungkap Sri.

Baca: Suasana Idul Adha di Lokasi Pengungsi Gempa Lombok, Sedih Rasanya, Tapi Ini Harus Kami Jalani

Selain berhubungan dengan kesehatan ia bersama tim relawan lain juga memberikan edukasi tentang pola hidup bersih. Saat trauma healing anak-anak juga diberikan edukasi tentang bagaimana cuci tangan yang baik dan benar. Trauma healing dilakukan dengan cara yang menyenangkan yaitu bernyanyi dan bermain.

Ia bersama relawan lain disana sejak 17-21 Agustus. Pada saat 19 Agustus terjadi gempa susulan, iapun merasakan bagaimana gempa itu terjadi.

“Setelahnya terjadi berkali-kali gempa susulan. Saya benar-benar merasakan gempa disana seperti apa. Di tenda saja begitu terasa apalagi didalam bangunan. Saat gempa mereka masih tampak histeris. Kami jadi ikutan nangis karena liat mereka nangis,” tuturnya.

dr. Sri Putri Handayani, menjadi relawan medical assessment di Lombok (IST)

Ada banyak relawan dari berbagai daerah yang terjun langsung kesana. Penyaluran relawan juga sudah ada yang mengatur. Untuk daerah Senaru sendiri masih kurang seperti tenaga kesehatan, obat-obatan, juga logistik.

Selama disana setiap hari selalu ada yang melahirkan. Persalinan juga dilakukan seadanya.

Para korban juga sudah diberikan edukasi cara menyelamatkan diri bila ada gempa. Edukasi diberikan menggunakan lagu. Meski dalam keadaan darurat mereka tetap melaksanakan upacara bendera 17 Agustus dan salat Idul Adha.

Baca: Sudah 515 Orang Tewas Akibat Gempa di Lombok

“Mereka itu tampak semangat. Hanya pas saat ada gempa mereka teringat lagi dengan kejadian gempa sebelumnya,” bilang Sri, mengisahkan.

Meski hanya sebentar iapun berkeinginan untuk kembali menjadi relawan lagi. Ia mewakili PetroChina International Jabung, bersama tim medis lain yaitu dr. Ary Soeharijanto dari ConocoPhilip dan dr. Akbar dari Eni Indonesia yang masuk dalam program SKK migas sebagai tim medical assessment pada proyek bantuan KESDM ke bencana NTB. (nurlailis)

Berita Terkini