Jelajah Kuliner

Gurih Pedasnya Gulai Kuyung

Penulis: wahid
Editor: Fifi Suryani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJAMBI.COM - DI penghujung April, tim jelajah kuliner Tribun Jambi berkesempatan singgah di Kabupaten Merangin. Ada beberapa hidangan lokal menarik yang bisa dijumpai di negeri Tali Undang Tambang Teliti tersebut. Satu di antaranya Gulai Kuyung. Olahan keong sungai yang dipadukan beragam bumbu, menjadi hidangan sederhana namun menggugah selera./o:p>

TANGAN terampil Irawati masih sibuk menata menu-menu di rumah makan miliknya ketika Tribun menemuinya, Selasa (29/4) siang. Saat itu bertepatan waktu istirahat siang. Banyak orang berseragam dinas pemerintahan mengunjungi rumah makan yang terletak di kawasan Pasar Bangko tersebut. Tribun tertarik pada semangkuk menu yang dihidangkan kepada salah seorang pelanggan kala itu. Namanya, Gulai Kuyung. 

Irawati mengatakan, menu tersebut merupakan salah satu kuliner khas Kabupaten Merangin yang masih digemari hingga kini. Kuyung merupakan sebutan masyarakat setempat untuk keong sungai. Keong berukuran mungil ini banyak terdapat di sungai-sungai yang mengalir di Merangin.

Biasanya, kuyung dimasak bersama daun pakis dan santan menjadi gulai kuyung santan pedas. Selain itu, kuyung juga bisa ditumis. Cara memasaknya bisa dibilang sederhana. Sebelum diolah, kuyung dibersihkan sampai benar-benar bersih. Bagian ujung runcing cangkang dipotong untuk memudahkan dalam menyantap nantinya.

"Kalau kuyung ini, makannya unik, harus dihisap untuk mengeluarkan daging dari cangkangnya. Tidak bisa diambil pakai pinset apalagi sumpit karena ukurannya kecil," tutur Irawati.

Cara membuat menu ini pun mudah. Bumbu-bumbu yang digunakan pun biasa ditemui di rumah-rumah, seperti santan kelapa, cabai rawit, garam, jahe, laos, bawang merah, bawang putih, daun pakis paku, dan langgoi. Bumbu-bumbu tersebut diulek mentah kemudian dicampur santan. Campuran itu kemudian digodok sampai mendidih, lalu dimasukkan kuyung yang sudah dibersihkan. Gulai ini dimasak kurang lebih 20 menit, dan siap disajikan.

Gulai kuyung lebih pas disantap bersama nasi putih. Karena karakter rasa pedas-hangat dari makanan khas ini, orang tidak perlu menambahkan sambal lagi ketika menyantapnya. Namun bagi yang memiliki selera makan pedas, mencampurkannya dengan sambal juga tidak mengurangi citarasa gulai kuyung tersebut.

"Kalau sudah makan gulai kuyung, mertua lewat pun nggak lihat. Asyik ngisap kuyung," candanya seraya tertawa.

Menurut cerita yang diperoleh Irawati, jenis makanan seperti ini banyak terdapat di Desa Perentak, Kecamatan Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin. Kawasan yang banyak dilalui sungai, memungkinkan masyarakat banyak memperoleh bahan baku kuyung.

Irawati bisa dibilang satu dari sedikit orang yang masih setia menyediakan masakan khas Merangin ini. Bersama sang suami, Rizal Tansil, ia menyertakan gulai kuyung menjadi satu menu di rumah makannya yang bernama Perentak. Di rumah makan ini gulai kuyung bisa dinikmati dengan harga yang sangat terjangkau. Seporsi gulai kuyung tanpa nasi hanya dihargai Rp 5 ribu saja.

Berita Terkini