Berita Internasional

Iran Andalkan Rudal Hipersonik Serang Israel, Ternyata Ini Alasannya

Ketegangan kawasan Timur Tengah kembali memanas setelah Iran meluncurkan rudal hipersonik Fattah-1 ke arah Israel pada Rabu dini hari (18/6/2025).

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
Tangkap Layar YouTube/AlJazeera
IRAN VS ISRAEL - Tangkap layar video serangan balasan Iran ke Israel. Iran mengatakan telah menembakkan ratusan rudal balistik ke Israel sebagai balasan atas serangan terhadap fasilitas nuklir dan para pemimpin militernya, Jumat (13/6/2025). Beberapa rudal menghindari sistem pertahanan Iron Dome dan menghantam pusat kota Tel Aviv. 

TIBUNJAMBI.COM – Ketegangan kawasan Timur Tengah kembali memanas setelah Iran meluncurkan rudal hipersonik Fattah-1 ke arah Israel pada Rabu dini hari (18/6/2025).

 Langkah ini dilakukan hanya beberapa jam setelah pernyataan keras dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyerukan penyerahan tanpa syarat dari Teheran.

Peluncuran tersebut dikonfirmasi oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang menyebutnya sebagai bagian dari gelombang ke-11 dalam operasi militer bertajuk Operation True Promise 3. Rudal Fattah-1 digambarkan oleh IRGC sebagai “pembuka jalan kemenangan” dalam konflik yang terus berkembang antara Iran dan Israel.

Dalam pernyataannya, IRGC mengklaim bahwa Fattah-1 berhasil menembus sistem pertahanan udara canggih Israel, termasuk Iron Dome dan Arrow—sistem yang selama ini disebut-sebut sebagai tameng utama terhadap serangan rudal.

Rudal Fattah-1 sendiri merupakan senjata strategis baru dalam arsenal militer Iran. Sebagai rudal hipersonik pertama buatan dalam negeri, Fattah-1 mampu melaju lebih dari Mach 5,5 (sekitar 6.100 km/jam), dilengkapi dengan teknologi manoeuvrable reentry vehicle (MaRV) yang memungkinkan perubahan arah saat mendekati target. Teknologi ini menjadikan rudal tersebut sulit dideteksi dan dicegat oleh sistem pertahanan konvensional.

Jangkauan dan Daya Gentarnya

Dengan jangkauan mencapai 1.400 kilometer, Fattah-1 dirancang untuk dapat menjangkau berbagai target strategis di kawasan, termasuk Tel Aviv. Jarak antara Teheran dan Tel Aviv yang sekitar 1.770 km menunjukkan bahwa rudal ini bisa menjadi bagian dari strategi jangka menengah Iran dalam menghadapi potensi ancaman regional.

Sejak diperkenalkan pertama kali pada tahun 2023, rudal ini telah diposisikan sebagai simbol kekuatan militer baru Iran. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bahkan menyebutnya sebagai instrumen untuk "mengguncang kepercayaan diri pertahanan Israel."

Dinamika dan Respons Global

Peluncuran Fattah-1 dinilai sebagai eskalasi signifikan dalam konflik Iran-Israel, sekaligus mencerminkan kemajuan Iran dalam pengembangan teknologi militer. Beberapa analis Barat, termasuk mantan teknisi militer AS Trevor Ball, menyuarakan keraguan atas keefektifan operasional rudal tersebut. Namun, keberhasilan Iran mengklaim penetrasi terhadap pertahanan Israel dinilai cukup untuk mengundang perhatian strategis dari komunitas internasional.

Langkah Iran ini juga dipandang sebagai respons terhadap tekanan global, khususnya dari Amerika Serikat, serta sebagai pesan politik bahwa Teheran tidak akan mundur dalam menghadapi tekanan internasional.

Implikasi Regional

Dengan meningkatnya kapabilitas rudal Iran, keseimbangan militer di Timur Tengah berpotensi mengalami pergeseran. Penggunaan Fattah-1 menandai babak baru dalam persaingan senjata di kawasan, dan bisa mendorong negara-negara lain untuk mempercepat modernisasi sistem pertahanan mereka.

Meski demikian, penggunaan senjata berteknologi tinggi seperti Fattah-1 juga menimbulkan kekhawatiran baru mengenai potensi eskalasi konflik dan dampaknya terhadap stabilitas global.

 

Baca juga: Iran Luncurkan Rudal Balistik Sejjil ke Israel, Operasi True Promise III Masuki Fase Baru

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved