Polemik di Papua

'Ibu Saya Dibakar di Depan Mata Saya' Jeritan Anak Papua untuk Presiden Prabowo

Sebuah surat terbuka yang menyayat hati ditujukan langsung kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Prabowo Subianto. 

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Facebook
SURAT TERBUKA: Sebuah surat terbuka yang menyayat hati ditujukan langsung kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Prabowo Subianto. Penulisnya, Antonia Hilaria Wandagau, adalah seorang anak Papua yang menyaksikan sendiri ibunya ditembak dan dibakar hidup-hidup. (foto: Facebook) 

TRIBUNJAMBI.COM - Sebuah surat terbuka yang menyayat hati ditujukan langsung kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Prabowo Subianto

Penulisnya, Antonia Hilaria Wandagau, adalah seorang anak Papua yang menyaksikan sendiri ibunya ditembak dan dibakar hidup-hidup.

Peristiwa yang pelakunya disebut aparat itu terjadi di halaman rumah mereka di Kampung Jindapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

"Ibu saya, Hetina Mirip, bukan kombatan. Ia hanya seorang ibu rumah tangga. Tapi pagi kemarin, rumah kami dikepung, dan ibuku ditembak, dibakar di halaman rumah, tepat di depan mata saya," tulis Antonia dalam surat yang viral di media sosial dan memicu gelombang keprihatinan publik.

Surat tersebut tidak hanya menyoroti tragedi yang menimpa keluarganya, tetapi juga menggambarkan potret penderitaan warga sipil di berbagai wilayah konflik di Papua

Dari Nduga hingga Maybrat, dari Pegunungan Bintang hingga Yahukimo, deretan nama wilayah yang menurut Antonia tak pernah absen dari operasi militer dan korban jiwa.

"Apakah ini arti nasionalisme di mata negara: membunuh warganya sendiri lalu memanggilnya stabilitas?" tanya Antonia dalam suratnya yang penuh luka dan gugatan moral.

Ia mempertanyakan keadilan dan kemanusiaan dalam sistem pemerintahan yang menurutnya lebih banyak menghadirkan pasukan tempur ketimbang guru dan tenaga kesehatan. 

Baca juga: KETAKUTAN! Bupati Puncak Papua Ungkap Ratusan Warga di 3 Distrik Mengungsi: Tanggap Darurat 14 Hari

Baca juga: Mayjen Kristomei Bantah TNI Tembak Warga Sipil, Ungkap Agus Murib KKB Papua: Kerap Propaganda

"Sekolah berubah jadi barak, guru digantikan senapan, dan suara tangis anak-anak menjadi latar belakang setiap operasi," tulisnya.

Surat ini juga menyinggung sikap pemerintah pusat yang dianggap lebih aktif di panggung diplomasi internasional ketimbang menyelesaikan konflik di dalam negeri. 

"Anda menawarkan diri sebagai mediator konflik Rusia dan Ukraina, tetapi mengapa Anda tutup pintu dialog dengan rakyat Anda sendiri di Papua?" tulisnya dengan nada getir.

Antonia menegaskan bahwa tulisannya bukan seruan balas dendam, melainkan upaya mengetuk nurani. Ia meminta agar kekerasan segera dihentikan dan ruang dialog dibuka untuk menyelesaikan konflik secara bermartabat.

"Kami masih menunggu, Pak Presiden. Tapi entah sampai kapan," tutup Antonia dalam surat yang kini menjadi simbol jeritan hati rakyat kecil yang merasa ditinggalkan oleh negara.


Berikut isi lengkap surat terbuka tersebut:

Pak Presiden, Ibu Saya Dibakar di Halaman Rumah: Sampai Kapan Negara Menembaki Rakyatnya Sendiri?

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved