Profil dan Biodata Tokoh
Sosok Kak Seto Bela dan Puji Dedi Mulyadi Masukkan Anak Naka ke Barak Milier: S1-S3 Psikologi UI
Sosok Seto Mulyadi, akrab disapa Kak Seto menjadi perhatian usai membela dan memuji Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atas kebijakannya
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Sosok Kak Seto Bela dan Puji Dedi Mulyadi Masukkan Anak Naka ke Barak Milier: S1-S3 Psikologi UI
TRIBUNJAMBI.COM - Sosok Seto Mulyadi, akrab disapa Kak Seto menjadi perhatian usai membela dan memuji Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atas kebijakannya yang memasukkan anak nakal ke barak militer.
Bahkan dia “menskakmat” Adhel Setiawan, pelapor kebijakan tersebut ke Komnas HAM.
Dia merupakan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI).
Pembelaan itu disampaikannya dalam debat di stasiun televisi, Kak Seto “menskakmat” pelapor kebijakan tersebut ke Komnas HAM, Adhel Setiawan.
Momen tersebut terjadi dalam acara talkshow pada Selasa malam (13/5/2025) yang kemudian viral di berbagai platform media.
Lantas, siapa sebenarnya Seto Mulyadi dan seperti apa Sosok yang akrab disapa Kak Seto?
Berikut profil dan latabelakang Kak Seto dilansir Tribunjambi.com dari wikipedia.
Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto lahir pada 28 Agustus 1951.
Baca juga: CEMERLANG! Kak Seto Puji Ide Dedi Mulyadi Anak Nakal Masuk Barak dan Skakmat Pelapor ke Komnas HAM
Baca juga: MENCENGANGKAN! Purnawirawan TNI Ungkap Anak Nakal Indonesia Capai 35 Juta: Survei Unicef dan BPS
Dia adalah psikolog anak dan menjabat sebagai ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, lembaga swadaya yang bergerak pada ranah perlindungan anak di Indonesia khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Kehidupan awal dan karier
Seto Mulyadi, atau yang akrab disapa Kak Seto lahir di Klaten pada 28 Agustus 1951.
Sejak kecil, ia dikenal sebagai sosok yang bandel dan tidak bisa diam. Ia juga pernah beberapa kali jatuh hingga sempat mengalami fobia, tetapi ia selalu melatih diri agar fobia tersebut hilang dengan melakukan aktivitas ekstrim seperti parkour.
Kak Seto hijrah ke Jakarta lantaran kecewa tidak diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Dari kekecewaannya itu, ia memutuskan untuk pindah ke Jakarta meski tanpa bekal dan keahlian apapun. Di sana, ia memulai hidup dengan kerja serabutan sembari menunggu tes Fakultas Kedokteran tahun berikutnya.
Tidak berjodoh dengan Fakultas Kedokteran, Kak Seto lantas memutar tujuan dan masuk Fakultas Psikologi atas saran Pak Kasur yang ia kenal sejak ia menjadi asisten pemilik Taman Kanak-kanak.
Kak Seto menyelesaikan pendidikan Sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1981, Pendidikan Magister Bidang Psikologi Program Pascasarjana Universitas Indonesia pada 1989, dan meraih gelar Doktor bidang Psikologi Program Pascasarjana Universitas Indonesia pada 1993.
Menjadi asisten Pak Kasur adalah pekerjaan ayah empat anak kala itu yang kemudian dilanjutkan dengan mengisi acara Aneka Ria Taman Kanak-kanak bersama Henny Purwonegoro.[5] Di sana, Kak Seto mendongeng, mengisi acara belajar sambil bernyanyi, dan bermain sulap bersama anak-anak.
Ilmu yang didapat dari Pak Kasur ia gabungkan dengan ilmu yang ia miliki, yakni teknik sulap yang telah ia pelajari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Sedangkan ilmu mendongeng didapat melalui belajar dan berdasarkan pengalamannya.
Menjadi bagian dari anak-anak memang dituntut untuk selalu kreatif, menyeimbangi pikiran-pikiran kreatif dan penuh imajinasi. Saat itulah karakter Si Komo diciptakan oleh Kak Seto.
Baca juga: Sosok dan Profesi Adhel Setiawan Wali Murid yang Viral Berani Laporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM
Berupa boneka Si Komo dan lagu yang diciptakan, karakter Si Komo menguat dan banyak dikenal. Acaranya banyak ditunggu dan membuat namanya kian tenar, kondisi perekonomiannya pun membaik.
Kesuksesan inilah yang kemudian mengantarkan Kak Seto memborong beberapa penghargaan seperti The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International pada 1987. Ia juga mendirikan Yayasan Mutiara Indonesia dan Yayasan Nakula Sadewa.
Pada 1998, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak. Kecintaannya pada anak-anak jugalah yang mengantarkannya membagi kisah lewat buku yang ia tulis, Anakku, Sahabat, dan Guruku.
Ketua LPAI, Seto Mulyadi, mengunjungi barak militer Dedi Mulyadi di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Cikole, Lembang, pada Sabtu, 10 Mei 2025.
Kak Seto menilai tidak ada pelanggaran hak anak dalam kegiatan pendidikan karakter di lingkungan militer tersebut. Ia juga mengapresiasi program yang diinisiasi Gubernur Jawa Barat dan menyebut Pemprov Jabar terbuka terhadap masukan, termasuk permintaannya untuk meninjau langsung kondisi anak-anak.
Pendidikan
SD Ngepos, Klaten, 1963
SMP Pangudi Luhur 1, Klaten, 1966
SMA St. Louis, Surabaya, 1969
Sarjana Psikologi Universitas Indonesia, 1981
Magister Psikologi Universitas Indonesia, 1989
Doktoral Psikologi Universitas Indonesia, 1993
Guru Besar bidang Ilmu Psikologi Universitas
Gunadarma, 2021
Penghargaan dan pengakuan
Men’s Obsession Award (2006)
The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & UNICEF (1989)
Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden Republik Indonesia (1987)
The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987)
Peace Messenger Award, New York, dari Sekretaris Jenderal PBB Javier Perez de Cuellar (1987)
Kak Seto Puji Ide Dedi Mulyadi
Kebijakan kontroversial Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang mengirim anak-anak bermasalah ke barak militer justru mendapat dukungan penuh dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Prof. Dr. Seto Mulyadi.
Bahkan dalam sebuah debat di stasiun televisi, Kak Seto “menskakmat” pelapor kebijakan tersebut ke Komnas HAM, Adhel Setiawan.
Skakmat itu dalam adu argumen tajam namun sarat makna pendidikan.
Baca juga: Identitas 3 Napi KKB Papua Kabur dari Lapas Nabire, Lengkap dengan Kasus dan Sisa Masa Tahanan
Momen tersebut terjadi dalam acara talkshow pada Selasa malam (13/5/2025) yang kemudian viral di berbagai platform media.
Adhel, seorang pengacara yang mengaku sebagai wali murid, menuding program tersebut berpotensi melanggar hak asasi manusia dan mencederai prinsip perlindungan anak.
Namun, Kak Seto tidak tinggal diam. Ia membalikkan semua tudingan dengan data, pengamatan lapangan, dan filosofi pendidikan.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Hakim Jujur Malah Terbuang Seperi Hakim Djuyamto yang Akhirnya Terjerat Kasus Suap Kata Mahfud MD
Baca juga: Ilegal Drilling di Jambi Kembali Telan Korban, Polisi Masih Selidiki Lokasi
Baca juga: Kode Redeem MLBB Mobile Legends Hari ini Rabu 14 Mei 2025, Kalim Diamond hingga Skin Hero Terbaru
Baca juga: Isu Beras Oplosan Plastik di Koto Boyo Jambi, Pemkab Batanghari Belum Terima Laporan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.