Berita Nasional
'Kok Suara Ayah enggak Ada Hari Ini?' Tanya Anak Bungsu Korban Ledakan di Garut
Istri Endang, Dede (38) mengenang, biasanya suaminya menghubungi melalui sambungan telepon atau panggilan video saat hendak bekerja
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
TRIBUNJAMBI.COM, GARUT - Endang Rahmat, satu di antara korban meninggal dunia dalam musibah saat pemusnahan amunisi atau bom kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, menyisakan luka yang mendalam.
Anak-anaknya kini mesti menghadapi kenyataan pilu.
Suara ayahnya yang sering menyapa telinga mereka, kini tak lagi terdengar.
Tidak Ada Suara Ayah Hari Ini

Adalah anak bungsunya yang masih berusia 3,5 tahun, terus menanyakan keberadaan sang ayah.
Istri Endang, Dede (38) mengenang, biasanya suaminya menghubungi melalui sambungan telepon atau panggilan video saat hendak bekerja atau di sela-sela kesibukannya.
Namun, setelah kejadian itu, anaknya benar-benar merasa kehilangan.
"Malahan anak bungsu saya bilang, 'Kok suara ayah enggak ada hari ini'. Biasanya (Endang) suka telepon dan video call anak sebelum kerja," tutur Dede, Senin (12/5/2025) malam.
Dede mengatakan, suaminya terakhir menelepon pada Minggu (11/5/2025), sehari sebelum kejadian yang menimpa dirinya bersama pekerja lain.
Sayang, menjelang kejadian, Endang tak sempat menelepon buah hati bungsunya.
"Belum sempat komunikasi saat kejadian. Biasanya suka telepon atau video call, dan suka bilang ke anak bungsu kalau ayah lagi ngumpet mau ada peledakan," ungkap Dede.
Tragedi ledakan amunisi kedaluwarsa yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut itu merenggut nyawa Endang Rahmat.
Endang Rahmat adalah salah satu dari 13 korban tewas saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa tersebut.
Endang sebelumnya seorang pekerja proyek, namun baru sebulan ini ia diajak bekerja sebagai sopir bahan peledak kedaluwarsa tersebut.
Walakin, nasibnya berujung tragis, Endang menjadi korban yang meninggal dunia dalam tragedi tersebut.
Endang meninggalkan istri dan tiga anaknya.
Dede mengaku masih tidak menyangka suaminya menjadi korban dalam tragedi tersebut.
Dede mengatakan, suaminya diajak bekerja sebagai sopir bahan peledak oleh bosnya.
"Suami saya itu diajak sama bos buat kerja nurunin bahan peledak sebagai sopir dan baru ikut kerja pertama sebulan ini. Bahkan pesangon pun belum dibayar," ucapnya.
Selama bekerja sebagai sopir mengangkut bahan peledak kedaluwarsa, Endang sudah 38 hari belum pulang.
Penyebabnya, jarak rumah ke lokasi kerja sangat jauh, memakan waktu selama tiga jam.
Kemarin adalah peledekan terakhir. Harusnya Endang pulang, namun kepulangannya membawa kepiluan bagi keluarga.
"Hari ini peledakan terakhir, harusnya pulang hari ini, ternyata pulang selamanya," ucap Dede sambil menahan rasa sedih.
Dede sebenarnya sempat akan menemui suaminya ke lokasi kerjanya tapi tidak diperbolehkan karena pekerjaannya akan selesai.
"Hari Sabtu saya sempat mau ke situ, tapi enggak boleh. Selama bekerja, suami saya tinggal di mes di lokasi kejadian," ungkapnya.
Sosok Suami Serba Bisa
Baginya, Endang adalah sosok suaminya periang dan begitu dekat dengan anaknya.
Bahkan, ia menyebut suaminya sebagai sosok yang serba bisa, mulai dari bernyanyi, mengaji, bahkan kerja apapun ia mau. Tidak pernah menolak.
"Suami itu multitalent banget, segala bisa, nyanyi hayu, ngaji hayu, pokoknya kerja apa mau. Enggak pernah bilang engga bisa. Tapi saya masih enggak nyangka, serasa mimpi saja," kata Dede.
Hingga kini, Dede masih tidak menyangka dan merasa mimpi sang suami sudah tiada.
"Saya suka ngingetin ke suami saya, 'Kalau lagi terjun baca doa'. Dan biasanya (bekerja di) proyek rumah. Enggak pernah kerja kayak sekarang," tuturnya.
Dede berharap suaminya cepat dibawa pulang dan ada tanggung jawab dari pihak TNI buat anak-anak karena masih membutuhkan biaya sekolah.
Soal pemulung serpihan besi amunisi, ia menegaskan suaminya bukan pemulung tapi bekerja sebagai sopir angkut barang dan dibayar harian.
"Selama bekerja selama sebulan lebih belum dibayar dan terakhir kegiatan mau dibayar, dan ini baru pertama kali dalam sejarah suami saya kerja di sini," ucap Dede.
Endang adalah satu di antara 13 korban meninggal dunia dalam insiden ledakan saat pemusnahan bom kedaluwarsa di Garut tersebut.
Ada empat anggota TNI dan sembilan warga sipil yang terenggut nyawanya dalam insiden itu.
Empat anggota TNI yang meninggal dunia akibat insiden itu adalah Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopda Eri Triambodo, dan Pratu Aprio Seriawan. Adapun sembilan warga sipil yang meninggal dunia, yakni Agus, Ipan, Anwar, Iyus Ibing, Iyus Rizal, Toto, Dadang, Rustiawan, dan Endang.
Dapat Pendampingan Psikologis dan Santunan

Keluarga korban musibah ledakan amunisi atau bom kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, pada Senin (12/5) akan mendapat pendampingan psikologis, santunan, hingga biaya sekolah untuk anak yang ditinggalkan.
Pendampingan psikologis dilakukan agar para keluarga yang ditinggalkan dapat kembali bangkit setelah peristiwa nahas ini. Sebab, ada sebagian keluarga yang histeris karena nyaris menjadi korban ledakan amunisi itu.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana, mengatakan telah menyiapkan sebanyak sembilan orang yang diterjunkan untuk mendampingi keluarga korban.
Mereka akan mendampingi keluarga korban dalam proses trauma healing.
"Kita terjunkan sembilan orang, kita akan dampingi untuk proses trauma healing," ujar Yayan.
Selain mendapatkan pendampingan psikologis, para keluarga korban juga mendapatkan santunan dengan nilai Rp50 juta tiap keluarga. Anak korban ledakan amunisi yang masih sekolah juga akan mendapatkan bantuan sekolah gratis.
"Untuk keluarga korbannya ya tadi ada rasa empati dari Pemprov Jabar untuk disampaikan kepada keluarganya untuk biaya pemulasaraan jenazah dan untuk kegiatan-kegiatan ritual yang biasa dilakukan dalam sebuah keluarga ketika ada yang meninggal dunia nilainya per orang Rp 50 juta, sekolahnya kan sudah tanggung jawab saya, biaya pendidikannya sampai kuliah," kata Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi saat menemui keluarga korban ledakan amunisi di Garut pada Selasa (13/5).
"Yang meninggal itu meninggalkan anak, meninggalkan istri. Sehingga, yang pertama untuk anak-anaknya yang belum menikah itu menjadi tanggung jawab gubernur mereka pendidikannya, kehidupan kesehariannya," jelas Dedi Mulyadi.
Ada 13 korban meninggal dunia dalam insiden tersebut: empat anggota TNI dan sembilan warga sipil.
Ledakan amunisi atau ledakan bom itu terjadi di sumur ketiga setelah proses peledakan di 2 sumur sebelumnya berjalan aman.
Empat anggota TNI yang meninggal dunia akibat insiden itu adalah Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopda Eri Triambodo, dan Pratu Aprio Seriawan. Adapun sembilan warga sipil yang meninggal dunia, yakni Agus, Ipan, Anwar, Iyus Ibing, Iyus Rizal, Toto, Dadang, Rustiawan, dan Endang.
Kronologi Kejadian

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologis kejadian yang menewaskan 13 orang.
Ke-13 orang tewas itu terdiri dari empat anggota TNI dan 9 orang warga sipil.
Mereka tewas terkena ledakan amunisi dalam kegiatan pemusnahan bom atau pemusnahan amunisi tak layak pakai di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025).
Menurut Brigjen Wahyu, tim penyusun amunisi dari TNI sudah melaksanakan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk dilakukan pemusnahan.
"Tim penyusun amunisi ini menyiapkan dua lubang sumur, lalu tim pengamanan masuk dan dinyatakan aman hingga dilakukan peledakan di dua sumur tadi," katanya
Kemudian, tim juga menyiapkan satu lubang di luar dua sumur tadi untuk menghancurkan sisa detonator yang ada.
"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.
Berkaitan 9 korban warga sipil yang meninggal, Kadispenad menyebut seluruhnya sudah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk Garut untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
Saat ini, karanya, upaya yang dilakukan ialah berkoordinasi dengan aparat terkait untuk mengamankan lokasi ledakan sampai aman bagi warga.
"Lokasi disterilkan petugas khawatir masih ada beberapa bahan bahaya yang perlu diamankan. Soal penyebabnya masih dilakukan penyidikan oleh TNI AD, termasuk korban sipil," katanya.
Lahan yang dipergunakan untuk memusnahkan amunisi tak layak ini merupakan lahan milik BBKSDA Garut yang memang rutin dilakukan dan lokasinya jauh dari pemukiman warga.
"Kami segenap keluarga besar TNI berbela sungkawa. TNI yang menjadi korban musibah ini merupakan prajurit yang miliki dedikasi tinggi dan kami juga duka cita atas meninggalnya warga sipil," ujarnya.
Daftar Korban Meninggal Dunia:
- Kolonel Cpl Antonius Hermawan, ST., MM.
- Mayor Cpl Anda Rohanda.
- Kopda Eri Triambodo
- Pratu Aprio Seriawan
- Sdr. Agus Bin Kasmin.
- Sdr. Ipan Bin Obur.
- Sdr. Anwar Bin Inon.
- Sdr. Iyus Ibing Bin Inon.
- Sdr. Iyus Rizal Bin Saepuloh.
- Sdr. Toto.
- Sdr. Dadang.
- Sdr. Rustiawan.
- Sdr. Endang.
(Tribunjabar.id/Salma Dinda/Sidqi Al Ghifari)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul "Kok Suara Ayah Gak Ada Hari Ini?" Kata Anak Bungsu Endang Korban Tewas Ledakan Amunisi TNI di Garut
Baca juga: Identitas 13 Korban Meninggal dalam Insiden Ledakan saat Pemusnahan Amunisi di Garut
Baca juga: VIRAL Sopir Truk Tabrak Pemotor Ketakutan Dikejar Massa Kabur ke Polsek Muara Tembesi
Baca juga: AS Frustrasi! Israel Minta Sandera Dibebaskan tapi Ogah Akhiri Perang di Gaza
Daftar 29 Wakil Menteri Prabowo yang Harus Mundur dari Komisaris BUMN |
![]() |
---|
Dosen UGM Dokter Hewan Yuda Heru Suntik Sekretom ke Manusia, Kini Tersangka |
![]() |
---|
Warga Pati Batal Demo jika Sudewo jadi Tersangka KPK, Uang Donasi untuk Anak Yatim |
![]() |
---|
Mual hingga Pusing, Siswa di Bengkulu Diduga Keracunan Makan Bergizi Gratis |
![]() |
---|
Daftar Harga Beras Medium dan Premium Terbaru, HET Beras Medium Naik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.