Renungan Kristen

Renungan Harial Kristen 24 Januari 2025 - Kasih TUHAN yang Baru Setiap Pagi

Bacaan ayat: Ratapan 3:22-23 (TB)  Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! 

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Renungan Harial Kristen 24 Januari 2025 - Kasih TUHAN yang Baru Setiap Pagi

Bacaan ayat: Ratapan 3:22-23 (TB)  Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! 

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

Pagi ini saya bangun karena terganggu dengan suara hujan. Sejenak membuka mata sekedar mengumpulkan kesadaran bahwa saya telah bangun dari tidur.

 Seruan lirih terdengar, "Terima kasih, TUHAN!" Ya, benar berterima kasih. Untuk apa? Bukankah setiap pagi itu sama? Tidak ada yang beda.

Mungkin yang berbeda pagi kemarin tidak hujan dan pagi ini hujan. Ya, tapi semua yang lain rasanya tetap sama; tidak ada yang berbeda. Langit yang sama, mendung yang sama! Benarkah demikian? Tidak! Pasti ada perbedaan. 

Dalam perjalanan waktu, setiap pagi itu berbeda. Minimal kita perlu sadar bahwa usia kita bertambah.

Dalam hal kesempatan, kita berbeda; pagi ini ada kesempatan baru untuk memberi makna ulang terhadap banyak hal yang telah terjadi pada hari kemarin.

Jika suatu hal menjengkelkan di hari kemarin, (seharusnya) hari ini tidak lagi. Kita bisa membuat rancangan yang lebih baik dalam pembaharuan makna terhadap segala peristiwa yang terjadi. 

Jangan biarkan pikiran tersandera oleh masa lalu. Jangan biarkan masa lalu menjadi jerat yang menyedihkan sementara kita telah hidup hari ini. 

Pagi ini baru! 

Yerusalem hancur. Kehancurannya membawa duka dan nestapa. Penderitaan ada dimana-mana. Memandang nyala api dan puing yang berserakan membuat hati menjadi gundah, teriris dan pilu.

Bagaimana mungkin kota yang kokoh yang disebut sebagai Kota Allah, harus berakhir dengan kehancuran total? 

Tidak sanggupkah Ia menjaga sehingga Yerusalem dapat terus bertahan? Dosa, ya dosalah yang menyebabkan Allah murka dengan membiarkan hukuman melanda. 

Umat Allah yang tidak setia dan hidup dalam kejahatan, sedang menyaksikan murka Ilahi yang mengerikan! 

Apakah ini berarti Allah tidak peduli lagi kepada umat-Nya? Sang peratap menceritakan dukanya secara mendalam.

Dalam duka, peratap mengalami kegalauan yang hebat. Ia hanya bisa pasrah dalam ketidakberdayaan. 

Menariknya, sang peratap tetap meyakini bahwa kasih Tuhan masih ada. Ia menuliskan pengharapannya: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" 

Dalam dimensi waktu, memang mereka mengalami kehancuran yang mengenaskan.

 Pilu rasa hati jika mengingat penderitaan yang harus mereka alami.

Meskipun demikian, sang peratap tetap yakin bahwa TUN tetap mengasihi. Melampaui dan mengatasi waktu, peratap mengajak pembaca syairnya untuk terus percaya bahwa kasih TUHAN itu tidak berkesudahan. Kasih itu baru setiap hari. 

Meskipun Yerusalem telah rata dengan permukaan tanah. Allah akan tetap mengasihi sebab Allah adalah kasih. 

Jika kita hari ragu akan kasih Allah, heninglah sejenak untuk menemukan kembali kasih-Nya. Coba bangun sedikit lebih pagi agar tidak terburu-buru.

Masih ada waktu untuk sekedar berbisik lirih, "Terima kasih, Tuhan!" Maka kita akan diyakinkan bahwa hari ini kasih-Nya baru pagi. Amin

     Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved