Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen 2 November 2024 - Kasih Sebagai Dasar Sebuah Relasi
Bacaan ayat: Markus 12:30-31 (TB) "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
Renungan Harian Kristen 2 November 2024 - Kasih Sebagai Dasar Sebuah Relasi
Bacaan ayat: Markus 12:30-31 (TB) "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
Oleh Pdt Feri Nugroho
Hukum Kasih oleh banyak gereja selalu dikumandangkan ketika Ibadah Minggu dilakukan, baik secara langsung mengutip perkataan Tuhan Yesus, maupun tidak langsung dengan memilih bagian Alkitab yang bernuansa kasih di dalamnya.
Tujuannya, supaya jemaat terus bercermin pada hukum tersebut dan terus progresif dalam memperbaiki diri dalam pembaharuan. Sayangnya banyak yang abai! Hukum Kasih seakan menjadi retorika semata!
Masing-masing berargumentasi bahwa kasih terlalu mulia dan ideal untuk dilakukan. Akibatnya, cukuplah jika diingat dan dipampang sebagai kata mutiara! Sebagian yang lain merasa kesulitan untuk memahami dalam juklak (petunjuk pelaksanaan) yang lebih sederhana.
Inginnya langsung kongkret dalam aturan baku, bak bayi yang harus terus disuap tanpa harus repot berfikir yang lain! Ada juga yang menyatakan kasih sebagai omong kosong semata! Terlalu banyak berbenturan dengan realita hidup yang penuh dengan pengalaman buruk yang memilukan.
Kasih menjadi hambar, bak makanan kurang garam! Ironisnya, kasih kadang menjadi bahan olokan dan cibiran bagi orang yang baik.
Seakan menjadi ejekan untuk sok suci dalam menjalani kehidupan. Memperihatinkan bukan?
Berhadapan dengan para Ahli Taurat, Yesus berhadapan dengan pertanyaan, "Hukum manakan yang paling utama?".
Pertanyaan ini masuk akal, mengingat terlalu banyak hukum yang tersebar dalam kehidupan dan menuntut untuk ditaati.
Apalagi dalam konteks Ahli Taurat yang harus menghafalkan semua hukum yang ada dengan berbagai turunan dan penjelasan. Faktanya memang manusia berkemampuan untuk membuat hukum.
Didasarkan kepada konteks dan pemikiran yang cerdas, hukum-hukum dibuat dan ditata sedemikian rupa. Hukum ini diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya..
Menjadi budaya yang diwariskan secara turun temurun. Ini hebatnya manusia, setelah jatuh dalam dosa, ternyata dapat mengetahui hal yang baik dan yang jahat, yang memungkinkan lahirnya hukum dalam kehidupan.
Debat Perdana Pilwako Jambi: H Abdul Rahman Siap Adu Gagasan Soal Keamanan dan Ekonomi |
![]() |
---|
Ini Dugaan Penyebab Kebakaran Polresta Jambi Tadi Malam, Ruangan Samapta Dilalap Si Jago Merah |
![]() |
---|
Tragedi di Nusa Penida Bali, Anak Wox Drummer Matta Band Tewas Digulung Ombak saat Study Tour |
![]() |
---|
Asap Gas Air Mata Selimuti Mapolresta Jambi, Kebakaran Diduga karena Korsleting Listrik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.