Femalenial
Kisah Perjuangan Rianti Oktavia Guru Muda Jambi: dari Desa Tertinggal Menuju Puncak Pendidikan
Di sebuah dusun terpencil di Provinsi Jambi, Rianti Oktavia, seorang perempuan muda yang gigih, menjalani kisah inspiratifnya sebagai seorang guru.
Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Darwin Sijabat
JAMBI, TRIBUN - Setiap orang memiliki perjuangan dan cerita indahnya sendiri. Di sebuah dusun terpencil di Provinsi Jambi, Rianti Oktavia, seorang perempuan muda yang gigih, menjalani kisah inspiratifnya sebagai seorang guru.
Rianti memulai karier mengajarnya pada Januari 2021, menghadapi tantangan besar sejak hari pertama. Jalan menuju sekolahnya sangat sulit dijangkau, termasuk jembatan gantung yang sempit dan goyah.
Pengalaman awalnya menyeberangi jembatan ini penuh dengan ketakutan, terutama saat hujan turun dan membuat jembatan licin.
"Saya tidak pernah melewati jembatan seperti itu sebelumnya," ungkap Rianti.
"Suatu hari saya terpeleset karena licin dan hampir jatuh. Untung saja besi pengaman di samping jembatan menahan saya."
Meski penuh ketakutan, Rianti tetap berusaha menyesuaikan diri. Setelah enam bulan, ia mulai merasa lebih nyaman dan mampu menyeberangi jembatan tanpa rasa takut yang berlebihan.
Tantangan di Sekolah
Sebagai seorang guru, Rianti menghadapi kenyataan yang berbeda dari yang ia bayangkan. Sekolah di dusun tersebut memiliki fasilitas terbatas dan anak-anak yang sulit memahami bahasa Indonesia, karena sehari-hari mereka menggunakan bahasa daerah.
"Saya mengalami kesulitan besar karena anak-anak di sini lebih terbiasa dengan bahasa daerah mereka," ungkapnya.
Baca juga: Kisah Petugas Pemadam Kebakaran Hutan di Tanjabbar, Karhutla di Lahan Gambut Sulit Dipadamkan
Namun, Rianti tidak menyerah. Ia berusaha keras untuk mempelajari bahasa daerah dan mengadaptasi metode pengajaran yang lebih sederhana agar anak-anak bisa memahami pelajaran dengan lebih baik.
Ia sering menggunakan alat bantu visual dan gadget untuk membantu dalam proses belajar-mengajar.
Motivasi dan Dedikasi
Motivasi terbesar Rianti dalam mengajar adalah ibunya, yang telah menjadi guru honorer sejak lama.
"Ibuku sudah mengajar sejak saya masih kecil. Meskipun hanya lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan tidak bisa menjadi PNS karena keterbatasan kualifikasi, ia tetap mengajar dengan dedikasi penuh," jelas Rianti.
Melihat ibunya yang terus berjuang di tengah keterbatasan, Rianti termotivasi untuk melanjutkan pendidikan dan menjadi guru PNS, sebuah impian yang juga didorong oleh keinginan untuk mengangkat derajat keluarganya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.