Human Interest Story

Kisah Penghulu di Lumajang Menerabas Banjir Lahar Gunung Semeru Demi Nikahkan Orang, Doa Terus

Ali bercerita kala itu bertugas bersama Bahaul Abror untuk menikahkan Angga Dwi Asmara (23) dan Misriati (21) di Dusun Liwek, Desa Gondoruso

Editor: Duanto AS
TRIBUNJATIM.COM/TONNY
Lahar panas Gunung Semeru beberapa waktu lalu. 

INI kisah seorang penghulu yang menerabas banjir lahar dingin gunung tertinggi di Pulau Jawa. 

Seorang penghulu bernama Ali Komarifan (35), warga Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, rela menerjang aliran banjir lahar dingin Semeru.

Dia melakukan itu demi menikahkan sepasang kekasih di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian.

Akses jalan menuju tempat akad nikah terputus setelah Jembatan Limpas Gondoruso rusak akibat diterjang banjir lahar Gunung Semeru.

Imbasnya, warga terpaksa menyeberangi Sungai Regoyo yang menjadi tempat mengalirnya lahar hujan Gunung Semeru.

Ali bercerita kala itu bertugas bersama Bahaul Abror untuk menikahkan Angga Dwi Asmara (23) dan Misriati (21) di Dusun Liwek, Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Rabu (24/4).

Saat keduanya mendaftar di KUA, kondisi jembatan masih belum rusak dan belum ada banjir lahar.

Sehingga, kondisi tersebut tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Ali dan Abror.

"Daftarnya kan sebelum jebol jembatannya, jadi ya enggak kebayang juga mau jebol, tapi waktu hari H ternyata tidak bisa lewat," kata Ali melalui sambungan telepon, Jumat (26/4).

Dengan pakaian rapi, mengenakan celana panjang berwarna hitam dan kemeja batik, Ali menyeberangi jalur lahar yang alirannya saat itu cukup deras.

Menurut Ali, setelah jembatan rusak, kendaraan roda dua masih bisa melintas di Sungai Regoyo.

Namun, bertepatan dengan hari pernikahan, debit air sedang tinggi dan cukup deras.

Sehingga, ia harus memarkir kendaraannya dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menyeberangi sungai.

Bahkan, Ali harus dibantu oleh dua orang lelaki yang bertubuh cukup besar.

Mereka memegangi tangan kanan dan kiri Ali.

Beberapa kali Ali juga tampak melompat demi menghindari derasnya aliran.

Sesampainya di seberang, keluarga pengantin lelaki sudah menunggunya dan langsung mengantar Ali ke tempat pernikahan.

"Ya, basah semua, airnya itu di atasnya lutut, tapi sampai sana dipinjami pakaian oleh keluarga," lanjutnya.

Saat melintasi aliran banjir lahar, Ali mengungkap, perasaannya campur aduk. Ali terus menerus melantunkan doa agar diberi keselamatan.

Menurutnya, momen tersebut adalah kali pertama sejak ia bertugas di KUA. Ali khawatir berkas-berkas pernikahan pengantin rusak terkena air.

"Ya, campur aduk, pokoknya doa terus, takut jatuh terus berkasnya rusak. Tapi Alhamdulillah selamat, berkasnya juga aman acara pernikahan lancar," kata dia.

Kepala Kemenag Kabupaten Lumajang, Muhammad Muslim, mengapresiasi kinerja Ali dan Abror.

Menurutnya, hal ini merupakan bentuk tanggung jawab menjalankan tugas apa pun kondisinya.

Meski begitu, Muslim mengimbau, para petugasnya untuk tetap berhati-hati saat menjalankan tugas. Khususnya di daerah-daerah rawan bencana.

"Ini adalah konsekuensi tugas karena tidak boleh kita membatalkan acara pernikahan, jadi kami minta para petugas untuk tetap berhati-hati," jelas Muslim. (tribun network/kompas.com)

Baca juga: DETIK-DETIK Banjir Bandang Terjang Desa Semumu Kabupaten Kerinci, Air Meluncur dari Bukit

Baca juga: Kepala Seperti Ular Kobra, Harga Ikan Chana Puluhan Ribu hingga Jutaan Rupiah

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved