LIPUTAN KHUSUS
Kisah Hendry Dilema, Penyadap Karet di Jambi Dihantam Harga yang Tak Bersahabat Tiga Tahun
Menurutnya, petani di desanya belum terlalu berminat untuk beralih menjadi petani kelapa sawit. Pilihan itu tidak dapat dilakukan karena modal
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI.COM, MUARABUNGO - Meski banyak petani/pekebun karet yang beralih ke kelapa sawit atau profesi lain lantaran harga jual tak menguntungkan, masih ada yang tetap bertahan.
Itu seperti yang dilakukan Hendry (42), petani karet di Desa Lubuk Benteng, Kecamatan Bathin III, Kabupaten Bungo.
Hendry tidak punya banyak pilihan untuk beralih mengganti tanaman karet ke tanaman lain, karena harus merogoh kocek.
Dia mengaku masih bertahan dengan pekerjaan sehari-hari sebagai penyadap karet, meski harga karet hanya di angka Rp8.000-9.000 per kilogram.
"Masih bertahan di karet karena ini pencarian utama mayoritas masyarakat desa, sejak nenek, kakek, hingga sampai ke kita," kata Hendry kepada Tribun Jambi, Minggu (18/6).
Menurutnya, petani di desanya belum terlalu berminat untuk beralih menjadi petani kelapa sawit.
Pilihan itu tidak dapat dilakukan karena modal untuk kelapa sawit sangat tinggi, tidak sebanding dengan pendapatan petani.
Selain itu kebun miliknya tak begitu luas, padahal kelapa sawit membutuhkan luas lebih dari dua hektare.
Hampir 90 persen masyarakat Desa Lubuk Benteng masih mempertahankan pohon karet.
Walaupun, ada sebagian yang sudah beralih menjadi petani kelapa sawit, menambang emas ilegal, karena himpitan beban ekonomi yang makin memperparah kondisi.
"Kalau kami di sini belum sanggup karena modal untuk nyumbang karet, bibit sawit pupuk dan lainnya butuh modal besar. Kebun kami pun hanya sedikit cuma 1 hektare. Hanya orang tertentu yang beralih ke sawit, yang cuma punya modal," ujarnya.
Pendapatan dalam satu kali timbang di tauke ditambah kondisi cuaca panas seperti saat ini, paling banyak 60-70 kilogram.
Kata Hendry, itu pun hasilnya tidak menentu, karena berpatokan pada berkembangnya daun pohon karet.
"Kadang dapat Rp600 ribu-Rp700 ribu rupiah satu kali timbang dalam satu minggu, di tauke belum masuk potongan. Belum lagi kita kadang minjam uang samo tauke, pas timbang karet harus bayar berapa lah lagi kita bawa balek duit," katanya.
Biasanya, petani setempat menjual hasil panen getah meraka kepada tauke di sekitar desa.
Setelah itu, tauke menjual ke berbagai pabrik seperti di Kabupaten Bungo ataupun Kota Jambi.
Dengan harga seperti saat ini, tentunya petani karet kekurangan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya anak untuk bersekolah.
Menurutnya, hasil itu cuma bisa memenuhi makan untuk sehari-hari tidak bisa memenuhi kebutuhan lain.
"Kalau harga di atas Rp12 ribu, paling minim Rp10 ribu rupiah bisa mungkin kita buat untuk simpanan Rp200 ribuan satu kali timbang. Kalau sekarang langsung habis bae hasil itu," sebutnya.
Langsung ke sawah
Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, petani biasanya tidak mengandalkan karet saja.
Kata Hendry masyarakat desa setelah menyadap karet bertani tanaman lain, seperti padi sawah, kacang-kacangan, jagung dan macam-macam sayuran.
"Agar meringankan beban kita menanam padi juga agar kita tidak beli beras, sehabis motong (menyadap) karet petani langsung ke sawah," cerita Hendry.
Pencurian
Selain itu, tidak hanya pencurian buah kelapa sawit yang sering terjadi di wilayah perkebunan masyarakat tetapi di Desa Lubuk Benteng juga terdapat pencuri yang mengambil hasil panen karet yang membuat sedih para petani.
Selain itu, banyak pula pohon karet yang mati.
"Ado juga yang nyuri karet di pokok batang, kadang kita sudah sembunyikan masih ada aja yang hilang. Ada juga pohon karet yang mati. Kalau pohon sayo ada mungkin 50-100 batang yang mati," kisahnya. (can)
Baca juga: Petani Karet Jambi Tak Panen 3 Tahun Terakhir, Alih Profesi ke Sopir dan Buruh, 4 Pabrik Terdampak
Baca juga: Kisah 50 Tahun Tak Dapat Aliran Listrik, Warga Geragai Tanjabtim Pakai Teplok, Diesel, Tenaga Surya
Warga 4 Daerah Tolak Pembangunan Stockpile Batu Bara PT SAS di Aur Duri Kota Jambi, Hanya Sejengkal |
![]() |
---|
Raffi Tak Jadi Operasi Plastik, Anak di Jambi Kena Stevens-Johnson Syndrome, Virus Tak Masuk Daging |
![]() |
---|
Ketua DPRD Kota Jambi Minta Wako Panggil Dokter Puskesmas dan Kadis, Anak Kena Sindrom Langka |
![]() |
---|
Ustaz Agus Nyaris Menangis Lihat Kondisi Anak di Jambi Kena Sindrom Langka Kulit Mengelupas |
![]() |
---|
Anak di Jambi Kena Sindrom Langka, Kulit Raffi Lepas Jika Tidur di Kasur, Terpaksa Alas Daun Pisang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.