Pilwako Jambi 2024

Tak Menarik Jika Cawako Hanya 2, Poros Anak Muda Solusi Wali Kota Jambi 2024

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Serentak masih cukup lama pada November 2024 mendatang. Namun sejumlah nama sudah mulai bermunculan,

Penulis: Danang Noprianto | Editor: Fifi Suryani
istimewa
Pengamat Politik Jambi, Dori Efendi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Serentak masih cukup lama pada November 2024 mendatang. Namun sejumlah nama sudah mulai bermunculan, salah satunya untuk kontestasi di Pilwako Jambi, mulai dari petahana yang akan naik tingkat hingga sosok anak muda.

Menyoroti hal ini, Pengamat Politik Universitas Jambi, Dr Dori Efendi menilai dalam Pelaksanaan Pilwako Jambi yang menjadi ukurannya adalah popularitas yang nanti akan berdampak kepada elektabilitas atau keterpilihan.

Menurutnya, setidaknya ada tiga anak muda yang popularitasnya dikenal di Kota Jambi yaitu Rocky Candra, Budi Setiawan dan Iqbal Linus.

"Saya asumsikan Rocky Candra. Dalam Pemilihan Legislatif 2019, berhasil mendulang suara sebanyak 16.203 suara dan merupakan suara tertinggi di Dapil Kota Jambi mewakili Partai Gerindra," ujarnya.

Begitu juga dengan Budi Setiawan yang merupakan Ketua Partai Golkar Kota Jambi yang secara tidak langsung memiliki mesin partai dan juga Ketua KONI Provinsi Jambi.

Sebaliknya kata Dori, Iqbal Linus yang baru masuk dalam pusaran politik, sudah mulai mendapat simpati pemilih dan ia merupakan Ketua KNPI, dan Wakil Bendahara Partai PAN.

"Kredibilitas mereka ini dapat menjadi solusi. Kenapa? Pertama, partai Gerindra adalah partai pemenang Pemilu di Kota Jambi dengan tujuh kursi dan menduduki Ketua Dewan. Sedangkan Golkar memiliki empat kursi, partai PAN juga empat kursi. Artinya mereka berpotensi diusung oleh partai masing-masing," ungkapnya.

Kata Direktur Gentala Analis dan Riset ini, jika merujuk dalam kontestasi Pilwako di beberapa daerah, ada Kota Medan yang berhasil dimenangkan oleh anak muda dan Wali Kota Solo yang juga dimenangkan oleh anak muda.

"Tentu ini menjadi menarik ketika anak muda bisa bersaing dengan para politisi kawakan seperti Maulana dan H Rahman. Sebaliknya ia tidak akan menjadi menarik apa bila calon wali kota hanya ada dua orang saja," ucapnya.

Seperti Maulana dan H Rahman, Dori menilai kedua kandidat bersaing untuk mendapatkan simpati dan dukungan Fasha, karena keduanya adalah kader dari Partai Nasdem.

"Jika diilustrasikan kedua kandidat adalah orang Fasha artinya ia akan berhadapan dengan kekuatan partai lain karena Nasdem tidak bisa mengusung calon sendiri disebabkan oleh parliamentary threshold yang mengharuskan 4 persen kursi Parlemen," jelasnya.

Kemudian juga kata Dori jika keduanya adalah orang Fasha tentu masyarakat atau pemilih tidak akan dapat menentukan sikapnya karena loyalis Fasha harus berpihak kepada salah satu kandidat.

Dengan hal tersebut maka calon muda dapat meraih simpati pemilih pemula dan pemilih muda di Kota Jambi.

"Komposisi mereka yang banyak tersebut tentu menjadi rebutan kandidat. Siapa yang mampu merepresentasikan dirinya sebagai wakil anak muda," tuturnya.

Menurutnya jika ingin melihat kontestasi pilwako menjadi menarik, maka kandidat muda tersebut haruslah berani masuk dalam kontestasi pilwako tersebut.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved