LIPUTAN KHUSUS

Perasaan Aryo Dkk Deg-degan Melewati Pohon Bolong saat Pendakian Gunung Kerinci, Ternyata

Memang, selain memiliki pesona pemandangan indah, Gunung Kerinci juga memiliki kearifan lokal. Cerita-cerita yang bertujuan manusia tetap menghormati

Penulis: Herupitra | Editor: Duanto AS
TRIBUN JAMBI/ARYO TONDANG
PENDAKIAN - Dua pendaki Tribun Jambi saat menapak Gunung Kerinci, Provinsi Jambi. Bersama enam pendaki lain, mereka sampai di "Atap Sumatra" yang berketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (Mdpl). 

TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Sesampai di "Atap Sumatra", sejauh mata lepas dapat melihat Kota Padang, Bengkulu, Jambi, Danau Gunung Tujuh bahkan Samudra Hindia.

Pemandangan indah itu yang terlihat saat berada di puncak Gunung Kerinci yang berketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Akhir pekan lalu, dua reporter Tribun Jambi, Aryo Tondang dan Herupitra, melakukan pendakian Gunung Kerinci selama tiga hari dua malam, 3-6 Juni 2023.

Bersama enam pendaki lain, kaki mereka berhasil mencapai titik tertinggi di Sumatra.

Sejak ditutup selama tujuh bulan sejak 8 Mei 2023 karena erupsi, gunung berapi di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, itu kembali dibuka untuk pendakian.

Namun, para pendaki harus ekstra berhati-hati dan mengikuti aturan petugas penjaga.

Danuri, petugas jaga Gunung Kerinci, mengatakan pendakian Gunung Kerinci idealnya dilakukan selama tiga hari dua malam.

Ada beberapa hal yang wajib dilakukan, di antaranya harus mengantongi surat keterangan sehat dari dokter.

"Ya, yang ingin melakukan pendakian harus mengantongi surat keterangan sehat," tegasnya Danuri.

Menapak Kaki di Puncak Gunung Kerinci, Pendakian Tiga Hari Dua Malam
Menapak Kaki di Puncak Gunung Kerinci, Pendakian Tiga Hari Dua Malam (Tribunjambi.com/Heru)

Pendakian Gunung Kerinci diawali dengan registrasi di R10, sebelum memulai perjalanan. Di sana, semua barang bawaan pendaki dicek.

Setelah selesai registrasi, pendaki melanjutkan perjalanan menuju Pintu Rimba.

Untuk mencapai tempat itu, pendaki masih bisa menggunakan kendaraan roda dua dan empat.

Pintu Rimba menjadi gerbang pendakian Gunung Kerinci, perjalanan kaki menempuh hutan.

Sekira 45 menit berjalan, sampailah di pos 1. Di sana, pendaki bisa istirahat sejenak, lalu menuju ke pos 2 atau Pos Batu Lumut.

Kemudian berlanjut menuju pos 3 yang sering disebut Pos Panorama.

Gunung ini memiliki hutan hujan tropis yang menarik. Dan memang, jalur pendakian menuju puncak Gunung Kerinci melewati kawasan tersebut.

"Selama pendakian, pendaki dapat menjumpai beberapa jenis satwa. Seperti di pos 3 kita bisa melihat tupai dan mendengar suara burung rangkong," ujarnya.

Sejenak, pendaki bisa mencari air. Di pos 3 juga terdapat sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk persediaan di shelter 1.

"Di pos 3 ini ada sungai yang sumber airnya dari resapan. Rata-rata air berada di sebelah kiri jalur pendakian," tutur pemandu yang mendampingi pendaki Tribun Jambi.

Sampai di shelter 1 yang berketinggian 2.505 Mdpl, pendaki bisa berkemah. Lokasinya di tempat terbuka, cukup untuk belasan tenda.

"Kita berkemah di shelter 1 salama satu malam. Dari sini sudah tampak lereng Gunung Kerinci yang menjulang gagah," ujar Aryo, pendaki Tribun Jambi.

Keesokan harinya, pendakian berlanjut hingga ke shelter 2.

Misteri Pohon Bolong di Gunung Kerinci
Misteri Pohon Bolong di Gunung Kerinci (Tribunjambi.com/Heru)

Cukup menguras energi perjalanan dari shelter 1 ke shelter 2, karena merupakan jalur terpanjang di antara jalur-jalur lainnya.

Perlu menjadi catatan, jalur ini juga didominasi tanah padat dan akar akar pohon.

Sebelum sampai shelter 2, ada pos bayangan berupa tempat datar terbuka. Selepas pos bayangan jalur kembali menanjak.

"Sesekali perlu teknik memanjat untuk melaluinya," tutur Aryo.

Pendaki bisa beristirahat sebentar di shelter 2, sebelum melanjutkan perjalanan ke shelter 3.

Jalur shelter 2 ke shelter 3 kondisinya ekstrem, langsung menanjak dan curam.

Ini medan yang cukup berat untuk pendaki pemula seperti Aryo dan tiga pendaki lain.

"Empat dari kami ini pendaki pemula, baru pertama langsung ke Gunung Kerinci. Tantangan besar," ujarnya.

Di sini, jalur didominasi akar akar pohon dan tanah yang tinggi, hingga ada terowongan akar yang harus dilewati.

Pemandangan yang menakjubkan, namun juga menguras tenaga.

Memanjat, merangkak dan tarik menarik merupakan hal wajib dilakukan di sepanjang jalur ke shelter 3.

Shelter 3 berada di ketinggian 3.291 Mdpl, merupakan lokasi camp terakhir. Ini merupakan tempat paling luas di sepanjang jalur pendakian Gunung Kerinci.

"Di shelter 3, kita kembali istirahat dengan mendirikan tenda, di sini juga terdapat sumber air," ujarnya.

Pemandangan memukau

Danau Gunung Tujuh, Kota Padang, Kota Jambi dan keindahan perbukitan di sekeliling Gunung Kerinci menjadi pemandangan indah dari shelter 3.

"Puncak Gunung Kerinci juga tampak jelas. Ini mempermudah kita memprediksi cuaca di puncak yang kadangkala badai dan berkabut," kata pemandu.

Dari shelter 3 menuju puncak Gunung Kerinci, pendaki disarankan berangkat pada pukul 04.00 WIB atau 05.00 WIB.

Kemudian pendaki juga disarankan hanya berada di puncak selama 30 menit.

Perjalanan berlanjut.

Dari shelter 3, pendaki Tribun Jambi berangkat pukul 04.00 WIB.

"Di sini kita memerlukan lampu senter untuk penerangan. Soalnya jalur pendakian yang dilalui sudah beralih ke area cadas berbatu terjal. Di area ini, angin sudah berembus kencang," tutur Herupitra, pendaki Tribun Jambi.

Menit-menit ke puncak

Sebelum sampai ke puncak, delapan pendaki beristirahat sejenak di Tugu Yudha.

Perlu diketahui, Tugu Yudha merupakan penanda area cadas yang datar dan cukup luas.

Dari Tugu Yudha menuju puncak, tanjakan curam ada di depan mata.

Ini merupakan tanjakan berbatu terakhir yang harus dilalui sebelum sampai ke puncak Gunung Kerinci.

"Kami harus saling menopang di sini, tenaga terkuras. Tapi untungnya semangat mencapai puncak tetap ada," kata Aryo.

"Teman sempat keram kaki. Dia sudah keram sejak tiga jam perjalanan, dari total tiga hari dua malam perjalanan," lanjutnya sambil tertawa.

Setelah sampai di puncak Gunung Kerinci, semua kelelahan yang dirasakan langsung hilang. Dari puncak Atap Sumatra itu, terlihat pemandangan Kota Padang, Bengkulu, Jambi, Danau Gunung Tujuh dan Samudra Hindia serta kawah Gunung Kerinci itu sendiri. Sungguh pemandangan yang tidak terlupakan.

Pohon Bolong

Cerita pohon bolong di jalur pendakian Gunung Kerinci, tidak asing di kalangan pendaki.

Sebagian besar pendaki pasti pernah melihat keberadaan pohon itu.

Pohon bolong berdiameter besar itu berada di sisi kanan jalur pendakian, tepatnya di antara jalur pos 3 menuju shelter I.

Jalur yang dilewati dari Pintu Rimba hingga shelter I dan 2, merupakan jalur bervegetasi hutan lebat.

Pohon berlubang di pangkal, namun masih tegak berdiri. Lubangnya hitam, tapi tidak sampai tembus.

Sekilas mendengar namanya, pohon bolong memang terdengar menyeramkan.

Pohon itu juga menyimpan cerita tak asing bagi pendaki.

Sebelum pendakian, pendaki Tribun jambi juga sempat diingatkan seorang teman yang pernah melakukan pendakian.

Ia mengatakan jika melewati depan pohon bolong, harus minta izin jangan melakukan hal-hal yang aneh dan buang air di sekitar lokasi pohon tersebut.

"Nanti kalau ketemu pohon besar bolong jalan terus ya, jangan macam-macam," kata Sandi.

Dayat, pendaki, juga diingatkan temannya tentang keberadaan pohon bolong di jalur pendakian Gunung Kerinci.

Memang, selain memiliki pesona pemandangan indah, Gunung Kerinci juga memiliki kearifan lokal.

Cerita-cerita yang bertujuan manusia tetap menghormati alam, tidak merusaknya.

"Intinya sih, paling tidak kalau masuk ke suatu tempat itu kita mesti sowan dulu. Ibaratnya seperti rumah, kalau kita nyelonong, pasti yang punya rumah marah," kata dia.

Penting bagi seorang pendaki, kata Dayat, supaya mematuhi aturan yang dibuat pihak pengelola.

Untuk pendakian Gunung Kerinci, peraturan dibuat Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

"Pasti itu ada aturan-aturan ya kan. Aturan itu kan untuk kebaikan, jadi yang harus laksanakan, misalnya membawa turun kembali sampah kita," ujarnya.

Selain itu, saat naik gunung harus mempersiapkan peralatan memadai sesuai standar. \

Itu sangat penting untuk meminimalisasi kejadian yang tak terduga yang bisa saja dialami saat pendakian.

"Mendaki itu kan pasti ada risiko, jadi, ya, kita harus menyiapkan alat dan logistik yang memadai," katanya.

Kepakan Sayap Rangkong

Ada banyak hal menarik selama pendakian Gunung Kerinci yang tidak ditemukan di gunung lain.

Selain pemandangan alam eksotis, Gunung Kerinci juga memiliki flora dan fauna langka.

Satu di antaranya suara langka Burung Rangkong atau Enggang.

Di Gunung Kerinci, Enggang memiliki ukuran cukup besar dari sejenisnya.

Sehingga kepakan suara burung tersebut terdengar jelas. Apalagi juga memiliki suara khas.

"Saat pendakian, saya tertarik dengan suara kepakan Burung Rangkong," ujar Sandi salah seorang pendaki.

Burung Rangkong bisa ditemui disekitar pos 3. Burung ini biasa hinggap di pohon-pohon kayu.

"Biasanya bisa ditemui sekitar pukul 15.00 WIB, sore. Dan waktu waktu tertentu burung rangkong sering hinggap di pohon," jelasnya. (pit/car).

Baca juga: Bacaleg Perempuan di Jambi Pilih Barisan Ganjar Pranowo, Astina Sempat Terdaftar di Dua Partai

Baca juga: Cara Mba Sri dan Neng Tuminah Jualan Bakso di Kota Makkah saat Musim Haji

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved