Pilpres 2024
Hubungan Nasdem dan Demokrat Memanas Soal Cawapres Anies Baswedan? Ini Penyebabnya
Penentuan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Anies Baswedan menjadi penyebab hubungan Partai Nasdem dan Partai Demokrat memanas.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Penentuan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Anies Baswedan menjadi penyebab hubungan Partai Nasdem dan Partai Demokrat memanas.
Sebagaimana diketahui bahwa kedua partai tersebut tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Bersama PKS, kedua partai tersebut mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai Capres di Pilpres 2024 mendatang.
Namun sejak diumumkan beberapa waktu lalu sebagai capres, cawapresnya tak kunjung diummumkan.
Belakangan, Partai Demokrat mendesak Anies Baswedan mengumumkan pendampingnya.
Merespon itu, Partai Nasdem meminta agar tidak menekan Anies Baswedan dalam menentukan Cawapresnya.
Bahkan Nasdem sempat menuding bahwa Partai Demokrat akan keluar dari Koalisi Perubnahan.
Keluarnya Partai Demokrat itu jika Anies Baswedan tidak memilih Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Cawapres.
Sehingga hal itu membuar hubungan dua partai politik itu tengah memanas.
Baca juga: Pengamat Sebut Demokrat Bakal Hengkang dari Koalisi, Jika AHY Tak Jadi Cawapres Anies Baswedan
Baca juga: Maruf Amin Tanggapi Pernyataan Megawati Soal Tumpaskan KKB di Tanah Papua: Tak Asal Serang
NasDem dan Demokrat saling serang satu sama lain soal pengumunan Cawapres Anies.
Menanggapi hubungan NasDem dan Demokrat yang semakin memanas, PKS turut menanggapi.
Juru Bicara PKS, M Kholid, menilai memanasnya hubungan Partai Nasdem dan Partai Demokrat karena opini pribadi dari Ketua Bappilu DPP Demokrat, Andi Arief, dan Wakil Ketua Umum NasDem, Ahmad Ali.
Padahal, kata M Kholid, komunikasi antara pimpinan parpol di Koalisi Perubahan sangat baik.
"Saya kira komunikasi antar pimpinan sangat baik. Ini 'kan pernyataan individual dari Pak Ahmad Ali NasDem dan Andi Arief Demokrat," ujar Kholid saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Sabtu (10/6/2023).
Diketahui, penentuan cawapres Anies Baswedan pertama kali disinggung oleh Andi Arief yang merespons elektabilitas capres dari survei Indikator.
Dalam hasil survei tersebut, elektabilitas Anies Baswedan tak mengalami peningkatan.
Dibandingkan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, Anies Baswedan kerap berada di bawah keduanya, yaitu di peringkat ketiga.
Andi Arief menilai elektabilitas Anies Baswedan tidak menunjukkan peningkatan lantaran belum mengumumkan cawapres.
Baca juga: Respon Kombes Hengki Haryadi Usai Ditantang Duel Hercules, Mantan Penguasa Tanah Abang
Karena itu, ia mengusulkan supaya Anies Baswedan segera mengumumkan siapa cawapresnya, paling cepat di bulan Juni ini.
"Memang ada kecenderungan menurun dari Survei Indikator karena mungkin dugaan kami, hipotesa kami, lambannya proses deklarasi," ujar Andi Arief pada awak media, Senin (5/6/2023).
"Agar bulan Juni ini segera dideklarasikan agar tidak semakin dalam jaraknya, semakin jauh jaraknya," imbuhnya.
Di akhir pernyataannya, Andi Arief menilai seharusnya elektabilitas Anies Baswedan dengan capres lainnya tidak boleh terlalu jauh.
Sekali lagi, ia menekankan supaya Anies Baswedan segera menentukan cawapres untuk mulai bergerak mendekati publik.
"Kalau jarak sudah cukup menganga (jauh), itu pasangannya (cawapres) juga akan berat."
"Tapi, kalau harus segera dilakukan deklarasi berpasangan supaya rakyat dan basis-basis pemilih partai maupun mereka yang mau perubahan itu yakin dan mulai bergerak dan menaikkan kembali elektabilitas Pak Anies," urainya.
Menanggapi pernyataan itu, Wakil Ketua Umum NasDem, Ahmad Ali, meminta Andi Arief supaya tunduk pada keputusan ketum parpol Koalisi Perubahan yang tertuang di piagam kerja sama.
Ali menilai, sikap seperti Andi Arief justru bisa menurunkan elektabilitas Anies Baswedan dan partai pengusungnya.
"Pak Andi harusnya memegang teguh apa yang ditandatangani, yang disepakati oleh Ketumnya di piagam koalisi," kata Ahmad Ali, Selasa (6/6/2023).
Ia juga mengimbau kepada Demokrat agar tidak menekan Anies Baswedan untuk segera menentukan cawapres dan mengumumkannya.
Ahmad Ali kembali mengingatkan, kesepakatan parpol Koalisi Perubahan adalah menyerahkan sepenuhnya kepada Anies Baswedan soal cawapres.
"Kita harus jaga kekompakan, melakukan konsolidasi, tidak usah cawe-cawe, cawapres biarkan Anies, mandat sudah diserahkan kepada dia," tuturnya.
Tak hanya itu, Ahmad Ali juga mengingatkan Demokrat, kesepakatan masing-masing parpol di Koalisi Perubahan adalah tak memberi batasan waktu pada Anies Baswedan dalam mengumumkan cawapres.
Menurutnya, desakan kepada Anies Baswedan bisa menimbulkan persepsi Demokrat tengah menekan Anies.
Baca juga: Bantahan Demokrat Soal Tudingan Paksakan AHY Jadi Wakil Anies di Pilpres 2024
"Tapi, kalau selalu memberikan tekanan seperti itu, justru orang kemudian akan melihat bahwa ini semacam satu ancaman, tekanan."
"Padahal di koalisi itu tidak ada limitasi waktu 'kan untuk melaksanakan harus mendeklarasikan pasangan itu," pungkasnya.
Demokrat Terus Desak Anies Baswedan
Tak hanya Andi Arief, Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), juga mendesak Anies Baswedan untuk segera menentukan dan mengumumkan cawapresnya.
Ia mengaku khawatir Koalisi Perubahan pecah dan Anies Baswedan akan dijegal jika tak segera mengumumkan cawapres.
"Apakah semangat kesegaraan ini satu napas dengan kekhawatiran terjadinya upaya penggagalan Koalisi Perubahan dan pencapresan Anies Baswedan? Bisa jadi," tutur AHY saat konferensi pers di DPP Demokrat, Jakarta Pusat, Rabu (7/6/2023).
Desakan juga datang dari Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Demokrat, Herzaky Mahendra Putra.
Ia bahkan mengatakan ingin pencapresan Anies Baswedan dievaluasi karena pihaknya ingin menang di Pemilu 2024.
Hal ini buntut evaluasi Anies Baswedan yang terus merosot dibandingkan Prabowo dan Ganjar.
"Ya jelas kami ingin evaluasi. Kenapa? Karena kami ingin menang," katanya, Sabtu (10/6/2023).
Ia pun mengibaratkan elektabilitas Anies Baswedan dan capresnya bagai mobil.
Bahkan, sambil melempar candaan kepada Ketua DPP PPP, Ahmad Baidowo, koalisi PDIP dan PPP saat ini elektabilitasnya melesat.
"Mendadak lihat mobilnya Bang Awiek, warna hijau merah sama Mas Ganjar, mendahului kami. Kan dari survei secara elektabilitas lalu kita lihat mobil Prabowo lewati kami juga," ujarnya.
"Sedangkan mobil kami ini Mas Anies kok jalannya dikit-dikit bahkan zigzag ke kanan ke kiri garis finisnya di sana kok, gas saja langsung kenapa harus direm," imbuhnya.
Herzaky merasa heran KPP masih belum berani untuk langsung menancap gas demi meraih garis akhir.
"Ini maksud saya meski diluruskan dlu jangan lah kemudian kita ancam mau keluar tidak ada begitu," pungkasnya.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Dikenal Pengangguran, Doddy Akui Tak Bekerja Demi Menjaga Mayang Berkarir di Dunia Entertaiment
Baca juga: Live Streaming MSC 2023 Mobile Legends MLBB Hari Ini Minggu 11 Juni 2023, EVOS dan ONIC Tidak Main
Baca juga: CATAT, Ini 5 Festival Budaya Jambi yang Wajib Dikunjungi Tiap Tahunnya
Artikel ini diolah dari Tribunnews.com
Luhut Beri Pesan ke Prabowo Subianto: Jangan Bawa Orang Toxic ke Pemerintahan Anda, akan Merugikan |
![]() |
---|
Surya Paloh dan Prabowo Subianto Sepakat Kerja Sama: untuk Kepentingan Rakyat Indonesia |
![]() |
---|
Senyum Anies Baswedan Dikomentari Prabowo Subianto: Berat Sekali |
![]() |
---|
Prabowo Subianto Sambangi Kantor DPP PKB, Disambut Muhaimin Iskandar |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Gibran Rakabuming Raka yang Ditetapkan sebagai Wakil Presiden Terpilih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.