Pengamat Jambi Ingatkan Dampak Jika Pemilu 2024 Dilaksanakan dengan Sistem Proporsional Tertutup

Ahli Hukum Tata Negara Denny Indrayana mengaku mendapat bocoran bahwa MK akan mengabulkan Pemilu dengan sistem proporsional tertutup.

Penulis: Danang Noprianto | Editor: Teguh Suprayitno
istimewa
Pengamat Politik Jambi, Dori Efendi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Perdebatan mengenai sistem pemilihan umum (Pemilu) pada 2024 kembali mencuat usai Ahli Hukum Tata Negara Denny Indrayana mengaku mendapat bocoran bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) akan mengabulkan Pemilu dengan sistem proporsional tertutup.

Pernyataan Denny Indrayana tersebut cukup mampu membuat gaduh partai politik, bahkan 8 partai politik kembali menegaskan menolak pemilu dengan sistem proporsional tertutup.

Namun, jika nantinya MK benar-benar mengabulkan Pemilu menggunakan sistem proporsional tertutup, bagaimana jadinya?

Pengamat Politik Universitas Jambi, Dr Dori Effendi menjawab hal ini, ia mengatakan ada beberapa dampak yang akan ditimbulkan jika Pemilu 2024 menggunakan sistem Proporsional tertutup.

Dampak pertama yang tidak bisa dihindari kata Dori adalah menurunnya tingkat partisipasi masyarakat.

Baca juga: 10 Nama Disiapkan PDI-P untuk Menjadi Bakal Calon Wakil Presiden Mendampingi Ganjar Pranowo

Menurutnya tingkat partisipasi masyarakat bisa dipastikan tidak akan setinggi seperti partisipasi masyarakat pada pemilu sebelumnya.

"Partisipasi politik akan menurun, karena tidak ada gairah politik yang ditonjolkan oleh calon-calon legislatif," ujarnya.

Hal ini dikarenakan dalam sistem proporsional tertutup previlage yang dimiliki itu adalah nomor urut, yang memiliki nomor urut 1 maka memiliki keistimewaan sendiri, yang mana apapun hasilnya maka ialah yang akan menduduki jabatan.

Dori mengatakan bahwa penerapan sistem proporsional tertutup ini perlu ditimbang kembali, terutama untuk mempertahankan partisipasi politik masyarakat yang sudah cukup tinggi.

"Karena demokrasi itu kan miliknya rakyat, partai politik itu kan sebagai jembatan bagi aspirasi masyarakat," ungkapnya.

Kemudian yang kedua, Party Id (Identitas) partai juga belum tentu menguat,meskipun masyarakat hanya memilih partainya saja, tetapi ada kemungkinan besar akan menguat.

Sebagai contoh dalam sistem proporsional tertutup, kelompok soekarnois tentu akan memilih partai PDIP karena mereka keterwakilan dari itu.

Baca juga: Jokowi Disebut Arahkan Dukungan ke Prabowo Subianto Pilpres 2024, Pengamat Ungkap Faktor Penyebabnya

Jika pemilu sistem proporsional terbuka, belum tentu kelompok Soekarnois akan memilih calon dari PDIP.

Hal seperti itulah yang memungkinkan adanya penguatan Partai Id, begitu juga dengan PKB dengan NU nya, PAN dengan Muhammadiyahnya dan lain-lainnya.

Yang diuntungkan jika sistem Proporsional tertutup diterapkan adalah partai politik dan pengurus-pengurusnya yang sudah kaderisasi sejak lama.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved