Satu Keluarga Tewas di Kalideres Diduga Ikut Aliran Santhara, Ini Penjelasan Pakar Forensik
Satu keluarga yang ditemukan tewas di dalam rumah di Kalideres, Jakarta Barat diduga penganut aliran kepercayaan Santhara.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Heri Prihartono
TRBUNJAMBI.COM - Satu keluarga yang ditemukan tewas di dalam rumah di Kalideres, Jakarta Barat diduga penganut aliran kepercayaan Santhara.
Dugaan kepercayaan Santhara disampaikan Pakar Forensik Emosi dan Trainer Investigasi, Handoko Gani.
Menurut Handoko, ada sebuah kepercayaan di India bernama Santhara, yakni fasting to dead atau bersumpah untuk berhenti makan sampai benar-benar meninggal.
Diketahui, Santhara merupakan bagian dari Jainisme, salah satu agama tertua di dunia.
"Kalau dugaan saya lebih kepada kepercayan tertentu yang dianut, sehingga memutuskan bunuh diri, itu lebih cocok ya menurut saya," ujar Handoko dikutip dari Tribunnew, Rabu (16/11/2022).
Kata Handoko bahwa ada kemungkinan korban melakukan bunuh diri sebagai bentuk jalan hidup yang diperbolehkan.
"Mungkin ada keyakinan bahwa bunuh diri seperti itu adalah sebuah jalan hidup yang mulia dan diperbolehkan. Nah itu harus diselidiki. Apakah ada kaitannya dengan kepercayaan tertentu?" lanjut Handoko.
Menurut Handoko, polisi perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut, apakah orang pertama yang meninggal dalam keluarga tersebut adalah jenazah yang dipaksa dan disiksa untuk tidak makan?
Sementara sisanya, kata Handoko, merupakan orang yang memaksanya atau dalam tanda kutip membunuhnya.
Kemudian, karena kelainan jiwa atau menganut kepercayaan tertentu, orang tersebut akhirnya depresi atau alasan lain yang membuatnya memutuskan tidak makan.
"Itu memang menarik untuk dibedah. Saya rasa yang sangat unik dan bisa dicek adalah otaknya," ujar Handoko.
"Karena ada teori-teori tertentu, yang menyatakan kelainan jiwa itu terkait dengan kelainan struktur tertentu di otak, nah apakah ada kolerasi ke sana? karena hanya itu petunjuk-petunjuk yang ada," lanjutnya.
Handoko mengatakan, pada kasus tersebut, jika di sekitar korban tidak ada jejak penyiksaan dan kekerasan, maka akan menjadi sebuah pertanyaan besar.
Apalagi, kata Handoko, tetangga sekitar tak mendengar emosi apapun yang dilontarkan empat orang tersebut sebelum meninggal, seperti teriakan atau tangisan.
"Ini pertanyaannya, apakah ada yg meminta mereka untuk tidak makan? Menjalani ritual tertentu sehingga tidak makan dan meninggal?" Kata Handoko.
Namun, menurut Handoko, apabila benar sebuah kepercayaan, apakah penganutnya empat orang tersebut atau hanya orang terakhir yang hidup saja?
"Kenapa indikasinya orang terakhir? karena dia yang memaska, menjalani, dan dia yang menyaksikan dua orang pertama menjadi korban meninggal. Baru kemudian, dia mungkin mengalami kelainan mental dan menjadi depresi, frustasi, sehingga ikut tidak makan juga," jelas Handoko.
"Itu yang lebih masuk akal, daripada mempercayai keempatnya. Namun, bukan berarti tidak mungkin," lanjutnya.
Handoko melanjutkan, kemungkinan tersebut bisa saja sama seperti kepercayan tertentu atau terorisme, suami yang meyakinkan isterinya dulu, baru keluarganya.
Pada kasus ini, kata Handoko, bisa jadi ada yang mengikut. Seperti, suami yang ikut paman, dan lain sebagainya.
"Santhara itu tadi saya bilang, fasting to dead. Jadi menarik untuk digali," ujar Handoko.
Handoko mengatakan, alasan kelainan mental karena menganut kepercayaan tertentu, itu bisa saja terjadi.
Menurutnya, jika polisi benar-benar bisa menggali soal kepercayaan, maka titik terang tersebut segera terpecahkan.
"Kalau sampai ada kepercayaan itu di Indonesia, tidak mungkin kan penganutnya hanya empat orang?," ujarnya.
Menurutnya, pasti ada dalang yang mengajarkannya.
Sementara, jika bukan karena kepercayaan, katakanlah pembunuhan atau keracunan. Maka motif-motif, jejak, serta barang buktinya harus ditemukan.
Terlebih, rumah dalam keadaan rapih, tanpa ada bekas kekerasan atau kejahatan tertentu.
Sehingga, kata Handoko, salah satu yang paling membantu untuk melacak dan memecahkan kasus tersebut adalah alat komunikasi yang digunakannya.
"Pasti ada jejak komunikasinya, itu salah satu cara untuk membuktikan bahwa ada kelainan mental atau keunikan kepercayaan yang dianutnya," jelas Handoko.
Sebelumnya bahwa warga Perumahan Citra Garden Extension, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat dihebohkan dengan penemuan mayat satu keluarga.
Mayat satu keluarga tersebut terdiri dari empat orang dan posisi ditemukan di tempat berbeda di dalam rumah tersebut.
Keempat korban tersebut yakni tersebut yakni Rudyanto Gunawan (71) berstatus sebagai suami, Reny Margarethan Gunawan (68) berstatus sebagai istri, Dian Febbyana (42) berstatus anak, dan Budyanto Gunawan (68) berstatus adik Rudyanto.
Berbagai spekulasi bermunculan terkait dugaan meninggalnya satu keluarga tersebut.
Dugaan tersebut mulai korban pembenuhan, mati kelaparan, dan pengikut paham dunia akhiat atau apokaliptik.
Dugaan pembunuhan tesebut karena sebelumnya mobil korban tidak ditemukan. Namun dari penyelidikan Polres Metro Jakarta Barat bersama Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya menemukan mobil yang hilang misterius.
Polisi mengatakan bahwa mobil milik satu keluarga tewas di rumah tersebut sudah dijual.
Artikel ini diolah dari Wartakotalive
Baca juga: Terungkap Mobil Keluarga yang Tewas di Kalideres Terlacak di Showroom. Siapa Penjualnya ?
Baca juga: Penyebab Satu Keluarga Tewas di Kalideres Terungkap, Polisi Temukan Mobil yang Hilang Misterius
Baca juga: Otot 4 Orang yang Tewas di Kalideres Mengecil, Ini Penjelasannya