Editorial
Keramaian dan Potensi Kekacauan
Apa yang terjadi nun jauh di Korea Selatan pada Sabtu (29/10) waktu setempat sungguh mengejutkan dunia.
Apa yang terjadi nun jauh di Korea Selatan pada Sabtu (29/10) waktu setempat sungguh mengejutkan dunia. Festival Halloween yang diadakan di Itaewon, Seoul itu benar-benar menciptakan suasana horor.
Keramaian massa yang berpakaian horor dalam perayaan Halloween justru menimbulkan suasana mencekam yang nyata. Suasana seram, ketakutan timbul bukan karena kostum, tapi keramaian itu mengakibatkan 153 orang tewas.
Mereka kehabisan napas, terinjak-injak. Massa yang datang begitu membeludak, sementara titik perayaan Halloween tak mampu menampungnya. Dan terjadilah tragedi maut itu.
Kejadiaan ini, meski berbeda, mengingatkan kita pada tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur. Pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya itu tiba-tiba saja menjadi rusuh.
Usai pertandingan suporter berlari ke dalam lapangan. Gas air mata akhirnya dilepaskan polisi.
Suporter yang panik di bawah ancaman gas air mata tak leluasa keluar stadion karena pintu yang sempit bahkan ada yang belum dibuka. Dan bangsa ini serta dunia sepak bola berduka atas meninggalnya 135 orang.
Kerumunan massa memang memiliki potensi ricuh. Karenanya, dalam suatu event yang menghadirkan orang banyak, penyelenggara harus memerhatikan kapasitas ruangan dan potensi negatif.
Dan sepertinya karena tak ingin jatuh ke lubang yang sama acara konser Berdendang Bergoyang di Istora Senayan, Jakarta Pusat pada hari kedua, Sabtu (29/10) dihentikan oleh aparat keamanan.
Penyebabnya puluhan penonton pingsan.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin mengatakan, pihaknya terpaksa menghentikan konser tersebut lantaran tak sesuai dengan aturan jumlah penonton yang telah disepakati.
Kata dia jumlah penonton yang hadir dalam konser bertajuk Berdendang Bergoyang itu berjumlah 21 ribu orang. Padahal kapasitas Istora Senayan hanya 10 ribu penonton. Kita apresiasi langkah preventif kepolisian atas hal itu. Mencegah jatuh korban.

Baca juga: Pesta Hallowen Berujung Maut, Lebih dari 150 Orang Tewas di Itaewon Korea Selatan
Setelah kasus Covid-19 melandai, kita sepertinya dininabobokan euforia berbagai event. Konser musik digelar di banyak daerah adalah salah satunya.
Konser ini seakan menjadi pelepas dahaga semua pihak, tidak hanya produser, event organizer, musisi dan juga penggemar.
Mencegah tentu lebih baik dari pada mengobati. Baiknya, event-event seperti ini memang harus diperhatikan betul standar kemanan.
Jangan asal memberi izin, menjual tiket melebihi kapasitas atau potensi gangguan lainnya. (*)