Kesehatan

Obat Gagal Ginjal Akut Gratis, Kasus Naik Jadi 245 di 26 Provinsi Orang Tua Diminta Tidak Panik

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan obat gangguan ginjal akut, Fomepizole yang didatangkan dari Singapura dan Australia digratiskan

Editor: Fifi Suryani

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan obat gangguan ginjal akut, Fomepizole yang didatangkan dari Singapura dan Australia digratiskan untuk pasien. Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

“Gratis untuk pasien,” kata Nadia saat dikonfirmasi, Senin (24/10).

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia telah mendatangkan obat penyakit gagal ginjal akut progresif atipikal (Cedera Ginjal Akut/AKI). Obat itu didatangkan dari Singapura dan Australia.

Obat yang dimaksud bernama Fomepizole (injeksi) tersebut belum ada di Indonesia, dan hanya ada dari produsen di Singapura. Pemerintah sendiri telah memesan sebanyak 200 vial obat tersebut dengan harga satuan mencapai Rp16 juta.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pengiriman obat tersebut dilakukan bertahap. Tahap pertama, sebanyak 26 vial obat Fomepizole dibawa dari Singapura ke RI. Diketahui penyakit gagal ginjal akut mulai menyerang anak balita di Indonesia. Dugaan kasus ini dipicu akibat anak-anak mengkonsumsi obat dalam bentuk sirup atau cair dengan kandungan berbahaya. Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah melakukan pengujian dan sampling terhadap jenis obat sirup yang diduga mengandung cemaran Etilen. Di sisi lain pemerintah juga sudah mengimbau untuk apotek atau toko obat yang ada di Indonesia agar tidak menjual obat sirup lagi sementara ini.

Melonjak Agustus

Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kasus kematian gagal ginjal akut pada anak mulai naik sejak Agustus 2022.  Sebelum Agustus jumlah kematian dari tahun ke tahun berada lada angka normal yakni di bawah 5 kasus.

“Tapi di Agustus itu naik ke 36, September naik lagi ke 78, Oktober sampai sekarang 141 dan itu sebagian besar menyerang di (anak) di bawah 5 tahun,” kata Menkes dalam peryataan persnya di Istana Bogor, Jawa Barat.

Pihaknya kata Menkes sudah melakukan review patologi sejak Agustus. Awalnya ia mengira kasus gagal ginjal akut pada anak disebabkan okeh bakteri atau virus.

“Jadi balik lagi kasus ini teridentifikasi di Agustus bukan di awal tahun,” katanya.

Berdasarkan review Patolgi tersebut, kasus gagal ginjal yang disebabkan virus atau bakteri tersebut sangat kecil. Bukti bahwa gagal ginjal disebabkan oleh Covid-19 pun tidak terbukti.

“Misalnya ada bakteri Leptospira, ini bisa menyebabkan sakit ginjal. Kita cek semua anak yang kena, ternyata 0 persen. Kemudian kita kira ini gara-gara covid, kita cek semua anak yang kena, dan kurang dari 1 persen yang ada Covid, positif covid. Dari situ, September kita masih menduga-duga penyebabnya apa karena hasil tes patologi itu tidak ada yang secara signifikan karena bakteri, virus atau patasit,” tuturnya.

Pihaknya kata Budi baru menemukan titik terang setelah lembaga kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan surat edaran pada 5 Oktober 2022. Surat tersebut berisi peringatan kasus gagal ginjal akut seperti yang terjadi di Gambia akibat zat kimia pada pelarut obat obatan.

“Sesudah itu kita komunikasi dengan WHO, dan pemerintah Gambia, kita lakukan analisa toksikologi,” pungkasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved