WIKIJAMBI
Rumah Adat Bumi Serentak Bak Regam Punya Motif Ukiran Khas Melambangkan Jiwa Seni Masyarakat
Rumah adat Kabupaten Batanghari, Jambi dikenal sebutan Rumah Adat Bumi Serentak Bak Regam berbentuk panggung atau Rumah Kajang Lako.
Penulis: A Musawira | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN - Rumah adat Kabupaten Batanghari, Jambi dikenal sebutan Rumah Adat Bumi Serentak Bak Regam berbentuk panggung atau Rumah Kajang Lako.
Secara umum, bubungan rumah Kajang Lako itu mirip dengan perahu. Perahu merupakan identitas orang melayu atau dari kerajaan melayu.
Rumah adat ini berkaitan dengan arsitektur dari masyarakat bermarga Bathin. Orang Bathin merupakan nenek moyang suatu kelompok yang ada di Jambi.

Sampai sekarang, masih terdapat perkambungan masyarakat Bathin lengkap dengan rumah adat Kajang Lako nya terutama di Kabupaten Merangin.
Rumah adat di suatu daerah berfungsi sebagai tempat musyawarah pemuka lembaga adat dalam menyelesaikan masalah adat.
Rumah Adat ini merupakan wujud karya arsitektur yang memiliki nilai-nilai budaya, filosofi, dan seni masyarakat Melayu Bumi Serentak Bak Regam Batanghari.
Menurut sumber literatur yang berjudul Rumah Adat Kabupaten Batanghari, Penulis bernama Rohana menyampaikan bahwa rumah adat ini memiliki desain yang unik dengan desain utama berbentuk panggung.
Secara umum, bentuk bangunan rumah tradisional ini empat persegi panjang.
Bubungan atau atap berbentuk lipat kajang atau potong jerambah dengan ujung bubungan berbentuk tanduk kambing.
Baca juga: TRIBUN WIKI Riwayat dan Sejarah Singkat Pahlawan Sulthan Thaha Saifuddin di Tebo
Baca juga: WIKI JAMBI Menyibak Sosok M Fadhil Arief, Sang Birokrat yang Berkhidmat untuk Batanghari
“Tiang berbanjar dengan formasi tiga berbanjar dengan tinggi tiang 2.5-3.5 centimeter. Ada 24 tiang. Tiang ini memiliki filosofi yaitu pondasi hukum dan undang dalam adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah,” kata Rohana dalam bukunya yang terbit pada 2020 lalu.
Lanjutnya, 24 tiang itu terbagi menjadi empat tiang dasar atau disebut undang nan limo. Delapan tiang merupakan induk undang nan delapan dan 12 tiang menggambarkan anak undang nan duo belas serta satu tiang tua terletak di tengah dengan posisi menyesuaikan.
Selain tiang, ada tangga depan untuk tamu laki-laki dan tangga samping di garang untuk naik tamu perempuan. Jumlah anak tangga dengan hitungan tanggo, geredok, porak, gerontang, tango dengan kelipatan.
“Nah, jendela rumah ukiran bunga simpur dengan daun jendela terbagi dua yang atas berbentuk ram dan bagian bawah berbentuk panel dengan tinggi jendela dari lantai seukuran orang duduk. Jendela berfungsi untuk ventilasi dan ditutupi gorden melintang ke bawah,” sebutnya dalam buku berjudul Rumah Adat Kabupaten Batanghari.
Sementara itu, Ketua Komunitas Batanghari Heritage, Okta Dwi Saputri menjelaskan bagian fungsi ruang dari rumah adat khas Batanghari ini.
Kata Okta, anjungan atau pelamban berfungsi rumah terdepan digunakan sebagai ruang tunggu bagi tamu yang belum dipersilahkan masuk.
Kemudian, ada serambi sebagai tempat menerima tamu bukan keluarga. Ada tempat tidur anak bujang dan ruang tengah tempat menerima tamu keluarga.
Berikutnya, bilik kamar dengan pintu berlangse tujuh lapis. Tawing berbentuk ukiran tempat tidur orang tua, bilik kiri dan kanan adalah kamar anak gadis.
“Ada namanya laren sebagai tempat bersaji menyimpan makanan dan ruang makan keluarga. Didekatnya, ada garang, ruangan tidak memakai atap dan balai batanak tempat memasak makanan dan gudang menyimpan bumbu,” katanya.
Baca juga: WIKI JAMBI Mengenal Tari Besayak, Warisan Budaya Tak Benda Asal Kabupaten Merangin
Garang itu istilah untuk menyebut bagian rumah yang memisahkan dapur dan rumah utama, seperti teras terbuka sebelum menuju dapur.
Di muka depan, ada tiga pintu, dengan sebutan pintu tegak kiri dan kanan serta pintu tengah. Fungsi pintu tegak kiri dan kanan sebagai pintu masuk harian sedangkan pintu tengah untuk masuk tamu para pembesar dalam upacara adat.
“Lantainya bertingkat terbuat dari papan. Anjungan lebih rendah dari serambi sedangkan serambi lebih rendah dari ruang tengah adapun laren lebih rendah dari ruang tengah, garang lebih rendah dari laren,” sebutnya.
Rumah Adat Bumi Serentak Bak Regam yang berlokasi di Jalan Sultan Thaha, Muara Bulian ini secara keseluruhan berbahan kayu bulian.
Untuk dinding dari kayu meranti, tembesi, medang, bulian, balam, kayu plajo dan lain-lain. Atap dari sirap, daun mangkuang yang dianyam dan ijuk. Kasau, gelegar, rasuk dari kayu keras berupa bulian, plajo, meranti, merbau dan balam.
“Rumah adat mempunyai berbagai macam ukiran mulai dari tipe gergaji dan tanggak yang mengartikan bahwa masyarakat Batanghari berjiwa seni dan pagar terbuat dari kayu bulian yang berbentuk bulat dan bermotif bubut,” pungkasnya. (Tribunjambi.com/Musawira)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: WIKI JAMBI Menyibak Sosok M Fadhil Arief, Sang Birokrat yang Berkhidmat untuk Batanghari
Baca juga: TRIBUN WIKI Riwayat dan Sejarah Singkat Pahlawan Sulthan Thaha Saifuddin di Tebo
Baca juga: WIKI JAMBI Alamat Rumah Sakit Umum dan Puskesmas di Sarolangun, Cek Lokasinya