Profil BSSN dan Sosok Dibalik Cikal Bakal Badan Siber dan Sandi Negara
Kasus bocornya data pribadi hingga diperjualbelikan ini bukanlah yang pertama.Terkait ini BSSN kembali menjadi lembaga yang jadi sorotan
Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
TRIBUNJAMBI.COM -Bocornya data pribadi sejumlah pejabat negara kini tengah jadi perhatian. Kasus bocornya data pribadi hingga diperjualbelikan ini bukanlah yang pertama.
Kali ini bocornya data pribadi melibatkan hacker Bjorka. Dan tiap kasus kebocoran data pribadi terjadi, nama Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN kembali disebut-sebut.
Tebaru, Menko Polhukam Mahfud MD Rabu (14/9) mengumumkan pemerintah membentuk Satuan Tugas atau Satgas Perlindungan Data. Satgas Perlindungan Data ini terdiri dari Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), serta Badan Siber dan Sandi Negara / BSSN.
Lalu seperti apa sejarah terbentuknya BSSN ini? Berikut Tribun sajikan tulisan singkat mengenai badan yang sebelumnya bernama Lembaga Sandi Negara tersebut.
Pada masa-masa awal Indonesia merdeka, sistem pengamanan informasi yang dimiliki jauh dari kata sempurna. Padahal sebagai negaram informasi yang bersifat rahasia menjadi vital. Saat itu sistem persandian masih dikelola oleh masing-masing kementerian.
Hingga akhirnya pada tahun 1946, didirikan Lembaga Sandi Negara yang menjadi cikal bakal Badan Siber dan Sandi Negara.
Baru pada Mei 2017 nama Lembaga Sandi Negara berubah menjadi Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN. Hingga kini setidaknya sudah ada tujuh masa kepemimpinan di Lembaga Sandi Negara atau BSSN.
Mengutip Wikipedia, berikut nama pemimpin Lembaga Sandi Negara hingga menjadi BSSN.
1. Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati (1946-1984 semasa masih Lemsaneg)
2. Laksamana Muda TNI (Purn) Soebardo (1986-1998 semasa masih Lemsaneg)
3. Laksamana Muda TNI (Purn) B.O. Hutagalung (1998-2002 semasa masih Lemsaneg)
4. Mayor Jenderal TNI (Purn) Nachrowi Ramli, S.E. (2002-2008 semasa masih Lemsaneg)
5. Mayor Jenderal TNI (Purn) Wirjono Budiharso, S.IP, (2009-2011 semasa masih Lemsaneg)
6. Mayjen TNI (Purn) Djoko Setiadi (2011-2018 semasa masih Lemsaneg) dan (2018-2019)
7. Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian (2019-Sekarang)
Menariknya, pemimpin pertama lembaga ini adalah seorang dokter. Seperti tertulis di atas, beliau adalah dokter Roebiono atau persisnya dokter Roebiono Kertopati. Ia memimpin Dinas Kode (nama pertama Lembaga Sandi Negara) pada 1946-1984.
Sosok dokter Roebiono inilah yang punya andil tak kecil dalam dunia persandian Indonesia di awal-awal kemerdekaan.
Mengutip buku berjudul Kode untuk Republik (2015), dr Roebiono Kertopati terlahir di Ciamis, 11 April 1914.
Ia menempuh pendidikan dokter di Nederlandsch Indische Arsten School (NIAS).
Ihwal ia memimpin lembaga sandi ini adalah atas perintah dari Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin. dokter Roebiono diperintahkan untuk membentuk Dinas Kode padahal ia sama sekali tidak mengenyam pendidikan persandian secara formanl.
Baca juga: Warga Malaysia Sudah Kelewat Batas! BSSN serta BIN Diminta Bergerak Usut Parodi Lagu Indonesia Raya
Akan tetapi ilmu persandian itu diperoleh dokter Roebiono Kertopati saat ia menjadi pembantu telegrafis dinas intelijen Belanda di masa penjajahan Jepang.
Dokter Roebiono sendiri dipilih karena telah memiliki beberapa pengalaman di bidang intelijen. Ia menguasai empat bahasa serta mampu menulis dengan dua tangan dalam waktu bersamaan.
Belakangan baru kemudian ia mengikuti kursus singkat pengenalan sandi di Departemen Luar Negeri Belanda setelah penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda.

Pratama D Persadha penulis buku Kode untuk Republik menuturkan, dari tangan dingin dokter Roebiono Kertopati itulah kemudian lahir buku pertama sandi di Indonesia.
“Dengan pengetahuan terbatas Roebiono segera menyiapkan buku panduan persandian. Roebiono menyusun Buku Kode yang memuat 10.000 kata bahasa Indonesia dan sistem-sistem sandi lain untuk operasional Dinas Kode,” tulis Pratama.
Baca juga: Identitas Hacker Bjorka Diketahui, Mahfud MD: Tidak Terlalu Membahayakan
Buku Konsep Naskah Sejarah Persandian di Indonesia terbitan Jakarta 1986 menyebut bahwa sistem sandi bikinan dokter Roebiono dapat dikategorikan sebagai sistem yang kuat.
Yang membuat menarik adalah, betapa totalitas sosok dokter Roebiono dalam menyusun Buku Kode itu.
“Buku yang kemudian dikenal dengan Buku Kode C diselesaikan Roebiono seorang diri dalam waktu dua bulan. Karena didesak oleh waktu, naskah dibuat oleh Roebiono seorang diri dengan menggunakan dua tangan kanan dan kiri sekaligus. Pada saat selesai, buku itu digandakan sebanyak enam buah,” kata Pratama.
Sosok dokter Roebiono Kertopati menurut Pratama menjadi tokoh kunci berdirinya Dinas Kode di Indonesia yang kini menjadi Badan Siber dan Sandi Negara.
Ia pula yang merintis sistem perekrutan sandiman-sandiman yang berintegritas, penjaga rahasia, berdedikasi, berani tidak dikenal dan sebagainya.
Baca: Sosok Pimpinan pertama Lembaga Sandi Negara