Brigadir Yosua Tewas Ditembak
Irma Hutabarat Sesalkan Negara Lupa Ibu Brigadir Yosua Sangat Menderita
Irma hutabarat menyebut, pada kasus meninggalnya Brigadir Yosus Hutabarat, yang paling menderita adalah Rosti Simanjuntak di Sungai Bahar,
Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Suang Sitanggang
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Aktivis perempuan, Irma Hutabarat, menganggap negara telah mengabaikan nasib ibunda Brigadir Yosua Hutabarat, Rosti Simanjuntak.
Irma menyebut, pada kasus meninggalnya Brigadir Yosus Hutabarat, yang paling menderita adalah Rosti Simanjuntak, yang tinggal di Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.
Bukan tanpa dasar, Irma mencoba melihat lebih jauh ke belakang, sejak kasus meninggalnya Yosua ini mencuat.
Dia menyebut, pada awalnya institusi kepolisian telah membuat pernyataan Brigadir Yosua berusaha melecehkan Putri Candrawathi istri Ferdy Sambo.
Pernyataan itu dianggap Irma Hutabarat menyerang kehormatan Brigadir Yosua, anggota Polri yang sudah tewas ditembak.
Belakangan polisi menyebut tidak terjadi seperti yang diungkap di awal soal pelecehan di Duren Tiga.
Namun sayangnya, ketika Polri menyampaikan hal itu, tidak ada permintaan maaf kepada keluarga korban.
Demikian juga dengan Kombes Pol Budhi serta Komjen Ramadhan, yang di awal sudah menyebut terjadi pelecehan, tidak pernah meminta maaf.
Baca juga: Putri Candrawathi Bersikukuh Ada Pelecehan, Keluarga Brigadir Yosua: Ini Rekayasa Kelompok Sambo
Baca juga: Kasus Pembunuhan Brigadir Yosua, Rekonstruksi Pekan Depan, Ferdy Sambo dan Ibu PC Akan Bertemu
"Kepolisian tidak minta maaf. Putri Sambo tidak bicara apa-apa. Ini orang sudah mati. Kematian anak adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang ibu," tutur Irma Hutabarat, pada acara Perempuan Bicara, tayang di TV One.
Dia juga mengkritisi lembaga negara yakni DPR, yang telah bersidang dan membahas soal kematian Brigadir Yosua Hutabarat.
"Parlemen bersidang, tidak satupun yang peduli apa yang terjadi pada keluarga Yosua," ujarnya.
Dia merasa bahwa DPR turut melupakan keluarga yang kini paling bersedih atas peristiwa ini.
"Tidak ada yang tanya bagaimana keadan ibunya, bagamana bapaknya. Mereka (keluarga Yosua) orang miskin, gaji dibayar 600 ribu per tiga bulan," ucap Irma Hutabarat.

Irma Hutabarat, yang merupakan Ketua Komunitas Civil Society Indonesia, merasa sesak ketika mengingat kondisi ibunda Yosua Hutabarat.