Editorial
Upaya Pemkab Tebo Memenuhi Kuota Dokter yang Tak Kunjung Terpenuhi
Permasalah kekurangan dokter dialami Kabupaten Tebo. Sangat mungkin hal ini juga dialami oleh daerah lain.
Permasalah kekurangan dokter dialami Kabupaten Tebo. Sangat mungkin hal ini juga dialami oleh daerah lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo Riana Elizabeth mengatakan, Tebo memiliki 20 unit puskemas dan 1 rumah sakit umum daerah. Idealnya di satu Puskesmas harus memiliki dua orang dokter.
Walakin, jumlah dokter di Kabupaten Tebo saat ini hanya memiliki 39 orang dokter.
Artinya, untuk memenuhi kuota 2 dokter di satu puskemas, seharusnya minimal pelu 40 orang dokter. Walhasil, kini puskemas di Tebo hanya memiliki 1 orang dokter.
Menurut Riana, idealnya dengan 20 Puskesmas dan 1 rumah sakit, Kabupaten Tebo harusnya memiliki jumlah 80 orang dokter.
Itu dokter umum. Belum kalau kita bicara dokter spesialis. Itu pun menurut Dinas Kesehatan, jumlahnya juga jauh dari kata cukup.
Persoalan ini dulu juga pernah dikeluhkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Thaha Saifuddin Tebo, Oktavieni. Ia menyampaikan bahwa pihaknya kekurangan sumber daya manusia (SDM).
Insentif yang dianggap terlalu kecil dinilai turut memicu rumah sakit pemerintah ini kekurangan tenaga dokter.
Menurut Oktavieni, RSUD STS masih kekurangan tenaga dokter spesilis bedah. Ia mengaku, pihak rumah sakit sudah berupaya minta ke pemerintah pusat untuk mendatangkan dokter spesialis bedah.
Baca juga: Walaupun Produksi Menurun, Kabupaten Tebo Posisi Ketiga Produktivitas Padi Terbesar di Jambi
Pada Januari lalu ia mengatakan, pihaknya sudah dua tahun mengajukan ke kementerian namun sampai saat ini belum ada yang benar-benar mau datang ke Kabupaten Tebo.
Sialnya, menurut mereka di Kabupaten Tebo insetif di RSUD STS Tebo masih kecil.
Kesehatan adalah salah satu hak dasar yang harus diterima masyarakat dan diberikan pemerintah selain pendidikan. Sudah sepatutnya Kabupaten Tebo memenuhi kebutuhan tersebut.
Baca juga: Tebo Kekurangan Dokter, Kadinkes: Idealnya Punya 80 Dokter
Tapi tentu kita tidak menutup mata bahwa upaya-upaya itu dilakukan.
Hanya saja, masalah pemenuhan dokter menjadi tidak sederhana bila kita melihat kondisi wilayah, ketersediaan infrastruktur dan sebagainya.
Profesi dokter yang diikat dengan kode etik tentu profesi mulia. Sebagaimana para guru yang kita kenal sebagaimana pahlawan tanpa tanda jasa.
Pengabdian para medis ini yang perlu juga menjadi sebuah program bersama sehingga kebutuhan dokter di daerah-daerah bisa terpenuhi. (*)