Bocah Tewas di Septic Tank

Proses Autopsi Bocah Tewas di Septic Tank Permintaan Keluarga, Ini Penjelasan Keluarga dan Polisi

Effendi kakek dari almarhum KY bocah tewas di  septic tank mengatakan, proses autopsi yang dilakukan terhadap sang cucu merupakan permintaannya.

Penulis: Aryo Tondang | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi/Aryo
Polisi kembali mendatangi tempat kejadian perkara ditemukannya bocah 4 tahun yang ditemukan tewas di dalam septic tank pada Senin 25 Juli 2022 lalu. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Effendi kakek dari almarhum KY bocah tewas di  septic tank mengatakan, proses autopsi yang dilakukan terhadap sang cucu merupakan permintaannya.

Hal itu ia lakukan, lantaran ia menemukan sejumlah kejanggalan di tubuh korban.

Saat itu, ia satu-satunya keluarga yang mendampingi pihak kepolisian melakukan visum luar di RS Bhayangkara.

Kemudian setelah selesai dilakukan visum luar, dokter menyarankan untuk dilakukan autopsi

"Saya tanya dokternya, katanya kecelakaan, tapi katanya, untuk lebih pasti lagi saya diarahkan untuk lakukan autopsi, dan saya langsung ngotot untuk dilakukan autopsi," kata Effendi saat ditemui di kediamannya, Rabu (3/8/2022).

Kematian KY bocah usia 5 tahun di dalam septic tank pada Senin 25 Juli 2022 lalu memang menyisakan cerita sedih lainnya bagi keluarga, khususnya ke dua orangtua korban.

Yusman, ayah korban yang kesehariannya bekerja serabutan, dengan kondisi kaki yang tidak normal tidak hanya dihadapkan dengan kematian putri tercintanya, tetapi harus pontang-panting mencari biaya untuk proses autopsi kematian putri kecilnya sebesar Rp6.550.000.

"Ya mau makan untuk satu hari saja tidak bisa pak, gimana mau cari uang segitu," kata Yusman, saat ditemui di lokasi, Rabu (3/8/2022) sore.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Yusman kepada pihak rumah sakit.

"Waktu itu saya bilang, Rp 1.000 pun kami dak ada uang pak," kata Yusman.

Beruntung, ketua RT tempat korban tinggal langsung berinsiatif menggalang dana untuk proses autopsi korban.

Saat itu, Ketua RT langsung berkoordinasi dengan pihak Kelurahan agar dilakukan penggalangan dana ke pada masyarakat sekitar dan Forum-forum RT.

Di luar dugaan, rasa kemanusiaan dan keprihatinan masyarakat di sekitar, perkumpulan warga di Kenali Besar, dan warga lainnya melihat kondisi kematian KY yang tidak wajar tergerak.

Tidak sampai 2 jam, uang senilai Rp6 juta lebih langsung terkumpul. Tak sepeserpun pihak keluarga mengeluarkan biaya autopsi hingga pemakaman korban.

Inisiatif penggalangan dana tersebut, tidak diketahui Yusman, yang pada saat itu masih syok, dan berulang kali pingsan saat mendapati anaknya tidak lagi bernyawa.

Beruntung, Effendi yang merupakan kakek korban sejak awal menjadi pendamping keluarga dalam kasus ini.

Effendi melihat kondisi orangtua korban, atau keponakannya tersebut sangat lemah, baik dari kondisi fisik dan ekonomi, berinisiatif memotong biaya pemakaman korban sekira Rp1 juta lebih dari hasil penggalangan dana.

Sehingga dari keperluan lainnya, uang hasil penggalangan yang akan digunakan untuk pembayaran autopsi hanya sisa Rp3 juta lebih.

"Waktu itu saya sampaikan ke pak Kapolsek Kotabaru bahwa kami hanya punya uang segitu, dan pak Kapolsek menyampaikan bahwa biaya sisanya akan ia tanggung bersama dengan anggotanya. Dan uang itu saya serahkan ke mereka," jelas Effendi.

Effendi juga yang bersikeras dan nekat meminta agar korban dilakukan autopsi, lantaran ia menemukan sejumlah kejanggalan di tubuh korban.

Saat itu, ia satu-satunya keluarga yang mendampingi pihak kepolisian melakukan visum luar di RS Bhayangkara.

Kemudian setelah selesai dilakukan visum luar, dokter menyarankan untuk dilakukan autopsi

"Saya tanya dokternya, katanya kecelakaan, tapi katanya, untuk lebih pasti lagi saya diarahkan untuk lakukan autopsi, dan saya langsung ngotot untuk dilakukan autopsi," sebutnya.

Saat itu, anggota kepolisian yang berada di lokasi memberi tahu ke pada Effendi, bahwa proses autopai akan membutuhkan biaya.

Di awal pihak kepolisian menyampaikan besar biaya autopsi sebesar Rp5.500.000, tetapi kondisi tanpa kain kafan dan tidak dimandikan.

Kemudian Effendi meminta agar dilakukan secara keseluruhan, tetapi dengan total biaya Rp6.550.000.

"Saya katakan saat itu, saya usahain, saya merasa ada kejanggalan pada tubuh cucu saya. Untuk mengetahui sesuatu yang keluar dari bagian vital korban, luka goresan di bagian paha dan dagu, saya sanggupi proses autopsinya," kata Effendi.

Setelah itu, jenazah KY akhirnya dibawa ke RS Abdul Manap untuk dilakukan proses Autopsi, kata Effendi, saat itu dokter yang melakukan proses autopsi yakni dr Erni.

Saat itu, proses autopsi berkisar 30 menit lamanya. Setelah autopsi selesai dilakukan, Effendi didampingi Ketua RT langsung masuk ke ruang autopsi dan menanyakan hasil autopsi ke dr Erni.

"Saya tanya, dokter menjelaskan di bagian tongkorak belakang kepala hancur, ada dugaan kuat dilakukan pelecehan seksual," tutup Effendi.

Sementara itu, Direktur Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi, Kombes Pol Andri Ananta angkat bicara terkait biaya autopsi yang dikeluarkan oleh keluarga KY (4) yang ditemukan tewas di dalam septic tank pada Senin 25 Juli 2022 lalu.

Ia menjelaskan, secara prosedur, pihak kepolisian sudah memiliki anggaran dana yang masuk dalam anggaran atau biaya penyelidikan kasus, termasuk proses autopsi.

"Saya baru dengar kalau bayar, saya akan konfirmasi terlebih dahulu ke Kapolsek Kota Baru, karena polsek yang menanganinya kasus ini, kita hanya membantu saja," kata Andri, pada Kamis (04/8/2022).

Andri mengatakan, bahwa untuk otopsi itu sudah ada anggaran yang diberikan, masuk dalam dana lidik sidik.

"Kita lihat di situ, kalau kasus seperti ini kan dalam proses penyelidikan jadi kita bisa gunakan anggaran dari sana, karena kita mencari bukti dari hasil otopsi,"tegasnya.

Menurutnya, hal tersebut masih proses penyelidikan, yang dimana setiap proses penyelidikan kasus pihak kepolisian telah memiliki anggaran.

Kemudian, untuk perkembangan kasus kematian seorang anak di dalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) tersebut.

"Kita saat ini lagi proses penyelidikan kita juga sudah menerima hasil otopsi dari dokter. Memang betul ada kekerasan kami akan sampaikan lagi ke rekan rekan tapi proses yang kita lakukan tidak sampai disini,"katanya.

Ia mengatakan, akan berusaha maksimal mungkin karena ini masalah kemanusiaan yang menghilangkan nyawa seorang."Itu menjadi tanggung jawab kami untuk mengungkap masalah ini kami mohon doanya,"tutupnya.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Tonton Video Polisi Asal Jambi Tewas Ditembak di Jakarta, Kondisinya Tragis

Baca juga: Breaking News, Siswa Senior di SMA TT Jambi Diduga Lakukan Pengeroyokan Terhadap Juniornya

Baca juga: Pendapatan BUMD di Tebo Tidak Signifikan, Pj Bupati Beri Peringatan Khusus

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Serahkan Kehidupan pada Tuhan

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved