Benda Sakti Diturunkan, Kenduri Sko 3 Desa Koto Iman, Koto Salak dan Agung Koto Iman

Tidak dapat dipungkiri, Kabupaten Kerinci memiliki beragam budaya yang sangat spesial.

Penulis: Herupitra | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Heru
Acara Kenduri SKO di Kabupaten Kerinci. 

TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Tidak dapat dipungkiri, Kabupaten Kerinci memiliki beragam budaya yang sangat spesial. Mulai dari mempunyai makanan khas, dialek atau bahasa yang berbeda setiap desanya, serta adat dan tradisi budaya yang sangat menarik untuk dijelajahi. 

Di daerah paling barat Provinsi Jambi ini tradisi atau budaya yang setiap desa melakukannya, yaitu kenduri SKO. Kenduri SKO merupakan sebuah rangkaian acara adat pengukuhan gelar suku atau kepala adat. 

Upacara ini selalu diiringi dengan upacara kenduri pusaka yaitu upacara pembersihkan benda pusaka peninggalan nenek moyang. Kata kenduri berarti selamatan dan sko bermakna perbuatan atau peraturan yang berlaku turun temurun.

Satu di antara adalah kenduri Sko yang digelar tiga Desa Koto Iman, Koto Salak dan Agung Koto Iman, Kecamatan Tanco, Kerinci, Jumat (29/7/2022).

Kenduri Sko tiga Desa ini cukup meriah, dihadiri Gubernur Jambi yang diwakili, Bupati Kerinci Adirozal, Rektor IAIN Kerinci, Anggota DPRD dan Forkopimda. 

Berbagai atraksi ditampilkan di kenduri SKO tiga desa ini mulai dari pencak silat, tarian hingga penurunan dan pencucian Benda Pusaka. Ada beberapa benda Pusaka yang dimiliki tiga desa ini, seperti Keris, Pedang, Perisai, rambut, tanduk serta Batu Badar. Benda benda tersebut memiliki kesaktian. Bahkan bisa kembali sendirinya saat tak berada di tempat penyimpanan semestinya.

Sebelum acara puncak digelar, ada beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan panitia bersama masyarakat. Seperti pengibaran bendera karamentang dan penyembelihan Kerbau.

Baca juga: Rektor IAIN Memimpin Doa Kenduri Sko 3 Desa Koto Iman, Koto Salak dan Agung Koto Iman

Dihari puncak acara, pada pagi hari setelah solat subuh benda Pusaka tersebut dibersihkan atau dicuci. Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam pencucian benda Pusaka tersebut. 

Setelah dicuci benda benda tersebut kembali disimpan ditempat sebelumnya. Tak sebarang orang bisa menyimpan benda tersebut, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. 

Tempat pencuciannya juga hanya bisa dilakukan di rumah gedang. Setelah itu dilanjutkan dengan kenduri adat yang juga dilakukan di rumah tersebut. 

Selesai kenduri selamatan itu, para dipati ninik mamak, ulama dan lainnya turun dari rumah. Di luar rumah masyarakat telah ramai menunggu. 

Lalu di halaman rumah gedang itu digelar atraksi silat. Antraksi diawali oleh salah seorang ninik mamak. Secara bergantian masyarakat turun ikut melakukan atraksi silat yang biasa disebut warga silat kampung. 

"Saat masih kecil antraksi silat ini lah yang kami tunggu-tunggu. Bahkan kita yang tidak bisa silat juga bisa turun ke arena secara tidak sadar karena ada yang membawanya," ujar warga setempat mengenang kegiatan yang dilakukan lima tahun sekali ini.

Baca juga: Infrastruktur Banyak Rusak, Dinas PUPR Kerinci Mengaku Kurang Anggaran

Acara lalu dilanjutkan pada siang hari, dipenghujung kegiatan ini lebih bersifat seremonial, yakni menyambut para tamu undangan yang datang. Selain itu diperkenalkan para pemangku adat yang terdapat di tiga desa tersebut. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved