Xi Jinping Berani 'Tampar Perwakilan PBB: Tak Perlu Khotbah di Negara Lain

Presiden China Xi Jinping berani 'menampar' PBB dengan membela penerapan Hak Asasi Manusia (HAM) di negaranya.

Editor: Teguh Suprayitno
AP PHOTO/JU PENG
Presiden China Xi Jinping. 

TRIBUNJAMBI.COM, BEIJING - Ketegangan antara China dengan negara Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meningkat.

Presiden China Xi Jinping bahkan berani 'menampar' PBB dengan membela penerapan Hak Asasi Manusia (HAM) di negaranya.

Xi Jinping dengan tegas mengatakan kepada pejabat PBB untuk tak perlu jadi pengkhotbah yang memerintahkan negara lain.

Pernyataan itu dikeluarkannya saat melakukan pertemuan video dengan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet di Beijing, Rabu (25/5/2022).

Bachelet sendiri sedang berada di China sejak Senin (23/5/2022), untuk kunjungan selama 6 hari dan akan mengunjungi wilayah Xinjiang.

Di wilayah itu di Pemerintah China dituduh melakukan penahanan massal, asimilasi paksa, kerja paksa dan sterilisasi paksa terhadap suku Uighur dan minortas muslim lainnya.

Pernyataan Xi itu pun menambah kontroversi yang menyelimuti kunjungan tersebut, yang sebelumnya dikahwatirkan menjadi alat propaganda untuk Beijing.

Baca juga: China Pamer Kekuatan di Laut China Selatan saat Joe Biden Kunjungi Jepang dan Korea Selatan

Pada pertemuan tersebut, Xi mengungkapkan kepada Bachelet, pembangunan HAM China, cocok dengan kondisi nasional negaranya.

“Terkait isu hak asasi manusia, tak ada negara yang sempurna. Tak perlu adanya pengkhotbah untuk mengatur negara lain,” ujar Xi dilansir dari CNN.

“Apalagi, mereka mempolitisasi masalah ini, mempraktikkan standar ganda atau menggunakannya sebagai alasan untuk ikut campur dalam urusan internal negara lain,” sambungnya.

Bachelet sendiri mengungkapkan ia berkomitmen untuk kunjungan itu karena adanya prioritas terlibat dengan Pemerintah China secara langsung, dalam masalah hak asasi manusia.

“Agar pembangunan, perdamaian, dan keamanan berlanjut, secara local dan lintas batas, hak asasi manusia harus menjadi intinya,” kata Bachelet.

“China memiliki peranan krusial untuk dimainkan dalam lembaga multilateral untuk menghadapi banyak tantangan saat ini dihadapi dunia, termasuk ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional, ketidakstabilan dalam sistem ekonomi global, ketidaksetaraan, perubahan iklim dan banyak lagi,” kata dia.

Baca juga: Negara-negara Miskin Bisa Ikut Lumpuh Akibat Perang Rusia-Ukraina

Menurut Kementerian Luar Negeri China, Bachelet akan mengunjungi Kashgar dan Urumqi di Xinjiang.

Kementerian itu menegaskan, perjalanan Bachelet akan dilakukan secara tertutup, yang artinya delegasi akan diisolasi di dalam “gelembung” untuk menahan potensi penyebaran Covid-19.

Selain itu, tak ada jurnalis internasional yang diizinkan bepergian bersamanya.

Berita ini telah tayang di Kompas.tv

Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved