Rusia-AS di Ambang Perpecahan, Pernyataan Joe Biden Jadi Pemicu
Pemerintah Rusia dikabarkan memanggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John J. Sullivan sebagai bentuk protes resmi.
TRIBUNJAMBI.COM, MOSKOW - Pemerintah Rusia dikabarkan memanggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John J. Sullivan sebagai bentuk protes resmi.
Rusia mengingatkan AS bahwa hubungan Moskow dengan Washington saat ini “di ambang perpecahan.”
Protes ini menyusul pernyataan yang dilontarkan Presiden AS Joe Biden tentang Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebelumnya, Biden menyebut Putin “penjahat perang” karena invasi Rusia ke Ukraina.
Pernyataan itu diamini oleh jajaran pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
"Secara pribadi saya setuju. Sengaja menargetkan warga sipil adalah kejahatan perang. Setelah semua kehancuran tiga pekan belakangan, saya merasa sulit untuk menyimpulkan bahwa Rusia bertindak sebaliknya," ujar Blinken kepada CNBC.
Pada Senin (21/3/2022), Kementerian Luar Negeri Rusia merilis pernyataan bahwa substansi protes seputar “pernyataan-pernyataan terkini yang tidak bisa diterima” yang dilontarkan Biden tentang Putin.
Baca juga: Pasukan Rusia Kehabisan Amunisi dan Makanan, Ukraina Sebut Hanya Akan Bertahan 3 Hari
“Ditekankan bahwa kata-kata seperti yang dilontarkan Presiden Amerika, yang mana tak pantas diucapkan tokoh negara dengan jabatan setinggi itu, menaruh hubungan Amerika-Rusia di ambang perpecahan,” tulis pernyataan Rusia usai memanggil Dubes AS dikutip Associated Press.
Seperti diketahui pemerintahan Joe Biden menjadi salah satu pihak yang paling gencar menjatuhkan sanksi kepada Rusia, sejak invasi ke Ukraina.
Sanksi ekonomi berbagai negara membuat ekonomi Rusia kini terimpit. Pasar menjadi tidak stabil dan nilai tukar rubel terhadap dolar AS atau euro anjlok drastis.
Baca juga: Jauh Lebih Mematikan, Milisi Pendukung Rusia Tembakkan Roket Termobarik di Ukraina
Berita ini telah tayang di Kompas.tv