Liga Champions

Seri A Berada di Titik Terendah Usai Semua Tim Italia Tersingkir di Liga Champions

Menyusul kekalahan mengejutkan Juventus melawan Villarreal, semua tim Serie A telah tersingkir dari Liga Champions sebelum perempat final

Penulis: Zulkipli | Editor: Zulkipli
AFP
Kapten Inter Milan, Javier Zanetti memamerkan medali Liga Champions usai mengalahkan Bayern Munchen di final Liga Champions 2010 

TRIBUNJAMBI.COM - Menyusul kekalahan mengejutkan Juventus melawan Villarreal, semua tim Serie A telah tersingkir dari Liga Champions sebelum perempat final.

Atalanta dan AC Milan tidak berhasil melewati babak penyisihan grup, sementara Inter melakukan perlawanan namun kalah dari Liverpool. 

Ini adalah musim kedua berturut-turut hal itu terjadi. Bianconeri, Atalanta, dan Lazio semuanya tersingkir di babak 16 besar pada 2020-2021 juga.

La Dea adalah klub Italia terakhir yang melaju melewati fase tersebut. 

PSG mengalahkan mereka tipis di babak 8 besar pada tahun sebelumnya di edisi yang sangat terpengaruh oleh pandemi.

Pertarungan dalam terakhir menjadi milik AS Roma, yang mencapai semi-final pada 2018, jatuh ke tangan Liverpool.

Dilansir dari Sky, Paolo Condò mengomentari tim Serie A yang berjuang di Liga Champions.

Baca juga: 8 Tim di Perempat Final Liga Champions, Terbaru Chelsea dan Villareal

Baca juga: Juventus Spesialis Keok di Liga Champions, Pelatih Si Nyonya Tua: Kami Mohon Maaf

Baca juga: Daftar Klub Liga Champions yang Masuk Babak Perempat Final, Wakil Italia Nihil

“Liga berada pada titik terendah dalam sepuluh tahun terakhir. Itu normal mengingat talenta terkuras," ujarnya.

"Ini adalah momen tragis bagi sepakbola Italia. Tim kami telah padam di Eropa. Kami sekarang sangat bergantung pada Roberto Mancini dan harapan Piala Dunia.” sambungnya.

Pelatih veteran Fabio Capello juga turut menyampaikan komentarnya dan menyebut Tim Italia harus segera berbenah.

“Tim Italia harus berlari lebih banyak dan memiliki kecepatan lebih cepat. Mereka perlu belajar bermain lebih cepat, menangani lebih banyak, dan meningkatkan teknik mereka," ungkapnya.

"Juventus puas dengan mengoper bola tanpa tujuan seperti Barcelona melawan Inter pada 2010. Mereka hanya punya satu peluang di babak kedua, dan mereka berhenti melakukan crossing. 

"Unai Emery mempersiapkan pertandingan dengan baik dan menetralisir kekuatan Bianconeri. Hasilnya terlalu besar, tetapi Villarreal terbukti memiliki lebih banyak kepribadian.” pungkasnya.

Baca juga: Hasil Liga Champions Tadi Malam, Juventus Tumbang, Wakil Italia Lesu Musim Ini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved