Kisah Unik di Balik Nama Desa Sekernan di Muarojambi, Ini Hubungannya dengan Kerajaan Sultan Thaha
Berita Muarojambi-Kabupaten ini cukup unik, dimana dia mengelilingi Kota Jambi dan berbatasan dengan beberapa daerah
Penulis: Muzakkir | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI -- Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu daerah terluas di Provinsi Jambi. Banyak sejarah dan kenangan yang terdapat dalam kabupaten ini.
Kabupaten ini cukup unik, dimana dia mengelilingi Kota Jambi dan berbatasan dengan beberapa daerah, seperti Batanghari, Tanjabar, Tanjabtim, Sumatera Selatan.
Kabupaten Muara Jambi memiliki 11 kecamatan, 5 kelurahan dan 150 desa. Dari sekian banyak desa itu, ada satu nama desa yang tergolong unik. Yaitu Sekernan.
Desa Sekernan ini berada tak jauh dari pusat Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi yaitu Sengeti.
Berdasarkan keterangan dari kepala desa Sekernan, Alamsyah. Desa Sekernan sering disebut Desa "SUKARNIAN", karena beberapa orang melihat karatertistik masyarakatnya terkadang susah diatur.
Namun tidak tidaklah demikian adanya karena sesungguhnya kata Sekernan merupakan asal kata susunan yang artinya mudah tersusun. Hal ini dapat dibuktikan sampai saat ini.
Disana Masyarakat Desa Sekernan paling mudah menyusunnya contoh dapat dibuktikan mudah tersusun membentuk Barisan.
Memang masih dapat dilihat dan dirasakan sampai saat ini masyarakat desa Sekernan sifat kekompakannya dan kegotongroyongannya sangat tinggi walaupun ada sisi negatifnya dilihat oileh masyarakat luar.
Kata Alamsyah, karena harus diakui akibat dari mudah tersusun dan membentuk barisan terkadang mau mengeroyok orangpun harus kompak, sebenarnya tidak demikian adanya, karena masyarakat Desa Sekernan sifat Solidaritas sesamanya memang sangat tinggi ini dapat dibuktikan mulai dari mendapat kemalangan sampai ke Pesta Perkawinan termasuk Pembangunan, kekompakan dan kegotongroyongan sangatlah tinggi.
"Diantaranya maslah kematian. Disini tidak kurang dari 15 Kelompok persatuan kematian khusus untuk menanggulangi beban dari Keluarga yang Mendapat Musibah," kata Alamsyah.
Pria yang juga menjabat sebagai ketua Lembaga Adat Melayu Kecamatan Sekernan itu menyebut jika dari pesta Perkawinan bahwa tercatat setiap tahunnya rata-rata 50 s/d 60 kali masyarakat mengadakan pesta perkawinan anaknya biar dia seorang Kaya maupun miskin, namun semuanya dapat melaksanakan pesta tersebut, itu semua berkat adanya budaya yang disebut "KUMPUL SANAK".
"Menurut imformasi yang kami dapat Budaya Kumpul sanak ini ada sejak Tahun 1940 Di Cetuskan oleh penghulu H Rabuan," katanya.
Budaya ini Sampai saat ini masih dilestarikan dan pertahankan, bahkan dizaman Kepala Desa Almarhum M.Yasin Rusli, setiap melaksanakan sedekah penganten maupun menyunat rasulkan anak maka diotong 5 persen dari hasilnya untuk menunjang pembangunan tempat-tempat ibadah dalam Desa Sekernan, dan potongan 5 persen ini setiap tahun dapat Menghasilkan uang Rp 6 sampai Rp 10 Juta Lebih.
Pernah jadi Pengikut Kerajaan Sultan Thaha
Pada zaman Kerajaan Sultan Taha, Desa Sekernan merupakan kedudukan jenang dan ini terbukti ada beberapa nama sebagai pengikut Sultan Taha bergerliya karena anti Penjajah.
Salah satu yang dapat dibuktikan adanya makam Jenang Buncit yang tewas Diujung Tanjung Tebo karena di bunuh Belanda di saat Mengambil Air Wudhu.
Konon ceritanya Jenang Buncit ini memang mirip dengan perawakan tubuh Sultan Taha. Kemudian ada lagi terdapat nama-nama yaitu jenang M.Nuh, Kedemang Samad, Abdul Latis dan lain-lain.
Sekitar Tahun 1903, kepepimpinan disebut sebagai penghulu. Itu diawali kepemimpinan penghulu Abdul Latis alias Copot. Sehingga sejak saat itu sampai sekarang sudah 14 orang yang Menjadi Penghulu Atau Kepala Desa di Desa Sekernan.
Pada tahun 1960 barulah seorang Penghulu atau Kepala Desa dipilih Lansung secara Demokrasi oleh rakyat, dan sejak saat itu yang menjadi Kepala Desa.
Menurut Kepala Desa, Alamsyah, Desa Sekernan pada saat ini tidak lagi seluas asalnya. Yang semula berbatasan Dengan Desa Tanjung Katung Dan Jambi Kecil, namun sekarang hanya berbatasan Dengan Desa Tunas Baru, ini terjadi Pada Tahun 1976 dimana oleh pemerintah melalui departemen sosial RI di Pematang Sialang ( Desa Tunas Baru Dalam) dijadikan Proyek Transmigrasi lokal yang pematang sialang tersebut Bagian dari Desa Sekernan. Maka sesuai dengan perkembangannya, pemukiman transmigrasi tersebut dijadikan Suatu desa Pemekaran dari Desa Sekernan.
Namun perkembangan Penduduk di Pematang Sialang (Daerah Trasmigrasi Lokal) saat itu dari hari kehari semakin berkurang Sehingga Pada tahun 1983 Oleh Pemerintah Pusat Sesuai dengan Permendagri Nomor.4 Tahun 1981 bagi Desa yang Penduduknya kurang dari 100 KK akan digabung ke Desa Tetangga.
Oleh karena itu, bersama Almarhum M.Yasin Rusli (Kepala Desa Sekernan) saat itu karena Desa Sekernan Pada Saat itu terdiri dari enam Dusun yaitu Lopak Liring, Dusun Jelmu Lamo, Dusun Agan Jaya z Dusun Putri Gadis, Dusun Tunas Mudo dan Dusun Tuna Baru.
"Berdasarkan sejarah yang kami dapat dari orang tuo-tuo yang Masih Hidup sebenarnya Desa sekernan Berdiri tidak disyahkan oleh suatu Keputusan Gubernur atau lainnya namun Keberadaannya tetap diakui oleh Pemerintah," kata Alamsyah. (*)
