WAWANCARA EKSKLUSIF
WAWANCARA EKSKLUSIF Irene Claudya Kisah Tour Guide Pendakian Gunung Kerinci
WAWANCARA EKSKLUSIF - Seorang wanita yang menjadi tour guide di Kabupaten Kerinci. Namanya, Irene Claudya.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kabupaten Kerinci merupakan daerah pegunungan yang terindah di Provinsi Jambi.
Adanya gunung ini pula yang menjadi daya tarik masyarakat untuk membuat planning menaiki Gunung Kerinci.
Nah, bahkan ada seorang perempuan yang menjadi tour guide ini. Namanya, Irene Claudya.
Berikut wawancara eklusif Tribun Jambi bersama dengan Irene Claudya?
Boleh dikenalkan diri Iren?
Nama aku Irene butar-butar, perempuan kelahiran Kayu Aro. Saat ini statusnya di sini itu sebagai women guide kerinci mountain 3805 Mdpl selain juga guide aku juga petugas di pusat informasi gunung kerinci.
Apa sebetulnya tugas guide?
Ya tugasnya bukan hanya penunjuk jalan, tapi juga penjaga keamanan keselamatan para pendaki. Lebih ke pengguna jasanya jadi buat temen-temen jangan salah arti guide itu pembawa barang atau penunjuk jalan gitu. Sebenarnya tanggungjawab guide itu lebih besar daripada penanggung jawab porter gitu. Karena bener-bener bertanggungjawab atas nyawa dan keselamatan kalian sampai di bawah lagi itu jadi statusnya juga bukan cuma mandu tapi kita juga ngejelasin nih bahwa di gunung itu ada apa aja sih sebenarnya gitu. Terus kalau ada flora maupun fauna endemik nya kita juga bisa jelasin gitu, terus ciri khas gunungnya apa sih gitu, kalau kerinci itu punya berapa shalter dan berapa post. Kita juga harus jelasin, jadi kita juga harus saham nih medan yang bakal kita tempuh itu gimana.
Irene seorang perempuan, kok bisa suka sebagai pemandu gimana ceritanya gitu?
Pertama itu, papa ku juga salah satu pendaki gunung, jadi dari situ kayak lihat-lihat foto papa kan penasaran deh gitu sama gunung. Sebenarnya di gunung itu ada apa sih, kok papa aku bisa sampai suka itu, sampai secinta itu gitu.
Terus akhirnya papa ku ajak aku ke Gunung Kerinci, dari situ aku jadi menyukai gunung gitu. Terus kenapa yang pertama itu karena gunung adalah karena Gunung itu hobi ku. Jadi kenapa naik gunung ya karena hobi. Terus yang kedua kenapa nge guide gitu, ya hobi yang dibayar itu adalah pekerjaan yang menyenangkan bagiku. Jadi selain bisa jalan-jalan, aku juga bisa dapet esensse nya dari situ.
Ketiga pengen mematahkan stigma bahwa perempuan yang naik gunung itu menyusahkan, perempuan yang naik gunung itu merepotkan. Wah itu salah satu yang nggak bener sebenarnya gitu, aku tuh pengen buktiin bahwa nggak semua perempuan kayak gitu.
Jadi aku pengen nge buktiin ke diri aku sendiri bahwa aku bisa dan yang pasti aku mampu nih gitu, kemudian yang keempat aku pengen jalan-jalan gratis tapi dibayar gitu. Gimana caranya bisa jalan-jalan gratis tapi dibayar Pasti seru dong gitu, iya menjadi guide dan meneruskan itu.
Kita akan nih pendakian kita banyak tentangan ya dalam apalagi seorang cewek. Iren sendiri ada kesulitan tidak selama ini?
Sebenarnya kalau kesulitan tersendiri sih nggak ada ya cuma stigma orang lagi sih, balik lagi ke stigma orang kalau cewek naik gunung itu pasti pandangannya udah aneh-aneh. Aku pengen bukti ini kalau cewek naik gunung itu yang nggak ngapa-ngapain gitu, mereka cuma nikmati alam, karena k perjalanan itu yang harus dinikmati prosesnya ya. Banyak banget gitu orang-orang yang mikir cewek naik gunung bareng sama cowok-cowok pasti ya pikirannya udah ke mana-mana gitu.
Pernah merasa minder ngak dengan cowok?
Sebenernya mindernya banyak ya gitu, karena aku cewek gitu sering di fikir bahwa fisiknya lemah nih, pastinya nyusahin, sering sakit nih gitu, bawa beban berat itu enggak mampu gitu, mindernya kalau cowok ya mungkin mampu bawa beban berat, kalau cewek ya ala kadarnya gitu.
Suka duka Jadi Pemandu?
Kalau suka nya banyak ya, karena pasti punya pengalaman yang baru ketemu orang baru paling seru kalau sudah di bawah. Duka nya adalah gagal bahwa tamu sampai ke puncak, itu rasanya memang ya duka lah. Mungkin puncak bukan tujuan utama naik gunung, tapi kan mereka berfikir kalau sampai puncak itu kan luar biasa.
Sejak kapan Iren naik gunung?
Aku sendiri naik gunung itu dari 2012 gitu, itu zaman SMP. Tapi masih ikut-ikut aja. Tapi kalau emang bener-bener udah mulai nge guide itu aku mulai di 2017,itu aku mulai nge guide pribadi. Jadi kalau keluarga yang mau naik gunung gitu aku nge guide. Mulai dari 2018 itu aku masuk ke salah satu tour Organizer namanya kerinci Discovery, jadi dari 2018 aku menjadi guide di bawah naungan kelinci Discovery.
Kalau yang ingin menggunakan jasa Iren itu ada nominalnya atau apa aja ya?
bener-bener dasar gimana Bang Kurang denger selesai jauh kalau untuk menggunakan jasa kepada sudah rata berasal lainnya disediakan oleh kepingin menggunakan cat air rezeki syaratnya syaratnya kalau untuk guide pribadi itu memang cuma nge guide aja, itu udah ada standarisasinya. Biasanya standarisasi biaya menguide itu Rp350 ribu perharinya, tapi kalau semisal mau ambil paketan, enggak mau repot-repot misalnya itu maunya ke Kerinci tinggal bawa badan aja gitu, sama perlengkapan pribadi itu bisa karena kan sudah organizer kan gitu. Jadi kita udah punya paket-paket sendiri.
Pengalaman paling berkesan?
Ada sih waktu itu Irene naik gunung kerincinya berempat nih, aku bawa tamu dari Malang. Jadi itu temen-temen aku, dia pengen ikut trip karena belum pernah ke kerinci, jadi dia ikut aku. Jadi waktu itu emang kita summit itu agak siangan ya. Itu kita mulai summit itu jam 06.00 wib atau 07.00 wib, dari awal star kita summit dari camp terakhir itu ada di sulter ketiga itu cuacanya masih bagus nih, kita jalan satu setengah jam sampai itu di tugu yuda itu lima meter lagi lah sampai di tugu itu.
Terus tiba-tiba ada kabut yang tebal banget gitu, jadi kabut tebal kita mau naik ke puncak gak bisa, kita turun juga nggak bisa. Jadi aku mutusin buat stay dulu gitu sampai cuacanya memungkinkan untuk kita bisa naik atau kita bisa turun gitu. Jadi kita hampir dua jam di tugu itu dengan ketinggian 3800 gitu. Ini cukup berat dengan situasi yang dingin banget di sana pastinya kan gitu. Terus banyaklah mitos-mitos di tugu itu bahwa dengan kabut tebal tuh banyak yang kejadian aneh kan di sana gitu.
Jadi aku percaya ya udah kita tungguin sampai benar-benar kita bisa naik atau bisa turun gitu. Nungguin dua jam akhirnya kita jadi kasih celah sedikitlah untuk bisa naik itu, akhirnya aku bawa tamu aku sampai ke Puncak gitu Dan bisa turun lagi dengan selamat. Itu adalah hal yang paling gak bisa dilupain karena terjebak di tugu itu hampir dua jam gitu.
Pengalaman lain itu pernah ada tamu cewek gitu terus dia bilang minta anterin dong ke sini gitu. Nah dia nggak pernah cerita bahwa dia Indigo nih dari awal, jadi kita juga nggak nanya juga. Kita mulai jalan itu waktu malam terus dia bilang aduh rame ya gitu. Padahal tuh di belakang nggak ada siapa-siapa.
Terus dia bilang kita jangan ngetem di sini, di sini, di sini. Nggak nanya sih kenapa gitu, cuma waktu Irene bilang kita harus makan disini karena ini udah terlalu malam dan kita nggak bisa bisa nerusin gitu. Nah kita bikin camp tiba-tiba si cewek kesurupan itu, karena Irene juga cewek gitu, otomatis Irene panik dong karena sebelumnya nggak pernah ngalamin itu pas bawa cewek.
Mikirnya aduh jadi mau ngapa-ngapain juga rasanya takut gitu kan, tapi untungnya ada banyak pendaki lain yang bisa bantu nenangin sih waktu itu gitu.
Kalau selama melakukan pekerjaan ini apakah selalu sendirian atau selalu ada tim?
Kalau misalnya mereka hanya butuh guide, itu biasanya Iren pergi sendirian, tapi kalau misalnya mereka ngambilnya paket nih gitu biasanya sama tim gitu.
Bagaimana dengan situasi saat ini di tengah pandemi?
Kalau untuk nge guide sendiri lumayan sepi, pendakian juga dibatasin ya terus ada penetapan bahwa ke keinci harus wajib guide dan atau Porter itu juga masih susah diterapkan secara 100%. Jadi kalau untuk ngeguide sendiri sih mungkin masih jarang, paling sebulan bisa 1 sampai 2 kali aja gitu. Tapi kan karena Iren masih di kantor juga jadi kalau untuk pekerjaan emang tiap hari harus bekerja.
Kalau tamu berasal dari mana saja?
Kalau sebelum pandemi itu ada dari singapura, malaysia ada tapi kalau selama pendemi ya emang khusus buat Nusantara nya aja. Karena pendakian gitu dari luar negeri nih belum bisa masuk ke Indonesia, apalagi kerinci gitu.
Ada perbedaan tidak pendaki orang dari luar sama orang Indonesia dalam melakukan pendakian?
Pasti ada itu yang persiapkan, terus bahasanya juga pasti bedakannya gitu, terus makanannya juga pasti beda gitu, terus manajemennya pasti beda, karena kebanyakan orang luar itu mereka jalan nya lebih cepat, orang-orang dari luar itu kan kebanyakan mereka pengen waktunya yang pasti-pasti gitu.
Kalau makanannya sendiri kalau makanannya dibawa, apakah kita yang menyediakan atau mereka yang bawa?
Kalau misalnya mereka pakai tour organizer nih biasanya itu semua nya udah fullpage gitu, udah kita semua yang siapin dari transportasi, makanan, penginapan itu udah kita semua yang sediain. Tapi kalau mirip mereka cuma mintanya guide, biasanya udah mereka yang siapin kita cuma tinggal berangkat aja.
Bisa diceritakan diatas Gunung?
Kalau di Gunung ya gitu tapi ini hanya bonus, jadi enggak setiap naik gunung kalian bisa menemukan ini. Biasanya yaitu dicari sama anak-anak gunung ya biasanya sunset, sunrise gitu, terus lautan awan gitu, lautan awalnya itu bisa jadi sesuatu yang dicari-cari lah sama anak gunung gitu. Karena kan nggak semua gunung bisa dapetin lautan awan gitu. kalau sunrise Sunset mungkin gimana aja bisa ya gitulah harus di gunung itu. Kalau di Gunung Kerinci sendiri tuh kita bisa menikmati puncaknya. Desember -Januari ini adalah puncaknya mekar-mekarnya bunga edelweis. Kalau awan itu biasanya kalau kita bisa ketemu biasanya pagi atau sore juga ada.