Kiper PSMS yang Tepis Penalti Pele, Bagaimana Kabar Ronny Pasla?
Mengenal sosok Kiper PSMS yang Tepis Penalti Pele, Bagaimana Kabar Ronny Pasla?
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Heri Prihartono
TRIBUNJAMBI.COM - Ronny Pasla merupakan sang kiper legenda PSMS Medan yang beri kenangan tak terlupakan bagi Timnas Indonesia.
Klub sepakbola yang berbasis di Kota Medan, Sumatera Utara, itu sejak dulu acap menyumbangkan pemain-pemain berbakat untuk membela skuad Timnas Indonesia.
Dari sektor penjaga gawang, misalnya, ada nama Markus Horison (Muhammad Haris Maulana), Sahari Gultom, Ponirin Meka, hingga Ronny Pasla.
Nama terakhir menjadi legenda yang pernah memberikan kenangan manis saat Indonesia menghadapi klub Santos asal Brazil.
Klub yang pernah diperkuat Neymar Jr itu dulunya pernah diperkuat legenda sepakbola negeri samba Pele.
Bagaimanakah cerita sang legenda dalam menepis tendangan bintang Brazil tersebut?
* Profil Ronny Pasla
Dia merupakan atlet di banyak bidang olahraga yang lahir pada 15 April 1947 (74 tahun).
Ejaan namanya juga sering ditulis Rony Paslah dengan nama julukan Recko.
Ronny Pasla merupakan pemain sepakbola kelahiran Medan dan berdarah Manado.
Kiper Timnas Indonesia periode 1960-1980an ini dikenal dengan kelincahannya dalam menangkap bola, sehingga dia juga dijuluki si Macan Tutul.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Pasla juga menggeluti karier olahraga sebagai pemain tenis.
Di bidang sepakbola, dia mengawali karier bersama klub lokal Dinamo Medan, sebelum berkiprah ke Bintang Utara Medan.
Puncak kariernya justru terjadi ketika bergabung dengan PSMS Medan, dan menjadi pilihan utama bagis Timnas Indonesia.
Dia pernah bergabung dengan Persija Jakarta, sebelum menutup kariernya di usia 40 tahun bersama Indonesia Muda (IM).
* Karier di Timnas Indonesia
Bergabung dengan PSMS Medan membuat Ronny Pasla bermain di liga kasta tertinggi Indonesia.
Kepiawaiannya dalam mengantisipasi serangan lawan akhirnya membuat Rocko dipanggil untuk membela skuad Garuda.
Dia membela Timnas Indonesia selama hampir dua dekade, yaitu pada periode 1966-1985 atau sekitar 19 tahun.
Dia menjadi kiper andalan, termasuk saat Indonesia menjamu klub sepakbola raksasa asal Brazil, Santos FC.
Klun Brasil tersebut kala itu tengah melakukan tur ke sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia.
Ronny Pasla yang saat itu menjadi kiper andalan skuad Garuda langsung diturunkan.
Laga Indonesia vs Santos FC yang legendaris itu berlangsung pada 21 Juni 1972 dan berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan tim tamu.
Dalam laga itu, dua gol Indonesia dicetak oleh Risdianto, sementara Ronny Pasla berhasil menahan satu tendangan penalti Pele.
Kendati Indonesia kalah, namun bagi kiper PSMS Medan itu, laga tersebut tak akan terlupakan.
*Prestasi Ronny Pasla
Kiper legendaris PSMS Medan ini memiliki catatan mentereng dalam rentetan kariernya.
Bersama Persatuan Sepakbola Medan dan Sekitarnya (PSMS), dia menorehkan banyak prestasi bergengsi.
Bersama Ayam Kinantan (julukan PSMS Medan), dia meraih Juara Piala Suratin pada 1967.
Ronny juga tergabung di PSMS saat mereka meraih Juara Kejurnas PSSI berturut-turut pada 1967, 1969 dan 1971.
PSMS juga menjadi Juara Aga Khan Gold Cup pada 1967, dan Juara Soeharto Cup pada 1972.
Ronny Pasla dan kolega juga menyabet Juara Marah Halim Cup 1972 dan 1973.
Terakhir mereka menjadi Semifinalis Asian Club Championship1970 (sekarang Liga Champions Asia).
Bersama Timnas Indonesia, dia ikut memperkuat skuad yang meraih juara King's Cup di Thailand pada 1968.
Mereka juga menjuarai Merdeka Games pada 1969.
Skuad Garuda juga meraih Peringkat III Saigon Cup pad 1970.
Tidak kalah menarik, mereka juga mendapat Juara Pesta Sukan Singapura (1972).
Terakhir, Ronny Pasla dkk juga meraiu Juara Djakarta Anniversary Cup 1972.
*Ronny Pasla, Sepakbola, dan Tenis
Legenda PSMS Medan ini dikenal dengan kariernya sebagai pemain sepakbola.
Memiliki tinggi badan 183 cm, dia menjadi penjaga gawang yang sulit untuk ditembus.
Namun, di balik itu Ronny sebenarnya penggemar tenis sejati.
Sebelum dia menjadi kiper andalan PSMS dan Timnas Indonesia, dia berkiprah sebagai pemain tenis.
Ronny Paslah bahkan pernah mendapat Juara Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967.
Dia pensiun dari klub Indonesia Muda pada usia 40 tahun dan pensiun dari Timnas Indonesia dua tahun sebelumnya atau saat berusia 38 tahun atau pada 1985.
Setelah pensiun, Ronny justru tidak begitu menghayati kariernya sebagai pemain sepakbola.
Alih-alih mendalami kiprahnya sebagai pemain sepakbola, Ronny Pasla justru kembali ke dunia tenis yang disukainya.
Dia bahkan memiliki sekolah tenis bernama Velodrome Tennis School yang berada di Jakarta.
Meski begitu, dia tetaplah memiliki karier sebagai pemain sepakbola sejati.
Dia juga pernah menggarap proyek sepakbola ersama dua rekannya, Andjas Asmara dan Ipong Silalahi.
Ronny Pasla dan dua temannya tersebut menggarap pembentukan tim sepak bola impian yang terdiri atas para pemain amatir.
Proyek prestisius itu berbentuk reality show pencarian bakat sepakbola bertajuk My Team pada Juni 2007.
Ronny Paslah mencatatkan banyak prestasi individu di bidang sepakbola.
Prestasi yang pernah diraih Ronny Pasla, di antaranya Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972) dan Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974).