Terduga Teroris Ditangkap

Penangkapan Terduga Teroris Selanjutnya Bakal Menggegerkan Publik, Aswin: Masih Banyak

Densus 88 Antiteror Polri tetap melakukan pemburuan terduga teroris walau berhasil menangkap jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) baru-baru ini.

Editor: Rahimin
KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Petugas Densus 88 - Penangkapan Terduga Teroris Selanjutnya Bakal Menggegerkan Publik, Aswin: Masih Banyak 

Keterlibatan mereka ditengarai sudah sejak lama, bahkan diduga sebelum kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terjadi.

Menurutnya, nama-nama ini bermain dua kaki. Di mana, di satu sisi mereka memainkan posisi mereka sebagai pejabat yang memiliki otoritas.

Di sis lain mereka bermain di grassroots memainkan isu agama di kelompok-kelompok Islam yang semuanya mengarah ke JI.

Daru informasi yang dihimpunnya, beberapa nama besar ini juga kerap bermunculan di televisi dan menjadi media darling.

Selain itu, mereka diketahui berasal dari oposisi dan terlibat aktif dalam demonstrasi Persaudaraan Alumni (PA) 212.

Hanya saja, katanya, diangkut tidaknya mereka ke depan bukan dikarenakan menyandang status tertentu seperti oposisi, melainkan karena keterlibatan dalam jaringan terorisme.

Meski tak mengetahui peran mereka secara rinci, Kharis menyebut nama-nama besar ini bisa dianggap sebagai simpatisan.

Jadi ketika beberapa tokoh JI memiliki persoalan, nama-nama ini akan membantu menyelesaikan atau mengcover tokoh tersebut.

"Mereka ini kelompok oposisi lah, dan mereka itu rata-rata dulu mendukung Prabowo semua. Sampai sekarang mereka tetap oposisi. Mereka statusnya personal tidak, tapi masalahnya sering dimanfaatkan partai. Karena mereka itu punya nama besar dan profesi yang mereka geluti memungkinan mereka memegang jabatan itu. Dari sejumlah nama yang saya tahu gelarnya bagus-bagus dan mereka sering tampil di televisi kok dan termasuk salah satu media darling. Cuma media darlingnya yang versinya oposisi," ujarnya.

Pengakuan Terduga Teroris

Hingga kini telah meringkus 24 orang yang berkaitan dengan pendanaan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI).

Satu diantara ke-24 orang itu adalah Fitria Sanjaya. ua berasal dari Yayasan Baitul Mal Abdurrahman bin Auf (Laz BM ABA).

Yayasan ini mampu merengkuh dana publik hingga Rp 28 miliiar per tahun dari sumbangan masyarakat.

Dana ini untuk membiayai seluruh aktivitas yang diduga terkait dengan terorisme organisasi Jamaah Islamiyah (JI).

Dalam pengakuannya, Fitria Sanjaya yang merupakan salah satu pimpinan Yayasan BM ABA mengaku bahwa memang tidak ada audit yang dilakukan oleh organisasi maupun pihak dewan syariah di yayasan tersebut.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved