Hanya Soeharto yang Berani Putuskan Hubungan Diplomatik dengan China, Ini Alasannya
Kisah Soeharto Memutuskan Hubungan Diplomatik dengan China di tahun 1967 pasca gerakan G30S/PKI
Wahyudi bercerita jika pengantar bingkisan itu adalah seorang pria paruh baya.
"Saya tanda tangani resi tanda terima kemudian membawanya ke ruang belakang," kenang Wahyudi.
Saat dibuka, ternyata isi bingkisan tersebut adalah patung Batara Guru.
Batara Guru adalah satu tokoh dalam cerita pewayangan.
"Saya meletakkannya di meja dekat Pak Harto biasa membaca koran pagi," jelas Wahyudi.
Soeharto mengetahui adanya patung itu lalu memanggil Wahyudi, dan menanyakan asal mula patung tersebut.
Wahyudi pun segera menjawabnya.
"Saya kira itu pesanan Bapak," jawab Wahyudi.
Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Kisah Sarwo Edhi yang Basmi G30S, Kecewa sama Soeharto: Kalau Mau Bunuh Aku, Bunuh Saja, Apa Salahku. (FOTO: HISTORIA.ID/repro)
\Wahyudi mengakui dirinya memang tidak menanyakan identitas pengirimnya.
"Pak Harto juga bertanya kepada Ibu Tien Soeharto yang juga mengatakan tidak memesannya. Demikian juga keluarga yang lain, ditanya namun tak ada yang merasa memesan atau mengenal pengirim patung itu," ungkap Wahyudi.
Wahyudi pun merasakan ada yang ganjil terkait hal itu.
"Buat saya, itu kiriman yang ganjil, mengingat Pak Harto bukanlah penggemar apalagi pengumpul barang-barang seni semacam itu. Namun sempat terbersit di benak saya, apakah itu sebuah pertanda baik bagi Pak Harto?" kata Wahyudi.
Wahyudi tetap berharap yang terbaik untuk Soeharto.
"Dalam hati tentu saja saya mengharapkan yang terbaik terjadi pada Pak Harto, mengingat isyarat alam semesta bisa saja datang melalui berbagai cara," harap Wahyudi.