Pelaku UMKM Menolak Takluk pada Pandemi, Pilih Platform Digital untuk Jangkau Pasar Lebih Luas

pelaku UMKM yang menolak takluk pada pandemi yang sudah berlangsung hampir dua tahun. Mereka berinovasi, memanfaatkan kemajuan teknologi

Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG
Seorang pengguna smartphone sedang mengamati pempek produksi Hafish Food yang dijual di Tokopedia, sABTU (23/10/2021). Ahmad Febriansyah menggencarkan penjualan produk pempek secara melalui platform digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Tidak sedikit pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Jambi yang gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Setidaknya ada 11 ribuan UMKM yang terpaksa mengurangi karyawan hingga yang gulung tikar di tahun pertama pagebluk, menurut data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jambi.

Namun banyak juga pelaku UMKM yang menolak takluk pada pandemi yang sudah berlangsung hampir dua tahun ini. Mereka berinovasi, memanfaatkan kemajuan teknologi. Pemasaran digulirkan ke platform digital, menjangkau konsumen lebih luas. Ahmad Febriansyah dan Melva adalah dua di antaranya.

Ahmad sedang mengawasi proses pembuatan pempek di sebuah rumah petak yang berlokasi di Jalan AR Hakim, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, saat Tribun berkunjung ke sana, pada Kamis (7/10/2021). Bisnis itu milik Ahmad Febriansyah. Tempat produksi berada di kompleks pemukiman.

Sekilas dilihat dari luar, rumah petak yang dinding depannya dicat orange itu, tidak ada perbedaan dengan bangunan di samping. Hanya keberadaan spanduk ukuran 1x1 meter yang bertuliskan nama usahanya, Pempek Hafish Lover, yang jadi pembeda. Spanduk diikat begitu saja ke pagar rumah.

Tapi siapa sangka, dari rumah yang terlihat sederhana itu, ada transaksi melebihi Rp 100 juta setiap bulannya. Semua dari hasil penjualan pempek beragam jenis yang dia jalankan. Dia menjual 70 ribu-100 ribu pempek setiap bulan. Ahmad dibantu 14 orang karyawan menjalankan usaha tersebut.

Tidak ada pengurangan tenaga kerja yang dilakukannya selama pandemi. Penjualannya bisa tetap tergolong stabil walau perekonomian sedang lesu. Walaupun ada masa penjualan turun, tapi tidak signifikan. Sementara saat hari besar keagamaan, penjualannya selalu meningkat tajam. Kondisi itu membuatnya mempertahankan semua tenaga kerja yang didominasi kaum perempuan.

“Saya memperluas target penjualan, tidak hanya untuk konsumen di Jambi saja,” ungkap Ahmad saat ditanya jurus dia bisa melewati pandemi ini. Keinginan menjangkau pasar seluas-luasnya itu membuatnya membuat meracik berbagai strategi yang efektif dan efisien.

Dia memilih platform digital untuk mempromosikan dan menjual produknya. Walau begitu, cara jualan yang lama dengan membuka gerai pempek tetap dipertahankan. Konsumen yang selama ini lebih suka makan di gerai daripada membeli secara online harus tetap dilayani dengan baik.

Ahmad Febriansyah membuka toko di e-commerce seperti Tokopedia dengan nama Hafish Food. Kualitas produk dan pelayanan yang baik di Tokopedia membuatnya dapat bintang 5 dari konsumen. Ulasan dari pembeli yang positif membuat citranya juga semakin baik.

Tak hanya di situ, Ahmad juga membuat website yang menjadi etalase produknya, dan juga sarana untuk bertranksaksi. Foto produk ditampilkan dengan sangat bagus, yang mampu menarik perhatian orang untuk membelinya. Media sosial kemudian dimanfaatkan dengan baik untuk promosi produk.

“Sekarang kami memiliki banyak partner atau reseller di luar Jambi. Mereka membeli untuk dijual lagi. Harga untuk reseller tentu lebih murah, supaya mereka juga bisa mendapatkan untung,” kata dia.

Tak heran, kini penjualannya ke luar Provinsi Jambi semakin banyak, seperti Jabodetabek, Medan, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Dia enggan menyampaikan persentase penjualannya di luar Jambi. Ahmad hanya membocorkan market share untuk luar Jambi melebihi Jambi.

Berbagai peralatan pendukung dia siapkan agar pempek bisa dikirimkan ke luar Jambi tanpa harus takut makanan itu basi. Pengiriman ke luar daerah dikemas dengan mesin vacuum packaging agar makanan jadi kedap udara.

“Jadi pempek bisa tahan selama lima hari tanpa perlakuan khusus. Ketika pengiriman tidak ada lagi masalah. Kalau sudah tiba di tempat tujuan, penerima bisa masukkan ke mesin pendingin. Di dalam freezer tahan lama. Makanya banyak pedagang pempek di luar Jambi beli di sini,” tuturnya.

Perlakuan produk yang lebih baik, promosi dan penjualan digital, terbukti menjadi senjata ampuh bagi Ahmad Febriansyah, pengusaha muda alumni Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta itu bertahan di tengah pandemi. Ahmad mengatakan pengusaha harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi agar tak tergerus oleh zaman.

Teknik pemasaran secara digital juga dikencangkan oleh Melva untuk membuatnya tetap mampu bertahan di tengah pagebluk. Perempuan yang menjual perlengkapan dekorasi rumah itu tak bisa membayangkan nasib bisnisnya di tengah pandemi ini, seandainya dia tak paham digital.

Berkat kecakapan digital yang dia miliki, bisnisnya tetap berjalan lancar. Media sosial dimanfaatkan dengan baik untuk mempromosikan produk. Foto dan caption yang menarik, menurutnya menjadi cara terbaik agar calon konsumen tertarik. Selain itu, e-commerce juga dia manfaatkan untuk sarana penjualan, transaksi langsung juga tetap dilayani.

Melva sedang memotret bahan dekorasi rumah berupa wallpaper, untuk selanjutnya diunggah ke media sosial sebagai upaya promosi secara digital, Sabtu (23/10/2021)
Melva sedang memotret bahan dekorasi rumah berupa wallpaper, untuk selanjutnya diunggah ke media sosial sebagai upaya promosi secara digital, Sabtu (23/10/2021) (TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG)

Dulu, dia membeli barang dari Jakarta, kemudian menjualnya di Jambi. Kini barang dia pesan secara online, dan dijualnya lagi secara online. Dia sudah memiliki seller langganan, sehingga memberikan harga yang lebih rendah kepadanya. Makanya, walau sama-sama jualan secara online, ia tetap bisa bersaing secara harga.

“Sampai saat ini pasar utama kami untuk Kota Jambi. Tapi pesanan dari luar daerah terutama dari daerah di wilayah Pulau Sumatera ini semakin berkembang,” ungkapnya, Sabtu (23/10/2021). Ia menyebut hal ini tidak terlepas dari semakin meleknya masyarakat Indonesia bertransaksi digital.

Baginya, pandemi yang membuat orang banyak di rumah, menjadi peluang besar bagi bisnisnya. Hal itu karena umumnya orang akan mencari kesibukan agar tak bosan di rumah. “Salah satunya dengan melakukan dekorasi rumah. Makanya walau pandemi, penjualan tetap bagus,” ungkapnya.

Melva maupun Ahmad meyakini bisnis ke depan tidak akan terlepas dari dunia digital. Pengusaha masa kini, mereka anjurkan agar tidak terfokus pada kejayaan masa lalu bila tidak ingin terperosok.

Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi, Doni Triadi menyarankan pelaku UMKM mampu go digital. Dia bilang, bila mengandalkan metode dagang tradisional, akan sulit bersaing di masa yang akan datang.

Dia mencontohkan produk makanan, dulu banyak yang hanya menitipkan di toko atau menggunakan pemasaran keliling. Bila hanya itu yang dijalankan, menurutnya pada masa tertentu akan menemui jalan buntu, seperti saat pandemi ini, yang membuat banyak toko tutup.

"Pemasaran produk melalui aplikasi digital untuk pelaku UMKM yang ada di Kota Jambi memang masih perlu ditingkatkan lagi. Mereka harus go digial agar mampu menjangkau pasar yang lebih luas, agar cepat berkembang," ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved