Bentuk Standar Layanan Lewat Merger, Makin Bersinergi dengan Optimalisasi Pelabuhan Muara Sabak

Dalam hitungan hari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I hingga IV akan dimerger menjadi satu. Rencana sinergi di bawah kendali

Penulis: Fifi Suryani | Editor: Andreas Eko Prasetyo
ISTIMEWA/DOK PT PELINDO II CABANG JAMBI
Dua jenis kapal berbeda, kapal tongkang dan kapal kayu tengah sandar di Pelabuhan Samudra Muara Sabak. Kapal kayu memuat kebutuhan konsumtif seperti sembako, pupuk, dan semen. Sementara kapal tongkang memuat komoditas batu bara untuk kebutuhan PLTU di Pulau Jawa dan Kalimantan. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Dalam hitungan hari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I hingga IV akan dimerger menjadi satu. Rencana sinergi di bawah kendali Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengusung tema Pelindo Bersatu, resmi berlaku tanggal 1 Oktober 2021 mendatang. PT Pelabuhan Indonesia pun dipilih menjadi nama baru BUMN yang bergerak di sektor perhubungan ini.

Deputy General Manager (DGM) Commercial PT Pelindo II Cabang Jambi, Ervin Bayu Sanjaya dalam perbincangan dengan Tribun, Senin (13/9) lalu menuturkan, selama ini ada area yang dikelola PT Pelindo yang berkembang, ada juga yang tidak. Kondisi itu membuat standar operasional, pelayanan dan fasilitas yang berbeda-beda di tiap pelabuhan.

“Apalagi biaya-biaya pasti berbeda-beda. Dengan adanya penggabungan diharapkan minimal standar pola operasionalnya, pemberian layanan dan fasilitas sama semua,” tutur Ervin. Dengan adanya standar yang sama diharapkan juga dapat menciptakan efisiensi, cost untuk negara lebih terlihat, distribusi barang melalui laut menjadi lebih murah sehingga perekonomian seluruh wilayah Indonesia menjadi lebih terjangkau.

“Yang kedua, kita bisa memetakan pola distribusi barang, selama ini kita tidak tahu pola distribusi barang karena tidak satunya skema,” tutur Ervin. Jadi dengan bersatunya Pelindo nanti akan diketahui produk unggulan masing-masing daerah.

Seperti Jambi yang mempunyai produk unggulan pinang, kelapa, batu bara dan lainnya. Namun dalam pendistribusiannya tiba-tiba ada di Palembang, ada di Teluk Bayur, Lampung bahkan Belawan. Pengusaha memilih pelabuhan tersebut karena cost-nya lebih murah. “Data seperti itu yang tidak terakomodir,” imbuh Ervin.

Penggabungan Pelindo juga membuat BUMN makin kuat karena nilai asetnya jadi besar, otomatis menambah kemampuan daya saing dengan negara lain. Merger juga membuat aktivitas lebih lincah, yang selama ini masih birokratis dan terkotak-kotak.
“Dengan bersatu, polanya jadi lebih terbaca, rute distribusi juga transparan, pemain shipping pun akan ketahuan kemana polanya,” jelas Ervin.

Selaras dengan sinergi dan integrasi Pelabuhan Indonesia, PT Pelindo II Cabang Jambi saat ini tengah memeroses optimalisasi Pelabuhan Samudra Muara Sabak yang berlokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). PT Pelindo II Cabang Jambi selama ini mengelola tiga pelabuhan, masing-masing Pelabuhan Talang Duku yang berlokasi di Kabupaten Muarojambi, dan dua pelabuhan kawasan masing-masing Muara Sabak dan Kuala Tungkal.

Aktivitas kepelabuhan selama ini terfokus ke Talang Duku, bongkar muat dilakukan di pelabuhan kelas madya ini karena sarana dan prasarana yang memadai sekaligus lebih dekat ke ibu kota provinsi.

Sayangnya lokasinya yang jauh dari bibir pantai membuat pendistribusian barang kurang efisien. Dijelaskan Ervin, jarak Pelabuhan Talang Duku ke pintu keluar laut di Muara Sabak sejauh 172 kilometer, butuh waktu 18-20 jam untuk sampai ke laut. Belum lagi faktor pasang surut dan pengendapan Sungai Batanghari yang relatif lebih cepat.

Meski begitu, cukup banyak komoditas yang diekspor melalui Pelabuhan Talang Duku. Dalam catatan PT Pelindo II Cabang Jambi ada 16 komoditas yang dimuat untuk diekspor melalui terminal petikemas Pelabuhan Jambi. Dominan adalah karet sekitar 66 persen, moulding, biji pinang, kopra hingga damar batu.

Komoditas itu diekspor langsung ke luar negeri dengan tujuan Singapura. Dari Singapura baru dilanjutkan ke Eropa, Thailand, India, Pakistan dan negara lainnya.

Untuk lokal, Jambi mengirim batu bara ke Pelabuhan Djuanda langsung, ada juga ke Jawa Tengah Cilacap. "Batu bara Jambi belum kualitas ekspor, namun digunakan domestik untuk kebutuhan PLTU. Diangkut ke Banten, Cirebon, Pelabuhan Ratu dan Ketapang," tambah Ervin.

Sementara komoditi yang diimpor Provinsi Jambi yang bongkar di Pelabuhan Talang Duku ada delapan item, dari pupuk, semen, metal box hingga pipa plastik.

Sebaliknya komoditi yang dikirim dari Timur ke Jambi semua transit di Jakarta meliputi pupuk dari Petrokimia, semen dari Gresik, dan Bosowa. Dan kebutuhan makanan seperti beras, mi, sembako rata-rata dari Gresik.

Ada juga kapal kecil dari Sunda Kelapa yang membawa komoditas ke Jambi. Draft pintu masuk sungai sama pasang terbesar itu 5.1 meter. "Jadi pintu masuk ini adalah kelemahan kita karena draft terdalam itu 5.1 meter. Dengan jarak 9 kilometer butuh dua jam untuk sampai ke pintu keluar sungai.

Selama ini kapal tongkang itu bisa lewat pada kedalaman setidaknya 4.5 meter dengan muatan 200-250 peti kemas.
"Untuk ini perlu perhatian dari pemerintah provinsi apa bisa didalamkan lagi, karena tanah cepat mengendap di sungai, kalau laut cenderung stabil endapannya."

Untuk jam berlayar kapal sudah diperhitungkan dengan adanya peta pasang surut selama satu tahun ke depan. Pasang surut biasanya 6 jam, stabil 3 jam dengan surut terendah itu 3 meter. Dalam kondisi ini kapal harus sandar lagi. Kondisi ini melatari pengusaha Jambi yang memilih ekspor melalui Teluk Bayur, Palembang, bahkan Lampung karena ada kapal besar dengan muatan hingga 1.000 peti kemas.

Adalah produk andalan Kabupaten Tanjabtim buah kelapa dan pinang yang selama ini butuh penanganan khusus sebelum diekspor. Jika melebihi waktu, buah kelapa bisa bertunas, bisa diserang virus dan bakteri serta pinang yang terlalu lama disimpan akan menghitam dan keras, sehingga tidak bisa digunakan.

Dengan pertimbangan waktu tempuh kapal tongkang dari Pelabuhan Muara Sabak ke Singapura hanya 4 jam melahirkan ide untuk mengoptimalkan pelabuhan kawasan ini ke depannya. Sehingga pengiriman komoditas bisa lebih cepat.

Menjawab keluhan dari petani kelapa dan pinang di Kabupaten Tanjabtim inilah PT Pelindo II Cabang Jambi sudah melakukan lobi ke Bupati Tanjabtim untuk dilakukan ekspor langsng dari Muara Sabak. Untuk mendukung rencana ini, Pemprov Jambi juga sudah membuka akses jalan dua jalur dari Jambi ke Muara Sabak. "Ini akan clear pada April 2022," imbuh Ervin.

Tujuannya untuk memberi akses truk kontainer bisa keluar masuk dari Kota Jambi ke Muara Sabak. Tidak hanya, dari Kota Jambi, akses menuju Pelabuhan Samudera juga dipersiapkan dari Kuala Tungkal.  Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) dan Ekonomi Kabupaten Tanjabtim, Awaluddin mengatakan jelang diaktifkannya Pelabuhan Samudera Muara Sabak, sarana dan prasarana perlu segera dilengkapi.

Untuk itu diperlukan sinergi dari beberapa unsur dan pihak terkait, baik dari Karantina Pertanian, Dinas Perindag, Bea Cukai, Pajak dan PT Pelindo tentunya. "Paling tidak di tahun ini kegiatan ekspor di pelabuhan tadi bisa dilakukan," ujar Awaluddin, Senin (20/9).

Untuk tahap awal ekspor hasil perkebunan masih akan fokus pada komoditi kelapa karena pertimbangan efisien dan ketersedian fasilitas yang ada saat ini.  "Karena proses pengolahan kelapa lebih mudah daripada pinang, yang harus diproses dulu di Jambi baru bisa dimasukkan ke kontainer. Proses hilirisasinya masih ribet," jelasnya.

Ekspor melalui Muara Sabak tidak hanya menumbuhkan optimisme petani untuk terus meningkatkan kualitas dan kualitas perkebunannya, namun juga melahirkan pengusaha-pengusaha lokal. Sehingga tujuan perekonomian nasional tercapai melalui penduduk Indonesia sendiri.

Menjawab harapan Pemkab Tanjabtim, Ervin mengatakan, pihaknya telah mencari shipping dari Jakarta. "Untuk ini PT Pulau Laut akan mencoba merintis ekspor dari Muara Sabak," jawabnya.  Saat ini pun sedang digagas Bank Indonesia dan Tim Pelindo bersama Pemprov, instansi terkait seperti Bea cukai, karantina, pajak, pengusaha agar ada SK Gubernur untuk optimalisasi Pelabuhan Muara Sabak.

Pelabuhan Muara Sabak mempunyai panjang 7.000 meter dan luas 186 hektare. Panjang dermaga 102 meter bisa untuk kapal lebar 19 meter. "Bisa untuk kapal lumayan besar dengan draft kedalaman 6.5 meter, " jelas Ervin.

"Kita bantu softcrane, konsolidasi dengan pengusaha, menyediakan gudang dan peti kemas." Selain itu juga disiapkan gudang agar truk kecil bisa masuk. Pihak bea cukai juga siap, Muara Sabak bisa menjadi kawasan ekspor impor. Bahkan ke depannya, sejumlah sarana prasarana PT Pelindo yang ada di Palembang akan dipindah ke Muara Sabak.

Optimalisasi di tengah sinergi PT Pelindo, diharapkan daerah bisa mengetahui data pergerakan komoditasnya kemana saja.
"Pemprov tahu riil komoditas Jambi, dan pengirimannya bisa terpetakan. Dengan Pelindo bersatu sumber daya akan kelihatan, tidak lagi terkotak-kotakkan. Bagi pengusaha, dokumen pengiriman tidak serumit saat masih terpisah. mereka bisa memprediksi alur distribusinya secara transparan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved