Pernah Viral, Kapolda Langsung Borong Bakso Tarsyd Saat Tahu Hasil Lab Negatif Mengandung Babi
Pedagang bakso tusuk (baktus) dengan nama “Bakso Viral” ini, punya kisah mengapa dagangan baksonya diberi nama "Bakso Viral."
Selasa (14/9/2021) di sebuah warung bakso di kawasan Mendalo, Kecamatan Jambi Luar Kota (Jaluko) Kabupaten Muarojambi, terlihat seorang pria sedang menyiapkan dagangannya. Beberapa orang remaja putri tampak sedang menunggu makanan yang akan dihidangkan di sebuah meja di sudut warung milik Tarsyd (54).
Pedagang bakso tusuk (baktus) dengan nama “Bakso Viral” ini, punya kisah mengapa dagangan baksonya diberi nama "Bakso Viral."
Tarsyd dan isterinya, Yuli (46) memulai berdagang baktus sekira 7 tahun lalu. Bapak dua orang anak yang juga seorang ustadz di sebuah Pondok Pesantren di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan itu, merantau ke Jambi pada tahun 2014 bersama anak dan isterinya.
Di Jambi ia membantu saudaranya bekerja di ekspedisi pengiriman barang selama enam bulan. Ia juga sempat mencoba bekerja sebagai ustadz di beberapa pondok pesantren di Jambi. Namun pada akhirnya Ia memutuskan untuk berdagang bakso tusuk.
Keputusan untuk berjualan itu diambilnya saat dirinya dan isteri melihat seorang pedagang bakso tusuk di Universitas Jambi (Unja). Ia merasa tertarik untuk berjualan juga karena peminatnya cukup banyak.
Baca juga: Foto Viral Diduga Pasien Covid-19 Pesan Bakso Gerobak, Netizen: Yang Bikin Story kok Diem Aja?
Tanpa berpikir panjang ia kemudian membeli sebuah sepeda motor, dan membuat gerobak kaca yang dimodifikasi untuk ditempatkan di atas sepeda motor. Di hari pertama berjualan, Ia mengajak anak-anaknya untuk melakukan salat dhuha, dengan harapan dagangannya bisa laris.
Setelahnya ia berangkat ke kampus Unja yang menjadi lokasi berjualan. Dirinya menamakan dagangannya dengan"Bakso Balairung" karena berjualan di depan gedung Balairung.
Ternyata dugaannya benar, di hari pertama berjualan, dagangannya habis dibeli mahasiswa. Perasaan senang dan haru, Ia kembali ke rumah dengan membawa uang Rp400 ribu dari hasil penjualan di hari pertamanya itu. Ia semakin semangat untuk berdagang. Senin hingga Jumat berjualan di Unja, Sabtu dan Minggu berkeliling Kota Jambi, menjajakan dagangannya.
Dari pagi hingga sore dilakoninya demi menghidupi kedua putranya agar putranya bisa bersekolah. Lelah, letih, semua terbayarkan dengan banyaknya pelanggan yang berdatangan membeli dagangannya, yang selalu habis di sore hari.
Nikmatnya bakso dengan kuah hangat menjadi favorit para mahasiswa. Setiap hari bersama isterinya selalu sibuk melayani para pembeli. Suatu hari, pada Maret 2018 sekira pukul 10.00 WIB, saat ia baru sampai di tempat biasa berdagang, tiba-tiba beberapa orang dari kepolisian menghampiri, dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang berisi surat laporan dan surat penangkapan dengan dugaan menjual bakso berbahan daging babi.
Baca juga: VIDEO Bisnis Jajanan Bakso Tusuk Mampu Raup Omzet Rp 1 Juta Per Hari
Tarsyd dan istrinya lemas, tidak mengerti apa yang terjadi. Ia kemudian dibawa menuju kantor polisi untuk dimintai keterangan. Ternyata ada seseorang mahasiswa S2 yang mengaku telah melakukan penelitian di lab, dan menemukan kandungan diduga daging babi pada dagangan mereka.
Tarsyd dimintai keterangan oleh kepolisian, namun Ia tidak ditahan hanya dijadikan terlapor. Karena pihak kepolisian menunggu hasil uji lab terbaru dari sampel yang baru saja diambil saat penangkapan.
Kejadian tersebut, membuatnya terpukul. Dampak sosial sangat dirasakan dirinya bersama keluarga. Bahkan satu di antara anaknya sempat berpikiran untuk berhenti sekolah karena merasa malu dengan kejadian tersebut.
Uji lab dilakukan selama 12 hari pasca penangkapan. Di hari ke 11, isterinya Yuli, menerima telepon dari kepolisian. Merasa cemas Ia mengangkat telepon dan terdengar suara polisi yang mengatakan agar Tarsyd diminta untuk datang ke Polda Jambi.
"Silahkan ibu datang ke Polda dengan membawa dagangannya, bapak Kapolda borong semua dagangannya," sebut Tarsyd, mengisahkannya.
Dengan perasaan senang campur haru, Tarsyd mulai merasa lega. Artinya hasil uji lab yang dilakukan polisi adalah negatif mengandung daging babi.
Uji lab dilakukan untuk mengetahui kandungan daging babi pada dagangan Tarsyd dilakukan tiga kali di tempat berbeda, di BPOM Jambi, Bogor, dan Padang dan semua menunjukan hasil negatif.
Baca juga: Komentar Arya Saloka Tentang Pedagang Bakso yang Akan Kena Pajak: Semakin Tajam ke Bawah
Setelah hasilnya diumumkan oleh kepolisian bahwa dagangannya negatif daging babi, Ia sudah mulai berjualan lagi di Unja. Hari pertama dagang di Unja, pasca kejadian tersebut, di luar dugaan dagangannya sangat populer. Pembelinya bahkan meningkat dari waktu sebelum ada kejadian.
Namun beberapa hari setelahnya pihak kampus tidak memperbolehkan dirinya untuk berdagang di lokasi kampus, karena kejadian yang pernah menimpanya. Akhirnya Tarsyd menyewa sebuah ruko kecil di dekat lokasi kampus. Mereka mencoba bangkit kembali berdagang bakso.
Langganan yang dahulu sempat khawatir karena isu menjual bakso daging babi saat ini mulai datang kembali dan menyebutnya sebagai "Bakso Viral".
Dengan adanya kejadian tersebut membuat dagangannya semakin populer. Saat ini dirinya telah menyewa ruko yang lebih besar, dengan dagangan yang kebih banyak. Diakuinya, hikmah dari kejadian tersebut, daganganya menjadi populer. Bahkan saat ini pendapatannya bisa tiga kali lipat dari sebelumnya, saat masih berjualan di Kampus Unja.
Ia menyadari kejadian tersebut adalah ujian bagi dirinya untuk bisa naik kelas. Tarsyad dan keluarganya lulus dalam ujian tersebut. Ia bangkit dari keterpurukan dan menjadi lebih besar.(danang noprianto)
Baca juga: Bakso Pentol Pedas Junande di Kota Jambi Rasa Pejabat, Harga Merakyat