Hari Lahir Polwan
Tips Menjadi Seorang Polisi Wanita Lengkap Sejarah Lahirnya Polwan di Indonesia
Yuk simak artikel tentang polisi wanita, polwan dan sejarah polwan spesial di hari polwan
TRIBUNJAMBI.COM - Berikut tips bagi kamu yang ingin menjadi polisi wanita atau polwan.
Untuk menjadi seorang polwan ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi.
1. Pada tahap awal bisa membuka website penerimaan anggota Polri dengan alamat website penerimaan.polri.go.id.
2. Di laman tersebut banyak informasi terkait jalur penerimaan untuk menjadi seorang polisi termasuk polwan.
3. Pilih jalur sesuai latar belakang pendidikan kamu untuk menjadi seorang Polwan.
4. Ikuti Syarat dan ketentuan selama proses seleksi.
Jalur Bintara Polri
Jalur bintara Polri adalah satu diantara jalur yang bisa dipilih untuk jadi seorang polwan dari banyak pilihan yang ada.
Untuk masuk jalur ini harus mengikuti seleksi pendaftaran seleksi penerimaan bintara Polri yang dibuka setiap tahunnya.
Kamu yang memiliki keinginan jadi bintara Polri dengan pangkat pertama setelah lulus pendidikan, Brigadir Polisi Dua (Bripda) dapat mendaftar secara online melalui laman penerimaan.polri.go.id.
Posisi yang kamu pilih diantaranya adalah Bintara Polisi Tugas Umum (PTU) dan Bintara Kompetensi Khusus (Bakomsus).
Pendidikan akan berlangsung berlangsung selama lima bulan.
Lokasi pendidikan untuk Bintara PTU dan Bakomsus akan digelar di SPN Polda.
Sementara untuk Bintara Polwan berada di Sepolwan.
Sejarah Polwan
Berikut artikel tentang kisah 6 polisi wanita pertama di Indonesia yang namanya diabadikan dalam Hari Polwan.
Di Indonesia Hari Polwan diperingati pada 1 September setiap tahunnya.
6 polwan pertama di Indonesia adalah Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang Rosmalina Pramono, Dahniar Sukotjo, Djasmainar Husein, dan Rosnalia Taher.
Mereka ada dalam sejarah polwan pertama di Indonesia.
Bagaimana sejarah polwan di Indonesia?
Mulanya belum ada polwan dalam kesatuan Polisi hingga tahun 1948.
Saat itu di lapangan kerap terdapat kendala pada pemeriksaan korban, tersangka ataupun saksi wanita terutama pemeriksaan fisik untuk menangani sebuah kasus.
Polisi pria saat itu kerap menggunakan jasa para istri polisi dan pegawai sipil wanita untuk melaksanakan tugas pemeriksaan fisik.
Dilansir dari Museumpolri.Org saat Organisasi wanita dan organisasi wanita Islam di Bukittinggi memberikan usulan kepada pemerintah agar wanita diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian.
Saat itu kesempatan diberikan oleh Cabang Djawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi.
Peluang diberikan pada wanita pilihan untuk menjadi polisi.
1 September 1948 secara resmi disertakan 6 (enam) siswa wanita yaitu, Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar dan Rosnalia Taher