Penanganan Covid

Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Ternyata Tak Perlu Obat, Cukup Minum Air Putih dan Kumur Air Garam

Dicky Budiman seorang Epidemiolog Universitas Griffith Australia,mengatakan bahwa pasien yang masuk dalam kategori risiko rendah ini tidak perlu panik

Editor: Rohmayana
Shutterstock
Ilustrasi cukup minum air putih 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Pasien Covid-19 juga banyak yang melakukan isolasi madiri karena penuhnya kamar rawat inap sehingga kapasitas ruangan terbatas.

Bahkan saat ini banyak juga pasien yang kekurangan tabung oksigen.

Memang lonjakan signifikan kasus pasien positif Virus Corona (Covid-19) memang membuat fasilitas kesehatan kewalahan dalam melakukan penanganan.

Saat isolasi mandiri dirumah ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasien Covid-19.

Terutama bagi pasien yang terinfeksi Covid-19 namun masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) atau gejala ringan.

Dicky Budiman seorang Epidemiolog Universitas Griffith Australia, mengatakan bahwa pasien yang masuk dalam kategori risiko rendah ini tidak perlu panik.

Sehingga mengkonsumsi berbagai macam obat kimia secara berlebihan maupun produk makanan dan minuman yang diklaim 'anti Covid-19'.

"Untuk pasien Covid-19 yang  tidak bergejala atau gejala ringan, tidak ada faktor risiko, jangan panik apalagi konsumsi beragam obat dan produk makanan serta minuman," ujar Dicky, dalam akun Twitternya, Senin (5/7/2021) pagi.

Baca juga: Doa-doa yang Diucapkan Sahabat Nabi Abu Bakar Ash-Shiddiq, Meminta Husnul Khatimah

Ia kemudian menyarankan agar mereka yang OTG atau gejala ringan melakukan isoman dengan tetap menerapkan beberap hal.

Satu Diantaranya yaitu makan buah yang tak memiliki getah dan mengkonsumsi sayur. Serta makan makanan yang bergizi seimbang.

Serta perbanyak mengkonsumsi air putih dan berkumur menggunakan air garam hangat.

"Banyak minum, makan gizi seimbang dan buah tidak bergetah, istirahat, olah nafas, kumur air garam hangat dan ligasi hidung, (minum) obat demam atau batuk," kata Dicky.

Dicky pun menekankan bahwa saat ini banyak oknum yang mencari keuntungan dengan mengklaim bahwa produk yang mereka jual dapat 'menyembuhkan' pasien dari virus tersebut.

Sehingga ia meminta masyarakat untuk berpikir cerdas dan tidak 'menelan' informasi dan meyakini klaim tersebut sepenuhnya.

"Jangan percaya pada segala produk yang mengaku anti Covid-19 atau dapat menyembuhkan Covid-19, sebagian orang memanfaatkan kepanikan untuk cari keuntungan," jelas Dicky.

Baca juga: Dokter Penyakit Menular Tegaskan Susu Beruang Bukan Obat Covid-19 : Itu Cuma Protein

Lebih lanjut dirinya menambahkan bahwa melakukan kegiatan olah raga sangat baik selama periode krisis Covid-19 yang diprediksi berlangsung hingga September mendatang.

Karena selain mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang, olahraga dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga kebugaran tubuh.

Namun demikian, ia kembali mengingatkan agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan dan menghindari faktor-faktor yang dapat berpotensi menjadi sarana penularan virus.

"Olah raga di rumah saja selama periode krisis ini (Juli-September), sehat dan bugar penting, tapi harus hindari potensi penularan," pungkas Dicky.

Baca juga: Doa-doa yang Diucapkan Sahabat Nabi Abu Bakar Ash-Shiddiq, Meminta Husnul Khatimah

Varian Delta Serang Semua Umur

Sebelumnya, Dicky menyampaikan bahwa dalam fenomena lonjakan kasus Covid-19, yang harus dicatat adalah varian delta 'menyerang semua kelompok usia'.

Varian yang diklaim lebih mudah menular ini, kata dia, bahkan dapat menyebabkan dampak yang fatal bagi kelompok lanjut usia (lansia), serta mereka yang memiliki penyakit penyerta atau kondisi khusus.

"Yang jelas penyakit ini, khususnya Delta variant ini menyerang semua usia, fatal terutama memang di usia lanjut atau yang memiliki komorbid atau kerawanan lainnya.

orang yang berisiko ini akan sangat rawan," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Minggu (4/7/2021).

Kendati saat ini banyak anak-anak yang turut terinfeksi Covid-19, khususnya di wilayah DKI Jakarta, namun ia menyebut varian ini tidak secara khusus menyerang kelompok usia anak.

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman.

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. (dok pribadi)

"Jadi tidak khusus menyerang anak ya," kata Dicky.

Ia kemudian memprediksi puncak peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia akan terjadi menjelang akhir Juli 2021.

Terlebih saat ini fasilitas kesehatan sudah tidak mampu menampung lonjakan kasus positif.

"Situasi ini masih akan berlanjut sampai mendekati akhir bulan ini sebagai puncaknya. Apalagi kita ini di tengah situasi di mana semakin banyak pasien yang tidak tertangani ya," papar Dicky. (*)

SUMBER :  Tribunnews.com /Penulis: Fitri Wulandari

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved