Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Kasih Tuhan Itu Abadi

Kasih Tuhan Itu Abadi Bacaan ayat: Mazmur 89:3 (TB) Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Kasih Tuhan Itu Abadi

Bacaan ayat: Mazmur 89:3 (TB) Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit.

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Masih ingat syair sebuah lagu dari Pelengkap Kidung Jemaat, PKJ 128? Syairnya demikian:

Kasih Tuhan Yesus tiada bertepi: Lebar, panjang, tinggi, dalam tak terp’ri walau melampaui akal kita yang fana dengan orang kudus kenal kasih yang kekal.

Syair ini mengingatkan kita akan kasih Tuhan yang abadi.

Dalam segala ukuran yang dibuat oleh peradaban manusia, dipastikan tidak akan pernah ada ukuran yang dapat mengukurnya.

Kasih itu terus terenda dalam setiap pengalaman kehidupan, tersemat dalam setiap peristiwa dan dialami oleh segenap ciptaan dalam beragam bentuk.

Namun tidak banyak orang menyadarinya. Lebih mudah bagi seseorang untuk merasakan kasih Tuhan dalam standar baik yang dibuat manusia.

Kasih Tuhan seakan hanya terbukti ketika keadaan terjadi seperti yang diharapkan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Keselamatan Adalah dari Tuhan

Siapa yang dapat paham bahwa rasa sakit adalah bentuk kasih Tuhan?

Siapa yang mampu melihat bahwa duka dengan kehilangan orang tercinta, adalah wujud kasih Tuhan?

Siapa yang dapat berfikir bahwa kegagalan, kebangkrutan, kelaparan, kehilangan pekerjaan, patah hati, ditinggalkan; adalah penampakan kasih Tuhan bagi kehidupan?

Rasanya perlu waktu yang lama untuk berkabung, atau berada dalam penyesalan yang dalam, sebelum hal yang tidak menyenangkan dapat dipahami sebagai kasih Tuhan yang ajaib.

Bagaimana kita dapat paham ketika Yohanes dalam suratnya menyimpulkan bahwa Allah adalah kasih, sementara yang dialami dalam kehidupan sering jauh dari pengharapan?

Yohanes tidak sedang bercanda ketika memberikan kesimpulan tersebut.

Sepanjang usia kehidupannya, cukup baginya untuk paham, bahwa dalam setiap rangkaian pengalaman kehidupan yang dialaminya, penemuan akan kasih Tuhan terus terjadi.

Kasih itu bukan sebatas apa yang dialami dan dirasakan. Kasih itu berbicara tentang hubungan.

Allah adalah kasih, menjadi kesimpulan tepat tentang Allah yang Esa dalam esensi-Nya dan berada dalam tiga pribadi yang berbeda yaitu Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Orang Berduka akan Dihiburkan

Allah yang Esa, dalam hakikat-Nya yang tidak dibatasi ruang dan waktu, saling mengasihi sebagai tiga pribadi yang berbeda yaitu Bapa dan Anak dan Roh Kudus: saling mengasihi dalam kekekalan.

Atas dasar kasih itulah, penciptaan langit dan bumi terjadi.

Segenap ciptaan ditata dalam pola relasi yang harmonis dan sinergis sebagai wujud kasih Allah yang abadi.

Tepat rasanya ketika Pe Mazmur juga memberikan kesimpulan bahwa kasih setia Tuhan dibangun untuk selama-lamanya.

Kasih Tuhan itu kekal dan abadi. Kasih Tuhan itu tidak akan berkesudahan. Langit akan runtuh, bumi akan bergoyang, namun kasih setia Tuhan akan tetap selama-lamanya dan sampai selama-lamanya.

Ajaibnya tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah dalam Yesus Kristus, seperti yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Roma:

Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Hal ini memberikan pemahaman baru kepada kita bahwa tidak perlu kuatir terhadap apapun yang terjadi dalam kehidupan kita.

Allah senantiasa mengasihi dengan kasih yang abadi.

Kasih Allah tidak bergantung pada keadaan. Kadang hanya perlu hening sejenak untuk melihat kasih Tuhan dalam kerumitan pengalaman hidup.

Dalam hening, kita akan dibawa untuk melihat ulang banyak pengalaman baik yang telah terjadi.

Dalam tenang kita bisa berfikir jernih, bukan hanya didasarkan pada kepentingan pribadi, namun dimampukan melihat pekerjaan Allah yang dinyatakan.

Dalam sakit, kasih Tuhan mewujud dalam kekuatan menghadapi rasa sakit. Dalam duka, kasih Tuhan terlihat dalam penghiburan.

Dalam gagal, kasih Tuhan membuat seseorang semakin tangguh. Dalam kehilangan, kasih Tuhan menginspirasi untuk berserah dan ber pengharapan.

Ingat, kasih Tuhan itu selalu ada. Hanya perlu mata iman untuk melihatnya.

Amin.

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved