Sahabat Rasulullah

Minta Salat Sebelum Disalib, Khubaib bin Adi Sahabat Nabi yang Burung pun Enggan Merusak Jasadnya

Khubaib bin Adi namanya harum dalam sejarah umat Islam. Jasadnya pun harum begitu ia syahid setelah disiksa dan mati disalib oleh kaum kafir.

Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
kemenag
Makam Baqi' di dekat Masjid Nabawi 

TRIBUNJAMBI.COM – Khubaib bin Adi namanya harum dalam sejarah umat Islam.

Jasadnya pun harum begitu ia syahid setelah disiksa dan mati disalib oleh kaum kafir.

Tak heran Khubaib bin Adi adalah sahabat Nabi yang disebut sebagai mahaguru tentang seni pengorbanan.

Ia rela berkorban demi Islam dan tak mau menggadaikan keimanananya untuk keselamatan dirinya sendiri.

Ia menemui Tuhannya dengan tragis karena siksaan kaum kafir.  Ia gugur sebagai syuhada di tiang salib.

Dikisahkan, ia tak gentar menjalani siksaan.

Dengan sengaja, semua kejahatan itu dilakukan secara perlahan di depan sang pahlawan yang ada di atas salib. Khubaib tak memejamkan mata. Ketenangan yang menakjubkan dan terang tidak pemah hilang dari wajahnya. Tombak-tombak mulal menembus tubuhnya dan pedang pedang pun menggores dagingnya.

Disebutkan dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulu pada saat itu salah seorang pemimpin Quraisy mendekat dan berkata kepadanya, "Apakah engkau senang jika Muhammad menggantikanmu, sedangkan kamu sendiri selamat dan aman bersama keluargamu?

Baca juga: 65 Sahabat Nabi yang Ditugaskan Menuliskan Wahyu oleh Rasulullah Saw

Khubaib menggelengkan kepalanya.

Dengan lantang, ia berkata kepada para algojo.

"Demi Allah, aku tidak ingin hidup dalam kesenangan dan keselamatan dunia bersama istri dan anakku, sedangkan Rasulullah mendapat bencana walau hanya tertusuk duri sekalipun.”

Sesuatu yang membuat Abu Sufyan, yang ketika itu belum masuk Islam, sangat keheranan dan berkata, "Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang mencintai orang lain sebagaimana para sahabat Muhammad mencintai Muhammad."

Tidak jauh dari tempat kejadian, burung burung elang berkerumun seolah sedang menanti selesai dan bubarnya para algojo melakukan eksekusi.

Dengan begitu, gerombolan burung pemangsa itu pun bisa mendekat dan menikmati jasad segar itu sebagai hidangan yang lezat.

Baca juga: Khubaib bin Adi Sahabat Nabi yang Syahid di Tiang Salib, Dikepung Ratusan Pemanah

Namun, burung-burung itu berkumpul dan terbang menjauh. Mereka enggan mengotori dan memakan jasad syuhada bernama Khubaib bin Adi.

Untuk diketahui meninggalnya Khubaib bin Adi bermula dari dendam kaum Quraisy dari Bani Harits.

Diceritakan dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah karya Khalid Muhammad Khalid, saat perang Badar, Khubaib bin Adi berhasil membunuh Al Harits bin Amir bin Naufal.

Dari sanalah dendam bermula.

Saat Rasulullah saw menugaskan 10 orang sahabat untuk memata-matai  kaum Quraisy  tak dinyana, keberadaan sahabat Nabi tersebut diketahui oleh kaum Quraisy Bani Hayyan.

Mereka menjadikan kesempatan itu untuk memburu Khubaib bin Adi.

Pendek cerita, Khubaib bin Adi dan sahabat Nabi lainnya terkepung di lereng gunung. Tidak tanggung-tanggung ada seratus pemanah mengepung mereka.

Delapan dari 10 sahabat Nabi akahirnya gugur. Tinggallah Khubaib bin Adi dan Zaid bin Datsinah ra.

Bani Hayyan menjual dua sahabat Nabi yang mulia itu ke Bani Harits bin Amir. Mereka dendam karena keluarganya mati saat perang Badar.

Penyiksaan pun dimulai.

Setelah putus asa dengan berbagai upaya yang mereka lakukan, kaum musyrikin itu membawa sang pahlawan ke tiang gantungan. Mereka membawanya ke sebuah tempat yang bernama at-Tan'im, tempat gugurnya Khubaib sebagai syahid.

Dikisahkan begitu mereka sampai di tempat penyiksaan, Khubaib bin Adi meminta izin kepada mereka untuk menunaikan shalat dua rakaat.

Mereka pun mengizinkan.

Khubaib telah menunaikan shalat dua rakaat dengan khusyuk, damai.

Lalu dia mengatakan “Demi Allah, kalau bukan karena nanti kalian mengira bahwa aku takut pada kematian niscaya aku akan menambah shalatku”.  

Khubaib memandangi wajah mereka dengan tajam kemudian melantunkan bait syair berikut:

Aku tidak peduli selama terbunuh sebagai seorang muslim

Mati seperti apa pun, kematianku itu di jalan Allah

Sungguh tempat kembaliku hanya Allah

Jika Dia menghendaki. Dia berkahi setiap sendi-sendi tubuhku yang terpotong.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved