Mengenang 15 Tahun Gempa Jogja 27 Mei 2021, Gempa Berkekuatan 5,9 SR Pukul 05.53 WIB, 5800 Meninggal

15 tahun lalu, tepatnya 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah pada pukul 05.53 WIB.

Editor: Suci Rahayu PK
KOMPAS.com/AMIR SODIKIN
Di Dusun Bondalem, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, ini hampir semua rumah telah rata tanah akibat gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006. 

TRIBUNJAMBI.COM - 15 tahun lalu, tepatnya 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah pada pukul 05.53 WIB.

Intensitas gempa sekitar VII MMI yang dapat menimbulkan kerusakan pada konstruksi rumah maupun bangunan.

Akibat gempa itu, lebih dari 5.800 orang meninggal dunia dan 20.000 orang mengalami luka-luka.

Harian Kompas, 28 Mei 2006, menggambarkan, korban meninggal dunia pada umumnya karena tertimpa bangunan yang roboh, sementara korban luka-luka juga banyak terjadi karena kepanikan yang luar biasa.

Sebab, kepanikan itu muncul karena ada isu tsunami sehingga membuat lalu lintas jalan raya menjadi kacau, dan menyebabkan kecelakaan yang membuat warga terluka.

Semua rumah sakit pemerintah dan swasta juga penuh dengan korban gempa, baik luka ringan, parah, maupun meninggal.

Rumah sakit itu umumnya tak sanggup lagi menampung korban sehingga pasien dirawat di halaman.

Korban tewas banyak yang langsung dimakamkan keluarganya dengan sederhana karena banyak masyarakat yang tak lagi berada di rumah mereka.

Perbandingan di lokasi yang dulunya berdiri kampus STIEkerjasama
Perbandingan di lokasi yang dulunya berdiri kampus STIEkerjasama (TRIBUNJOGJA.com | Khaerur Reza)

Cerita korban

Seorang warga bernama Sumarno (36), harus rela kehilangan istri dan kedua anaknya saat gempa Jogja 2006.

Saat gempa mengguncang, ia dan istrinya baru 10 menit tiba di Pasar Gempol, Kecamatan Wedi, dan sedang membongkar dagangan makanan ringannya untuk ditata di lapak kaki lima.

"Saya di dekat gerobak mengeluarkan makanan, lalu saya oper ke istri saya untuk ditata," kata dia.

Saat itu, istrinya bekerja sambil menggendong anak bungsunya, Dafa. Sementara, satu anaknya yang lain berada di dekat ibunya.

Sumarno sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Untuk bangun dan lari saja ia tidak mampu karena goncangan gempa yang kencang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved