WAWANCARA EKSKLUSIF
Kisah Anita Yasmin dari Batanghari, Ketua DPRD Perempuan dan Termuda di Indonesia
Yasmin: Kalau mengalami sesuatu paling down, semua orang pasti pernah mengalami cobaan masing-masing..
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
Yasmin: Pastilah, pasti banyak sekali. Saya pernah marah sekali dengan salah satu jurnalis, karena kita lahir dari sana. Dalam pers ini kan, ada kode etiknya. Kalau bicara tanda kutip, itu apa yang benar-benar keluar dari mulut kita, tidak bisa diargumentasikan oleh mereka itu sama. Bagi saya, yang namanya kata dalam kutipan adalah yang benar-benar keluar dari mulut saya. Banyak hal yang membuat saya risau dengan kawan-kawan di pers. Apa lagi tahun 2019 masuk tahun politik, di mana kawan-kawan dI DPRD ini adalah pion-pionnya, prajurit perang untuk calonnya masing-masing. Artinya, statement-statement saya sebagai Ketua DPRD mudah dipelintir.
Pers itu harus netral, apa lagi dalam menyajikan berita. Jangan sampai memicu banyak hal yang tidak semestinya, tidak seharusnya, dan tidak seperti yang dibayangkan. Kadang nih, judul berita berbeda dengan isi berita. Itu yang bikin saya sering kecewa, dan perlu dikoreksilah, pers di Batanghari ini. Cuma kalau dibilang bagus, yang bagus banyak sekali. Bagus, netral, dan membangun banyak sekali.
Menjadi jurnalis sampai pada titik terjun di dunia politik, bagaimana prosesnya?
Yasmin: Saya lahir dari kelaurga politik. Saya memang sejak awal pengin terjun di dunia politik, tapi tidak terbayangkan saja di Batanghari muaranya, dan dipercayanya di sini. Saya hampir empat tahun di salah satu stasiun teve, kemudian saya menikah. Waktu hamil usia kandungan lima bulan, saya resign. Dalam kontrak kerja juga tidak boleh bergabung dalam partai politik, tidak boleh bergabung dalam lembaga swadaya masyarakat dan lainnya. AKhirnya, karena sudah hamil, saya resign, kembali ke dalam kodratnya sebagai seorang istri. Kemudian berjalan, masuk dalam tahapan pemilihan legislatif.
Dari hasil pembicaraan singkat dan memungkinkan, akhirnya majulah dalam kontestasi politik pada 2019 lalu dalam pemilihan legislatif. Saya maju di Dapil III Batanghari, yaitu Bathin XXIV dan Muara Tembesi.
Sebelum ini, Mbak Yasmin juga dikenal dalam dunia tari dan tarik suara. Di lingkungan seni yang lembut, kemudian masuk di wilayah politik, itu ada shock culture enggak di sana?
Yasmin: Sebenarnya salah kalau dibilang begitu, karena kehidupan ini adalah bagaimana menyeimbangkan. Kalau kata orang, ada baik ada buruk, ada hitam ada putih. Artinya dalam tubuh seseorang itu selalu ada penyeimbang, balancing. Ketika kita bisa berperilaku baik, tidak menutup kemungkinan juga saya bilang politik tidak harus keras. Salah satu kelebihan politisi perempuan, kalau saya nilai, seperti itu. Tidak semua hal-hal bisa diselesaikan dengan kekerasan, tidak semua permasalahan itu diselesaikan dengan hal-hal yang anarkis danlain sebagainya. Dengan penyampaian yang lembut tapi tajam pun, dapat terselesaikan permasalahan itu.
Contohnya, kita kemarin sempat dihadapkan dengan fenomena Undang-undang Cipta Kerja yang memancing emosional kawan-kawan mahasiswa nasional, di mana pun. Saya langsung hadapi kawan-kawan mahasiswa di Batanghari, dan tidak anarkis seperti di kota atau kabupaten lainnya. Karena mungkin memang wanita, kemudian dari segi pembawaan masyarakat Kabupaten Batanghari ini lebih adem, lebih mudah berkomunikasi dan lain sebagainya. Kan kultur orang-orang kan beda. Kultur masyarakat Batanghari ini adem sekali, mudah berkomunikasi, jarang berkonflik, jauh dari kata anarkis, karena adat budayanya kental sekali, karena Batanghari ini adalah salah satu kabupaten tertua di Provinsi Jambi.
Sebagai ibu rumah tangga dan Ketua DPRD, bagaimana membagi waktu?
Yasmin: Kalau disuruh memilih, prioritas pertama adalah keluarga. Tapi hari ini kita diberikan kesempatan yang mungkin tidak datang lagi ke depannya. Saya akan melakukan yang terbaik dari segi apa pun, karena waktunya sekarang. Semua orang ini kan, ada waktu capai-capainya. Kayak saya juga pernah merasa ada masanya full sekali kegiatan tanpa celah istirahatnya, cuma ada masanya kita istirahat sekali. Itulah yang saya rasakan saat ini. Kalau prioritas saya tetap keluarga tapi, hari ini diberi amanah yang besar sebagai Ketua DPRD untuk mengepalai lembaga tertinggi di kabupaten ini. Sebenarnya ini kesempatan yang besar untuk berbuat lebih untuk kemaslahatan dan kebaikan serta kemakmuran Kabupaten Batanghari dan segala isinya. Baik manusia, sumber daya alamnya, semuanya.
Pernah tidak mengalami kondisi paling down?
Yasmin: Kalau mengalami sesuatu paling down, semua orang pasti pernah mengalami cobaan masing-masing. Semua orang punya waktunya sedang dicoba, tapi bagaimana kita bisa melewati itu dan yakin bahwa, "ini bukan Tuhan lagi jahat, tapi Tuhan sedang angkat derajat aku sehingga aku lebih baik lagi ke depannya, bisa menerima lagi apa yang dianugerahkan oleh-Nya nantinya."
Semua orang pasti punya permasalahannya masing-masing, cobaannya masing-masing, tapi saya selalu coba pegang kata orang tua saya. Misalnya, kita yang paling bagusnya naik di fase kedua. Kalau naik di fase pertama, itu penuh dengan cobaan, kekanak-kanakan menyikapi banyak hal, jatuh, down. Kemudian di fase naik kedua ini yang penuh dengan pendewasaan, penerimaan. Fase naik kedua ini yang perlu dicari setiap orang karena itu yang sebetulnya akan membawa kita ke pribadi yang jauh lebih baik lagi, lebih berhasil lagi, dan menerima apa pun yang diberikan pada kita.
Biasanya apa yang dilakukan ketika menghadapi itu?
Yasmin: Misalnya ada masalah nih, saya cuma lebih mendekatkan diri kepada Yang Di Atas. Misalnya saya sudah salat lima waktu nih, sudah yang sunah-sunah kayak salat tahajud, salat hajat, puasa senin kamis. Artinya tidak ada lagi alasan Tuhan untuk menghukum kita. Jadi kita yakin Tuhan ini enggak sedang hukum aku, tapi Tuhan ingin angkat derajat aku, ingin mempersiapkan diri aku lebih baik lagi.