Fenomena Super Blood Moon akan Muncul di Langit Indonesia, Catat Tanggalnya

Sub Koordinator Pengumpulan dan Penyebaran Data, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) wilayah IV, R Jamroni mengatakan fenomena i

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
(Photographer: Muhammad Rayhan.)
ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM - Pada Rabu (26/5/2021) mendatang, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan akan ada fenomena langit Gerhana Bulan Total (GBT)

Fenomena yang dikenal dengan sebutan Super Blood Moon akan muncul di langit Indonesia dan menjadi cukup spesial karena bertepatan dengan Hari Raya Waisak tahun 2565.

Sub Koordinator Pengumpulan dan Penyebaran Data, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) wilayah IV, R Jamroni mengatakan fenomena ini dapat diamati diamati langsung tanpa memerlukan alat bantu optik.

Baca juga: Cerita Dibalik ART Nekat Culik Anak dari Seorang Prajurit TNI

Baca juga: Ayah Rizki DA Meninggal Dunia, Anak Nadya Mustika Alami Kejadian Aneh: Wallahualam Bishawab

Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta Sabtu 22 Mei 2021 - Elsa Tak Bisa Lepas dari Ricky, Andin Keguguran

"Pada jam 18.46 WIB di wilayah barat indonesia, 19.46 WITA di wilayah Tengah Indonesia, dan jam 20.46 WIT di wilayah Timur," ungkap Jamroni dikutip Tribunnews dari rilis BMKG, Sabtu (22/5/2021).

Adapun durasi puncak gerhana tersebut 14 menit 30 detik.

Jamroni menjelaskan, proses Gerhana Bulan Total (GBT) dimulai dengan gerhana penumbra yang dimulai pada pukul 15:46:37 WIB.

Adapun kontak terakhir penumbra yang mengakhiri seluruh proses gerhana pada pukul 20:51:16 WIB atau selama 3 jam 7 menit sudah termasuk gerhana pasial dan gerhana total.

Adapun fase-fasenya adalah berikut :

- Jam 15.46 WIB disebut sebagai fase awal penumbra,

- Jam 16.44 WIB sebagai fase awal sebagian,

- Jam 18.09 WIB sebagai fase awal total,

- Jam 18.14 WIB sebagai fase Puncak gerhana,

- Jam 18.27 WIB sebagai fase akhir total,

- Jam 19.52 WIB sebagai fase akhir sebagian,

- Jam 20.51 WIB sebagai fase akhir penumbra.

Lebih lanjut, Jamroni menjelaskan fenomena blood moon ini hanya terjadi saat fase bulan penuh dan mengalami Gerhana Bulan Total (GBT).

Di mana Bumi bergerak di antara Bulan dan Matahari dan berada pada posisi garis lurus.

Pada saat bumi bergerak maka bulan akan tertelan bayangan bumi.

Bulan akan tampak merah karena pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi, Fenomena Super Blood Moon ini adalah akibat dari gelombang cahaya panjang yang datang dari Bumi inilah yang membuat bulan tampak merah.

"Dia akan semakin merah jika polusi udara, tutupan awan atau ketebalan partikel di atmosfer Bumi yang ditembus cahaya itu semakin besar Fenomena pertama adalah Supermoon," ungkapnya.

Baca juga: Shalat Gerhana: Tata Cara Shalat Khusuf, Lengkap dengan Bacaan Niat Jamaah atau Sendiri

Disebut demikian, karena Bulan masih berada di titik terdekatnya dengan Bumi (perigee).

Dengan begitu, Bulan akan terlihat lebih besar dan bercahaya dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.

"Dan disebut Blood Moon, sebab saat Gerhana Total, Bulan tampak berwarna merah darah karena cahayanya ditapis sedemikian rupa oleh atmosfer Bumi," ungkapnya.

Dengan kecerlangan berkisar 15,6 persen lebih terang dibandingkan dengan rata-rata atau 29,1 persen lebih terang apada saat bulan berada di titik terjauhnya (Apogee).

Berita Terkait Lainnya

Sumber : TRIBUNNEWS

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved