Malam ini Akan Ada Fenomena Langit Konjungsi Bulan-Antares, Terjadi Hingga Besok Pagi

Peneliti di Pusat Penelitian Sains Antariksa LAPAN, Andi Pangerang Hasanuddin mengatakan, peristiwa konjungsi Bulan-Antares ini dapat terjadi dua kali

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
Travel + Leisure
Ilustrasi fenomena langit 

TRIBUNJAMBI.COM - Berdasarkan keterangan resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), konjungsi Bulan-Antares terjadi dua kali sepanjang April 2021 ini.

Kali pertama, konjungsi atau kesejajaran antara Bulan dan Antares ini terjadi pada tanggal 1-2 April 2021.

Puncak konjungsi terjadi pada 2 April tepat pada pukul 03.49 WIB.

Peneliti di Pusat Penelitian Sains Antariksa LAPAN, Andi Pangerang Hasanuddin mengatakan, peristiwa konjungsi Bulan-Antares ini dapat terjadi dua kali dalam sebulan karena periode sideris Bulan selama 27,32 hari.

Baca juga: Malam Ini Tanding PSG vs Man City Live Streaming Semifinal Liga Champions Prediksi Skor Head to Head

Baca juga: Mantan Artis JAV Diduga Membunuh Suami yang Merupakan Orang Kaya di Jepang

Baca juga: Pelaku Pembacokan Brutal di Kota Jambi Ditangkap Polisi, Aksi Penganiayaan Viral di Media Sosial

Ilustrasi tripel konjungsi Bulan-Mars-Aldebaran. Fenomena langit ini akan terjadi pekan ini, 19 Maret 2021.

Peristiwa kali kedua ini, akan hadir mulai nanti malam, tepatnya mulai pukul 20.00 waktu setempat sudah bisa disaksikan dari arah Timur-Tenggara.

Fenomena konjungsi bulan dan bintang Antares ini akan berlangsung hingga keesokan paginya, ketika fajar bahari berakhir dari arah Barat-Barat Daya.

Puncak konjungsi Bulan-Antares itu sendiri akan terjadi pada siang hari pukul 13.07 WIB, Kamis (29/4/2021). Sehingga, fenomena ini memang akan terjadi pada tanggal 28-29 April 2021.

"Konjungsi pada hari kedua dapat diamatai pada waktu dan arah yang sama," kata Andi.

Sudut pisah di antara kedua benda langit ini cukup bervariasi yaitu antara 12,35 derajat hingga 8,28 derajat untuk hari pertama.

Pada hari kedua, suduh pisahnya ada di antara 6,22 derajat hingga 9,16 derajat.

Dengan fraksi iluminasi Bulan bervariasi antara 96,7 persen hingga 95,5 persen, saat Bulan Susut atau cembung akhir di hari pertama.

Magnitudo atau kecerlangan Antares adalah sebesar +1,05.

Fraksi iluminasi bulan pada hari kedua adalah antara 91,1 persen hingga 89,1 persen.

Apa Itu Konjungsi Bulan?

Ketika dua objek langit atau lebih saling bertemu di alam semesta, para astronom kemudian menyebutnya sebagai konjungsi, untuk menggambarkan pertemuan benda-benda langit ini.

Konjungsi bulan adalah bertemunya Bulan dengan Matahari pada fase Bulan Baru, saat Bulan bergerak di antara Bumi dan Matahari, dikutip dari Brittanica.

Melansir dari Earth Sky, Jumat (9/4/2021), kata konjungsi berasal dari bahasa latin, yang artinya bergabung bersama.

Dalam astronomi, konjungsi berhubungan dengan dua atau lebih objek yang disatukan di langit.

Hubungan astronomis menggambarkan beberapa jenis konjungsi Bulan yang melibatkan Matahari, sehingga fenomena ini dapat diamati di langit, di antaranya konjungsi inferior dan superior.

1. Konjungsi inferior
Konjungsi inferior adalah ketika sebuah benda melintas di antara kita dan matahari.

Objek apa pun di ruang angkasa yang mengorbit matahari lebih dekat dari orbit Bumi dapat melewati konjungsi inferior dari waktu ke waktu. Asumsinya, orbit benda langit tersebut terletak lebih atau kurang dekat dengan ekliptika.

Namun, biasanya, para astronom mengaitkan konjungsi inferior ini dengan planet Venus dan planet Merkurius.

Sebab, kedua planet tersebut mengorbit di antara Matahari dan Bulan, dan merupakan dua planet inferior dalam Tata Surya

Ketika planet Venus dan Merkurius berada pada jarak yang dekat atau mendekati konjungsi inferior, fenomena konjungsi bulan dengan planet ini ini tidak dapat dilihat dari Bumi, karena keduanya tersembunyi di bawah sinar matahari.

Namun, terkadang, saat konjungsi Bulan dan Venus atau atau konjungsi Bulan dan Merkurius terjadi, dapat terlihat seperti sedang transit melintasi cakram Matahari saat konjungsi inferior terjadi.

Demikian juga bulan. Saat fenomena konjungsi Bulan, satelit Bumi ini akan melewati antara Bumi dan matahari di saat fase bulan baru selama sekali setiap bulan.

Oleh karena itu, akan sedikit aneh, untuk mengatakan bahwa bulan berada pada konjungsi inferior ketika berada pada fase barunya.

2. Konjungsi superior

Konjungsi ini terjadi saat sebuah objek lewat di belakang Matahari dari sudut pandang kita.

Pada konjungsi bulan dengan Venus atau Merkurius, setengah dari konjungsi mereka dengan matahari dalah konjungsi inferior, dan separuh lagi konjungsi superior.

Sementara itu, planet superior tidak akan pernah berada pada konjungsi inferior.

Planet superior itu antara lain planet yang lebih jauh dari matahari daripada Bumi seperti Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus.

Planet-planet ini tidak pernah bisa melewati antara Bumi dan matahari. Jadi planet superior hanya memiliki konjungsi superior.

Tiga hari lalu, fenomena tripel konjungsi bulan terjadi di langit Indonesia dan melibatkan planet-planet superior. Fenomena ini terjadi selama tiga hari berturut-turut,

Tripel konjungsi bulan yang terjadi pada 6-8 April lalu, menjadi fenomena langit yang istimewa. Sebab, Bulan bertemu dengan dua planet superior yakni planet Jupiter dan Saturnus.

Apa itu bintang Antares?
Antares merupakan bintang paling terang ke-15 setelah Aldebaran.

Bintang yang satu ini disebut Alfa Scorpii karena terletak di konstelasi Scorpius.

Bintang ganda yang akan bertemu dengan Bulan dalam konjungsi bulan malam ini, disebut mirip dengan planet Mars.

Antares adalah bintang ganda yang terdiri dari dua bintang yakni Alfa Scorpii A dan Alfa Scorpii B.

Ilustrasi tripel konjungsi Bulan-Mars-Aldebaran. Fenomena langit ini akan terjadi pekan ini, 19 Maret 2021.

Nama Antares berasal dari Bahasa Yunani Kuno 'Antares', artinya adalah berlawanan dari Ares (Mars) atau anti-ares.
Dijelaskan Andi, penamaan ini karena rona kemerahan yang mirip dengan Planet Mars, dan kemiripan ini sudah diketahui oleh para astronom sejak era Mespotamia.

Antares berjarak sekitar 550 tahun cahaya dari Matahari dan terletak di selatan ekuator langit dengan koordinat Asensiorekta 16 jam 29 menit 24,46 detik dan Deklinasi -26 25' 55,21".

Andi berkata, binta ini tidak pernah terbenam bagi pengamat di lintang 63,5 LS atau lebih dan tidak pernah terbit bagi pengamat di lintang 63,5 LU atau lebih.

Mengenai bintang ganda Alfa Scorpii A dan B, Andi menjelaskan ada perbedaan di antara keduanya yaitu sebagai berikut.

Bintang Alfa Scorpii A

Alfa Scorpii A adalah bintang variabel ireguler lambat yang kecerlangan visualnya bervariasi antara +0,6 hingga +1,6.

Kategori pertama ini digolongkan ke dalam kelas spektrum M1,5Iab-Ib yang menandakan bahwa bintang ini adalah maharaksasa merah.

Bintang ini memiliki ukuran 680 kali Matahari dalam variasi +/- 19 persen dengan massa bervariasi antara 11 hingga 14,3 kali massa Matahari.

Bintang Alfa Scorpii B

Berbeda dengan Alfa Scorpii A, Alfa Scorpii B tidak disebut dengan maharaksasa merah.

Alfa Scorpii B adalah bintang deret utama tipe B yang kecerlangan atau magnitudo visualnya +5,5 dan digolongkan ke dalam kelas spektrum B2,5V.

Bintang Alfa Scorpii B berukuran hanya sekitar 5, 2 kali Matahari dengan massa 7,2 kali massa Matahari.

Berita Terkait Lainnya

Sumber : KOMPAS

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved