Ramadan di Masjid Al-Ihsaniyah Kota Jambi, 'Kami Tarawih dan Witir 23 Rakaat'

Pada 10 malam terakhir juga, sebagian masyarakat setempat akan melakukan iktikaf di masjid. Mereka akan lebih banyak beribadah di sana, menyediakan...

Mareza
Masjid Al-Ihsaniyah, Danau Teluk, Kota Jambi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Langit berwarna biru pada hari ketujuh Ramadan. Cahaya matahari memancar di Kelurahan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi. Kubah Masjid Al-Ihsaniyah terlihat dari kejauhan.

Pukul 12.07 WIB, azan zuhur berkumandang. Puluhan jemaah mendatangi masjid. Salat zuhur pada bulan suci Ramadan biasanya memang lebih ramai dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Demikian yang disampaikan orang-orang di sana. Mereka menjalankan ibadah puasa dan berbondong-bondong ke masjid.

Sekitar 20 menit kemudian, salat zuhur berjemaah usai ditunaikan. Satu di antara pengurus masjid yang juga mengimami salat zuhur siang itu bersedia menceritakan suasana Ramadan di sekitar Masjid Al-Ihsaniyah.

Itu masjid tertua di Kota Jambi. Konon, dulu juga dikenal dengan nama Masjid Batu, karena merupakan masjid pertama yang dibangun dengan dinding beton.

Sekitar 1880 Masehi, masjid itu pertama kali dibangun. Beberapa kali mengalami renovasi, masjid itu hingga kini masih menjadi satu di antara sentra ibadah umat Islam di Seberang Kota Jambi.

Ramadan 1442 Hijriah, masyarakat setempat kembali ramai mendatangi masjid. Sebab, tahun lalu, pandemi Covid-19 memaksa orang-orang untuk beribadah di rumah saja.

Ahmad Syafrizal, pengurus Masjid Al-Ihsaniyah menuturkan, masyarakat sudah kembali memanfaatkan masjid untuk tarawih berjemaah.

"Kami di Seberang ini, umumnya salat 23 rakaat: tarawih 20 rakaat, ditambah 3 rakaat witir. Sampai sekarang tetap segitu," Ahmad menerangkan.

Pada kegiatan tarawih dan witir berjemaah itulah ada selingan ceramah agama yang disampaikan dai-dai dari berbagai tempat.

Ahmad menjelaskan, layaknya masjid-masjid pada umumnya, di Masjid Al-Ihsaniyah juga ada tadarus Alquran. Anak-anak muda dan remaja akan pulang sejenak, ada yang membawa makanan dan minuman ke masjid, lalu mereka mulai membaca Alquran secara bergantian.

"Itulah tradisi di sini. Mereka pulang dulu, datang ke sini bawa makanan, bawa minuman. Itu dinikmati sama-sama, sambil yang lain membaca Alquran. Bergantian mereka," tuturnya.

Itu dilakukan karena makanan buka bersama di masjid hanya alakadarnya. Sebagian besar masyarakat di sana memilih sahur dan berbuka bersama di rumah masing-masing.

Dari penuturan masyarakat setempat, masjid itu dibangun seorang muslim Cina bernama Datuk Shin Thai yang juga menyebarkan Islam ke Jambi. Datuk Shin Thai berdua dengan seorang ulama Arab keturunan Yaman, Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri, dikenal juga dengan nama Pangeran Wiro Kusumo, yang juga menjadi tokoh dan pejuang Islam di Tanah Jambi, pada masa itu. Makamnya masih ada di sisi kanan masjid, berpagar dan beratap.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved