Semakin Brutal, Militer Myanmar Membabi Buta Tembaki Pekerja Medis

Militer Myanmar semakin beringas dan brutal menembaki para pekerja medis yang melakukan unjuk rasa di kota Mandalay, Kamis (15/4/2021).

Editor: Teguh Suprayitno
STR via AP via Kompas.com
Ilustrasi-Pengunjuk rasa berlarian setelah polisi memberikan tembakan peringatan dan menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstrasi di Mandalay, Myanmar, pada 9 Februari. Polisi bergerak setelah massa berdemonstrasi menentang kudeta militer Myanmar. 

TRIBUNJAMBI.COM, YANGON - Militer Myanmar semakin beringas dan brutal menembaki para pekerja medis yang melakukan unjuk rasa di kota Mandalay, Kamis (15/4/2021).

Seperti dilansir Reuters dari media lokal, tindakan militer terhadap massa dari pro-demokrasi telah menyebabkan beberapa korban.

Massa penentang kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemerintahan terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi, penerima nobel perdamaian telah menggelar aksinya melawan militer.

Para pekerja medis, beberapa di antaranya telah berada di garis depan kampanye melawan kudeta, berkumpul di kota kedua Mandalay lebih awal.

Tetapi militer segera tiba untuk membubarkan mereka dengan cara menembaki demonstran, kata kantor berita Mizzima. Beberapa orang juga ditahan.

Baca juga: Rusia Peringatkan Turki Tak Ikut Campur Konflik di Ukraina, Erdogan Tak Gentar Malah Bilang Begini

Baca juga: Sebuah Minibus Meledak Kena Ranjau Darat Teroris, 15 Orang Tewas

Namun agensi mengatakan tidak memiliki rincian jumlah korban atau yang ditangkap.

Kantor berita BBC berbahasa Myanmar juga melaporkan tindakan keras militer terhadap massa aksi protes dari para pekerja medis.

Seorang juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Kudeta ini telah menjerumuskan Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun melangkah menuju negara demokratis, dengan aksi protes harian dan kampanye pembangkangan sipil, termasuk mogok kerja oleh para pekerja di banyak sektor yang telah membuat ekonomi terhenti.

Ilustrasi-Pengunjuk rasa berlarian setelah polisi memberikan tembakan peringatan dan menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstrasi di Mandalay, Myanmar, pada 9 Februari. Polisi bergerak setelah massa berdemonstrasi menentang kudeta militer Myanmar.
Ilustrasi-Pengunjuk rasa berlarian setelah polisi memberikan tembakan peringatan dan menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstrasi di Mandalay, Myanmar, pada 9 Februari. Polisi bergerak setelah massa berdemonstrasi menentang kudeta militer Myanmar. (STR via AP via Kompas.com)

Liburan Tahun Baru lima hari, yang dikenal sebagai Thingyan, dimulai pada hari Selasa tetapi aktivis pro-demokrasi membatalkan perayaan yang biasa untuk fokus pada aksi mereka terhadap para jenderal yang merebut kekuasaan.

Militer mengklaim aksi protes berkurang.

Sebuah kelompok aktivis, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan 715 demonstran sejak digulingkannya pemerintahan Suu Kyi.

Demonstran Myanmar Gelar Aksi Protes "Berdarah" terhadap Militer

Demonstran anti-kudeta Myanmar memercikkan cat merah dan pewarna di jalan-jalan dan tanda-tanda di luar kantor pemerintah pada Rabu (14/4/2021).

Cat merah itu sebagai lambang darah orang-orang yang tewas dalam aksi protes terhadap junta militer dan mendapatkan tindakan brutal dan kekerasan dari aparat keamanan.

Demonstrasi yang bertujuan mempermalukan militer, terjadi di berbagai kota, menurut foto yang diposting oleh media lokal, ketika orang-orang menjawab panggilan aktivis untuk bergabung dengan apa yang mereka sebut aksi cat berdarah.

Beberapa orang berbaris dengan tanda-tanda yang menyerukan pembebasan pemimpin pemerintahan yang terguling, penerima Nobel Aung San Suu Kyi.

Aung San Suu Kyi telah ditahan sejak kudeta 1 Februari lalu atas berbagai tuduhan termasuk melanggar tindakan rahasia resmi yang dapat membuatnya dipenjara selama 14 tahun.

Pengacaranya telah membantah tuduhan terhadapnya.

"Tolong selamatkan pemimpin kami - masa depan - harapan," tulisan yang tertulis bersama dengan foto Suu Kyi yang dipegang oleh seorang wanita muda di antara ribuan orang yang berbaris di kota kedua Mandalay, menurut foto yang diterbitkan oleh kantor berita Mizzima.

Para migran Myanmar di Thailand menunjukkan salam tiga jari dan foto pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi yang ditahan pada sebuah protes terhadap kudeta militer di negara asal mereka, di depan gedung ESCAP PBB di Bangkok pada 22 Februari 2021.
Para migran Myanmar di Thailand menunjukkan salam tiga jari dan foto pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi yang ditahan pada sebuah protes terhadap kudeta militer di negara asal mereka, di depan gedung ESCAP PBB di Bangkok pada 22 Februari 2021. (Mladen ANTONOV / AFP)

Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada hari Selasa, khawatir bahwa kekejaman militer pada demonstran berisiko meningkat menjadi konflik sipil seperti yang terlihat di Suriah. Karena itu meminta segera dihentikan "pembantaian".

Ledakan kecil telah terjadi di berbagai kota selama beberapa hari terakhir, menambah rasa takut dan krisis, dengan dua ledakan di pusat kota Monywa pada hari Rabu melukai satu orang, lapor Monywa Gazette.

Belum ada klaim pihak yang bertanggung jawab.

Kudeta ini juga telah menyalakan kembali permusuhan dalam konflik lama antara pasukan militer dan etnis minoritas yang memperjuangkan otonomi di wilayah perbatasan.

Pasukan pemerintah menderita kerugian besar dengan jatuhnya korban di pihaknya dalam serangan terhadap pasukan etnis Kachin di utara, lapor kelompok media Myanmar Now.

Seorang juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. (Reuters)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Semakin Mencekam! Militer Myanmar Tembaki Pekerja Medis yang Lakukan Unjuk Rasa.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved